BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa, 2007:207) pengertian prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

Prinsip prinsip Islam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. sejauh ini perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya dalam roda

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bank Syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

BAB II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang operasional produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an dan

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

MENGENAL BANK SYARIAH LEMBAGA KEUANGAN UNTUK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR HUKUM. a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah. b. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bank Syariah PIEw14 1

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masyarakat muslim yang menginginkan agar adanya jasa keuangan yang sesuai

SYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

PERBANKAN DALAM ISLAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

HUKUM PERJANJIAN SYARIAH DAN PENERAPANNYA DALAM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

Tinjauan Pelaksanaan Skema Musyarakah Pada Produk Pembiayaan Dana Berputar (PDB) Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Garut

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH, PEMBIAYAAN SYARIAH, DAN JAMINAN. diperkenalkan dengan istilah bagi hasil dalam sistem perbankan Indonesia.

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. masalah perekonomian. Allah SWT berfirman QS;17:9 Sesungguhnya Al Qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang Undang No 21 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BABI PENDAHULUAN. Sistem perbankan syariah merupakan bagian dari konsep ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

PRODUK SYARIAH DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

Analisis Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah, Tbk KCI Citarum

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prosedur Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2007:207) pengertian prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas serta metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu problem atau masalah. Mengenai pengertian tentang prosedur Ismail (1994:74) berpendapat bahwa Prosedur adalah suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah suatu proses ataupun tata cara untuk mencapai suatu tujuan dengan urutan waktu dan pola kerja. B. Pengertian Bank Menurut Undang Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Ismail (2011:30) bank merupakan lembaga yang dipercaya oleh masyarakat dari berbagai macam kalangan dalam menempatkan dananya secara aman. Di sisi lain, bank berperan menyalurkan dana kepada masyarakat. Bank merupakan lembaga intermediasi yang tugas utamanya menghimpun dana dari nasabah yang kelebihan dana dan menyalurkan dananya kepada nasabah yang membutuhkan. Sudarsono dalam Fahmi (2014:21) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Bank Syariah ialah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi pada prinsip-prinsip syariah. Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah (Ismail, 2011:32). Bank syariah merupakan bank yang tugasnya sama dengan tugas bank konvensional yaitu sebagai penghimpun dana dan menyalurkan dana, tetapi bank syariah tidak menggunakan sistem bunga karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala suatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Berdasarkan dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Bank Syariah adalah bank yang kegiatan usahanya berdasarkan hukum Islam, dan tidak menggunakan sistem bunga. C. Fungsi Bank Syariah Menurut Ismail (2011:39) bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan juga memberikan pelayanan dalam jasa perbankan syariah. Namun demikian fungsi perbankan syariah tidak hanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, pasal 4 Undang-Undang Perbankan Syariah menetapkan sebagai berikut: 1. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib melaksanakan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. 2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mall yaitu menerima yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya yang menyalurkannya kepada organisasi penyelenggara zakat. 3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nadzir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana yang dimaksud pada nomor 2 dan 3 sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. D. Tujuan Bank Syariah Bank syariah dibentuk dengan tujuan sebagai berikut (Sumitro, 2004:17) : 1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha/ perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), di mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat. 2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melaui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. 3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang berproduktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha). 4. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank Islam dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih

menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. 5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi/ moneter pemerintah. Dengan aktivitas-aktivitas bank Islam yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan sistem bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan, dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan (khususnya bank) dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun luar negeri. 6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank, sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya. E. Produk Bank Syariah Menurut Fahmi (2014:26) secara garis besar produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah menjadi tiga bagian besar, yaitu: 1. Produk penghimpunan dana (funding) 2. Produk penyaluran dana (financing) 3. Produk jasa (service)

Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. 2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik. 3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna. 4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh. 5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. F. Pengertian Pembiayaan Undang Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah (Ismail, 2011:105). Pembiayaan pada bank syariah berbeda dengan bank konvensional, keuntungan atas pembiayaan pada bank syariah tidak dalam bentuk bunga melainkan pada bentuk bagi hasil yang ditentukan oleh akad-akad yang sudah disepakati di awal perjanjian.

G. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai dengan syariah Islam. Beberapa perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional. No Bank Syariah 1 Investasi, hanya untuk proyek dan produk yang halal serta menguntungkan. 2 Return yang dibayar dan/ diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan prinsip syariah. 3 Perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai dengan syariah Bank Konvensional Investasi, tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang dibiayai menguntungkan. Return baik yang dibayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna dana berupa bunga. Perjanjian menggunakan hukum positif. Islam. 4 Orientasi pembiayaan, tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi juga falah oriented, yaitu Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atas dana yang dipinjamkan. berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. 5 Hubungan antara bank dan nasabah adalah mitra. Hubungan antara bank dan nasabah adalah kreditur dan debitur.

6 Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, dan Komisaris. Dewan Pengawas Syariah (DPS). 7 Penyelesaian sengketa, diupayakan diselesaikan secara Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat. musyawarah antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama. Sumber: Ismail (2011:38) Adapun perbedaan sistem bagi hasil pada bank syariah dengan sistem bunga pada bank konvensional terlihat pada tabel di bawah ini: No Bagi Hasil 1 Penentuan besarnya rasio /nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan Bunga Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. berpedoman pada kemungkinan untung rugi. 2 Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Besarnya persentase berdasarkan besarnya jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. 3 Bagi hasil bergantung pada Pembayaran bunga tetap seperti

keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama kedua belah pihak. 4 Jumlah pembagian laba meningkat sesuai peningkatan jumlah pendapatan. yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming 5 Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam. Sumber: Fahmi (2014: 22) H. Karakteristik Bank Syariah Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan. Menurut Soemitra (2009: 67) secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah: 1. Penghapusan riba. 2. Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi Islam. 3. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial dan bank investasi. 4. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal,

karena bank komersial syariah menerapkan profit dan loss sharing dalam konsinyasi, ventura, bisnis, atau industri. 5. Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha. 6. Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen pasar uang antar bank syariah dan instrumen bank sentral berbasis syariah. I. Operasional Bank Syariah Bank syariah dalam menjalankan usahanya mempunyai beberapa operasional yang terdiri dari: 1. Simpanan murni Simpanan murni pada bank syariah biasanya dengan menggunakan akad Al Wadiah. Dalam akad Al Wadiah bank syariah menawarkan dua produk perbankan yaitu tabungan dan giro. Al Wadiah merupakan prinsip simpanan murni dari pihak yang menyimpan atau menitipkan kepada pihak yang menerima titipan untuk dimanfaatkan atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan (Ismail, 2011:59). Titipan harus dijaga dengan sebaik-baiknya dan titipan ini dapat diambil sewaktu-waktu oleh pihak yang menitipkan. Sesugguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada

kamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. An-Nisa :58). 1 2. Bagi hasil Sistem bagi hasil ini dengan cara membagi hasil usaha antara penyimpan dana maupun penerima dana dengan bank sebagaimana yang telah ditentukan pada awal akad. Bentuk produk perbankan yang berdasar sistem ini adalah mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah biasanya digunakan untuk produk pendanaan, sedangkan prinsip musyarakah digunakan untuk produk pembiayaan. Menurut Ismail (2011:95) bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank. Ciri utama pola bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama baik oleh pemilik dana maupun pengusaha (Ascarya, 2011: 49). 3. Jual beli Jual beli (buyu jamak dari bai ) atau perdagangan atau perniagaan atau trending secara terminologi Fikih Islam berarti tukar menukar harta atas dasar saling ridha (rela), atau memindahkan kepemilikan dengan imbalan pada sesuatu yang diizinkan (Santoso dalam Ascarya, 2011:76). 1 QS. An-Nisa :58 menjeaskan menyampaikan amanat dan menetapkan perkara dengan cara adil.

Jual beli diperbolehkan syariah berdasarkan Al-quran dalam QS. Al-baqarah:275 disebutkan bahwa Allah menghalalkan perniagaan dan mengharamkan riba. 2 Dan dalam QS. An-nisa :29 disebutkan: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. 3 4. Sewa Menurut Ismail (2011:159) dalam syariah Islam sewa atau ijarah dikenal dengan dua jenis yaitu: a. Ijarah murni merupakan kontrak antara bank syariah sebagai pihak yang menyewakan barang dan nasabah sebagai penyewa, dengan menentukan biaya sewa yang disepakati oleh pihak bank dan pihak penyewa. b. Ijarah muntahiya bittamlik merupakan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dalam bentuk gabungan antara sewa dan beli. Pada periode pembiayaan, nasabah masih merupakan pihak penyewa, dan pada saat pembiayaan jatuh tempo maka nasabah memiliki opsi untuk membeli aset yang disewa. 5. Pelayanan jasa 2 QS. Al-Baqarah:275 menjelaskan larangan riba. 3 QS. An-Nisa:29 menjelaskan tentang jual beli.

Salah satu fungsi utama bank ialah memberikan pelayanan jasa kepada nasabah maupun bukan nasabah. Pelayanan jasa bank syariah merupakan produk jasa bank yang diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhannya. Pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah dengan berbagai jenis produk dan dibagi sesuai jenis akadnya antara lain: wakalah, kafalah, hawalah, rahn, qard, dan sharf. (Ismail, 2011:193) a. Al-Wakalah merupakan akad antara dua pihak yang mana pihak satu menyerahkan, mendelegasikan, mewakilkan, atau memberikan mandat kepada pihak lain, dan pihak lain menjalankan amanat sesuai permintaan pihak yang mewakilkan. Produk dalam akad Al-Wakalah antara lain: 1) Kiriman uang (Transfer) 2) Kliring 3) Inkaso 4) Intercity clearing atau kliring antarwilayah 5) Letter of credit 6) Payment b. Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh pemberi jaminan (penanggung) kepada pihak lain untuk memenuhi kewajiban pihak yang ditanggung. Produk Al-Kafalah yang diberikan oleh bank syariah dalam bentuk bank garansi.

c. Al-Hawalah merupakan pemindahan kewajiban membayar utang dari orang yang berutang kepada orang yang berutang lainnya. Produk jasa bank syariah yang menggunakan akad Al-Hawalah antara lain (Antonio dalam Ismail, 2011:209) : 1) Factoring atau anjak piutang 2) Post dated check 3) Bill discounting d. Ar-Rahn merupakan perjanjian penyerahan barang yang digunakan sebagai agunan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan. e. Al-Qard merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dalam membantu pengusaha kecil. f. As-Sharf merupakan pelayanan jasa bank syariah dalam pertukaran mata uang. J. Pembiayaan Musyarakah 1. Pengertian Musyarakah Musyarakah berasal dari kata syirkah, disebut juga syarikah yang artinya akad kerja sama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi kontribusi dana atau kesepakatan bersama (Ikatan Bankir Indonesia, 2014:163).

Menurut Janwari (2015:73) secara bahasa musyarakah sering pula disebut dengan syirkah yang bermakna ikhtilath (pencampuran), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa dapat dibedakan antara keduanya. Musyarakah juga bisa diartikan sebagai penggabungan dana untuk menjalankan usaha tertentu yang sesuai syariat Islam dalam pembagian keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama-sama. Musyarakah juga bisa berarti seseorang mencampur hartanya dengan harta orang lain dengan mana salah satu pihak tidak menceraikan dari yang lainnya. Pengertian musyarakah menurut Umam & Utomo (2016:146) adalah akad antara dua pemilik modal untuk menyatukan modalnya pada usaha tertentu, sedangkan pelaksanaannya bisa ditunjuk salah satu diantara mereka. Dalam UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dalam pasal 1 ayat 7 disebutkan bahwa musyarakah adalah akad kerja sama antara dua atau lebih untuk menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya, dengan tujuan memperoleh keuntungan yang akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masingmasing pihak. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa musyarakah merupakan pembiayaan yang dilakukan oleh dua pihak

untuk melakukan usaha tertentu yang sesuai dengan syariat Islam, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan keuntungan dan resiko ditanggung bersama. Pembiayaan bagi hasil berdasar prinsip musyarakah diperbolehkan menurut syariah sesuai dengan hadist Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya. (HR. Abu Dawud No. 2936, dalam kitab Al-Buyu dan Hakim) 4 2. Bentuk Musyarakah Bentuk-bentuk musyarakah menurut Ascarya (2011:60): a. Musyarakah tetap Bentuk akad musyarakah yang paling sederhana adalah musyarakah tetap ketika jumlah dan porsi modal yang disertakan oleh masing-masing mitra tetap selama periode kontrak. b. Musyarakah menurun Bentuk akad lain yang merupakan pengembangan dari musyarakah adalah musyarakah menurun. Pada kerja sama ini, dua pihak bermitra untuk kepemilikan bersama suatu aset dalam bentuk properti, peralatan, perusahaan, atau lainnya. 4 HR. Abu Dawud No. 2936 musyarakah harus didasari dan menunjung tinggi amanat kebersamaan.

Bagian aset pihak pertama sebagai pemodal, kemudian dibagi dalam beberapa unit dan disepakati bahwa pihak kedua sebagai klien, akan membeli bagian aset pihak pertama unit demi unit secara periodik sehingga akan meningkatkan bagian aset pihak kedua sampai semua unit milik pihak pertama terbeli semua dan aset sepenuhnya milik pihak kedua. Keuntungan pada tiaptiap periode dibagi sesuai porsi kepemilikan aset masingmasing pihak saat itu. c. Musyarakah mutanaqishah Yaitu suatu penyertaan modal secara terbatas dari mitra usaha kepada perusahaan lain untuk jangka waktu tertentu, yang dalam dunia modern biasa disebut modal ventura, tanpa unsurunsur yang dilarang dalam syariah, seperti riba, maysir, dan gharar. 3. Landasan Musyarakah dalam Al-Quran dan Hadist...Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian dari mereka berbuat zhalim kepada sebagian lain kecuali yang beriman dan mengerjakan amal shaleh... (QS. Shad:24) 5 Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya. (HR. Abu Dawud No. 2936, dalam kitab Al-Buyu dan Hakim) 6 5 QS. Shad:24 menjelaskan tentang hukum keadilan dalam bersyarikat. 6 HR. Abu Dawud No. 2936 musyarakah harus didasari dan menunjung tinggi amanat kebersamaan.

Sesungguhnya orang-orang yang mengelola harta Allah dengan tidak benar, maka bagi mereka api neraka pada hari kiamat. (HR. Bukhari) 7 Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat sepanjang keduanya tidak saling berkhianat. (HR. Muslim) 8 4. Rukun dan Syarat Musyarakah Rukun dan syarat musyarakah menurut Ismail (2011:179): a. Ijab dan Kabul Ijab dan kabul harus dinyatakan dengan jelas dalam akad dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Penawaran dan permintaan harus jelas dituangkan dalam tujuan akad. 2) Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak. 3) Akad dituangkan secara tertulis. b. Pihak yang Berserikat 1) Kompeten. 2) Menyediakan dana sesuai dengan kontrak dan pekerjaan atau proyek usaha. 3) Memiliki hak untuk mengelola bisnis yang sedang dibiayai untuk memberi kepada mitra kerjanya untuk mengelolanya. 4) Tidak diizinkan menggunakan dana untuk kepentingan sendiri. c. Objek Akad 7 HR. Bukhori menjelaskan hukuman bagi orang yang mengelola harta Allah dengan tidak benar. 8 HR. Muslim menjelaskan pertolongan Allah kepada orang yang tidak berkhianat dalam melakukan syirkah.

Modal: 1) Modal dapat berupa uang tunai atau aset yang dapat dinilai. Bila modal tetapi dalam bentuk aset, maka aset ini sebelum kontrak harus dinilai dan disepakati oleh masing-masing mitra. 2) Modal tidak boleh dipinjamkan atau dihadiahkan ke pihak lain. 3) Pada prinsipnya bank syariah tidak harus minta agunan, akan tetapi untuk menghindari wanprestasi, maka bank syariah diperkenankan meminta agunan dari nasabah atau mitra kerja. d. Kerja 1) Partisipasi kerja dapat dilakukan bersama-sama dengan porsi kerja yang tidak harus sama, atau salah satu mitra memberi kuasa kepada mitra kerja lainnya untuk mengelola usahanya. 2) Kedudukan masing-masing mitra harus tertuang dalam kontrak. e. Keuntungan/ Kerugian 1) Jumlah keuntungan harus dikuantifikasikan. 2) Pembagian keuntungan harus jelas dan tertuang dalam kontrak. Bila rugi, maka kerugian akan ditanggung oleh

masing-masing mitra berdasarkan porsi modal yang diserahkan. 5. Jenis Musyarakah Menurut Ismail (2011:177) musyarakah dibagi menjadi dua jenis yaitu: a. Syirkah Al-Milk Merupakan sebagai kepemilikan bersama antara pihak yang berserikat dan keberadaannya muncul pada saat dua orang atau lebih secara kebetulan memperoleh kepemilikan bersama atas suatu kekayaan tanpa adanya perjanjian kemitraan yang resmi. Syirkah al-milk biasanya berasal dari warisan. b. Syirkah Al-Uqud (contractual partnership) Dapat dianggap sebagai kemitraan yang sesungguhnya, karena pada pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk membuat suatu perjanjian investasi bersama dan berbagi untung dan resiko. (Sjahdeini dalam Ismail, 2011:177) Syirkah Al-Uqud dibagi menjadi lima jenis: 1) Syirkah Mufawwadah Merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih, yang masing-masing pihak harus menyerahkan modal

dengan porsi yang sama dan bagi hasil atas usaha atau resiko ditanggung bersama dengan jumlah yang sama. 2) Syirkah Inan Merupakan akad kerja sama usaha antara dua orang atau lebih, yang masing-masing mitra kerja harus menyerahkan dana untuk modal dengan porsi yang tidak harus sama. Dalam syirkah inan, masing-masing pihak tidak harus menyerahkan modal dalam bentuk tunai saja, akan tetapi dalam bentuk aset atau kombinasi antara uang tunai dan aset atau tenaga. 3) Syirkah Wujuh Merupakan kerja sama usaha antara dua orang atau lebih yang mana masing-masing mitra kerja memiliki reputasi dan prestasi dalam bisnis. Dalam syirkah wujuh, tidak diperlukan modal dalam bentuk uang tunai. Para mitra dapat menggunakan agunan milik masing-masing untuk digunakan sebagai agunan dalam membeli barang secara kredit, kemudian barang itu dijual, dan hasil keuntungan atas penjualan barang itu dibagi sesuai dengan porsi agunan yang diserahkan. 4) Syirkah A mal Syirkah A mal disebut juga syirkah abdan merupakan kerja sama usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih,

masing-masing mitra usaha memberikan sumbangan atas keahliannya dalam mengelola bisnis. 5) Syirkah Mudharabah Merupakan kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih yang mana satu pihak sebagai shahibul maal yang menyediakan dana 100% untuk keperluan usaha, dan pihak lain tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai pengelola atas usaha yang dijalankan, disebut mudharib.