BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di Amerika, Home Care yang terorganisasikan dimulai sejak tahun 1880-an dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan di rumah. Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1990 terdapat 12.000 perawat terlatih diseluruh USA (United State of America) (visiting nurses/vn; memberikan asuhan keperawatan dirumah pada keluarga miskin, public health nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta perawat praktik mandiri yang melakukan asuhan keperawatan di rumah sesuai kebutuhannya) (Lerman D. & Eric B.L, 1993). Di UK (United Kingdom), home care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19, dimulai dengan berkembanganya Distric Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para biarawati yang merawat orang miskin yang sakit dirumah. Mereka mulai melatih wanita dari kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran Distric Nurse (DN) adalah: merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri, merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai, mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah berlalu. Selain Distric Nurse (DN) di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang berperan sebagai Distric Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah: Melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam upaya pemcegahan penyakit dan promosi kesehatan, memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat. Masyarakat menggunakan home care karena mereka menganggap dirawat di institusi pelayanan kesehatan akan membatasi aktivitas sehari-hari, selain itu mereka tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal dan terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak institusi. Home care juga membantu masyarakat yang mengalami keterbatasan membiayai pelayanan kesehatan khususnya pada kasus kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan demikian akan berdampak pada peningkatan kasus-kasus
yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Kinerja perawat sangat berperan penting dalam pelaksanaan home care karena menjadi sorotan masyarakat baik dalam pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan. Analisis situasi pelayanan keperawatan oleh direktorat keperawatan depkes bekerjasama dengan WHO mengadakan penelitian tentang pelayanan keperawatan dan kebidanan yang dilakukan pada tahun 2000, menunjukkan gambaran sebagai berikut: 1) 70,9 % perawat dan bidan selama 3 tahun terakhir tidak pernah mengikuti pelatihan. 2) 39,8 % perawat dan bidan masih melakukan tugas-tugas kebersihan. 3) 47,4 % perawat dan bidan tidak memiliki uraian tugas secara tertulis. 4) belum dikembangkan monitoring dan evaluasi kinerja klinis bagi perawat dan bidan secara khusus (depkes, 2006). Pada tahun 2012 dengan jumlah 58 perawat di RSUD Kabanjahe menyebutkan bahwa secara keseluruhan lebih dari setengah (57,1%) perawat memiliki kinerja yang baik dalam melakukan pelayanan keperawatan dan sisanya (42,9%) perawat masih memiliki kinerja yang kurang (42,9%) perawat memiliki kinerja yang baik dalam melakukan pengkajian (28,6%) perawat memiliki kinerja yang baik dalam melakukan diagnosis dan pelaksanaan. Pelayanan keperawatan kesehatan dirumah merupakan salah satu bentuk implikasi dari strategi pembangunan kesehatan dalam rangka menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat serta meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelaksanaan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah yang profesional akan melibatkan keluarga pasien dan berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan. Kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah dilakukan guna menunjang proses penyembuhan, pemulihan, maupun peningkatan kesehatan pasien. Pada saat ini, home care di Indonesia sudah banyak dilaksanakan baik oleh rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, maupun puskesmas. Di kota Yogyakarta, sudah ada 18 puskesmas yang menjalankan program home care setelah diberlakukannya Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 65 Tahun 2010 tentang home care services. Berdasarkan data-data dari 6 puskemas di Kota Yogyakarta semua home care menggunakan sistem tim atau saling bekerja sama dengan dokter, gizi dan lainnya jadi tidak perawat saja yang bekerja menangani home care itu sendiri. Diantaranya puskesmas Tegalrejo yang mempunyai 9 perawat dan semuanya saling bekerja sama dalam menangani home care dan kasus yang sering terjadi adalah ulkus DM, dekubitus dan di Puskesmas itu juga mengadakan pelatihan untuk perawat baru sebelum menangani home care, kemudian Puskesmas Umbulharjo 1 yang mempunyai 6 perawat dan semuanya menangani home care, kasus yang sering terjadi adalah hipertensi, DM dan jumlah pasien pertahun mencapai 610 pasien. Puskesmas Umbulharjo II yang mempunyai 5 perawat dan kasus yang sering ditangani adalah stroke, hipertensi, kecelakaan, DM, rata-rata pasien per bulannya 2 orang pasien dan pertahunnya 50 pasien, puskesmas Gondokusuman I mempunyai 5 perawat dan ada jadwalnya masing-masing, kasus yang sering terjadi adalah stroke, puskesmas Gondokusuman II mempunyai 2 orang perawat dan
semuanya menangani home care dan kasus yang sering terjadi adalah diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jiwa, dan puskesmas Jetis mempunyai 8 perawat, dan semua tenaga kesehatan saling berkolaborasi dalam pelaksanaan home care, kasus yang sering terjadi adalah diabetes melitus, gizi buruk, gangguan jiwa TB, hampir satu minggu sekali puskesmas tersebut menerima home care. Keberhasilan program home care di puskesmas Kota Yogyakarta tidak terlepas dari kinerja tenaga kesehatan yang terlibat didalamnya, terutama perawat yang memegang peran penting dalam pelayanan home care, ada beberapa perawat yang sudah mengikuti pelatihan yang diadakan dirumah sakit dan setelah mengikuti pelatihan itu perawat mengaku bahwa kinerjanya menjadi lebih baik. Secara profesional, perawat akan memberikan pelayan yang berkualitas kepada pasiennya agar pasien dapat mencapai tingkat kesehatannya. Dan juga sarana dan prasarana puskesmas yang memadai, kinerja perawat yang ditunjukan kepada pasien, secara tidak langsung akan mempengaruhi persepsi pasien mengenai pelayanan home care yang diberikan. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dan/ keluarga dari pelayanan yang diberikan. Mutu pelayanan home care di puskesmas menjadi sangat berpengaruh terhadap minat keluarga atau pasien untuk menggunakan program pelayanan kesehatan ini. Oleh karena itu penilaian atau evaluasi kinerja perawat dalam pelayanan home care di puskesmas menjadi penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja perawat dalam menangani home care. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian di atas maka menjadi penting untuk dilakukan penelitian tentang kinerja perawat dalam pelaksanaan home care di Puskesmas Kota Yogyakarta. 1. Tujuan Umum C. Tujuan penelitian Untuk mengetahui kinerja perawat dalam menangani home care di Puskesmas Kota Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui jenis kasus yang sering ditangani dalam pelaksanaan home care di Puskesmas Kota Yogyakarta. b. Mengetahui besarnya pendapatan perawat dalam pelaksanaan home care di Puskesmas Kota Yogyakarta. c. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat dalam pelaksanaan home care di Puskesmas Kota Yogyakarta.
d. Mengetahui kelengkapan alat yang digunakan perawat dalam pelaksanaan home care di Puskesmas Kota Yogyakarta. e. Mengetahui SOP yang dijalankan oleh perawat untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Yogyakarta. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi : 1. Manfaat teoritis : D. Manfaat penelitian Penelitian ini sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan mengenai kinerja perawat dalam pelaksanaan home care di Kota Yogyakarta. 2. Manfaat praktis : a. Bagi Dinas Kesehatan, sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan pelayanan kesehatan. b. Bagi Puskesmas, sebagai tolak ukur dalam pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan home care khususnya pada kinerja perawat itu sendiri. c. Bagi peneliti, sebagai hasil pengalaman nyata dalam menerapkan ilmu penelitian tentang kinerja perawat dalam pelaksanaan home care di Kota Yogyakarta. d. Peneliti lain, Sebagai salah satu sumber bacaan penelitian dan pengembangan manajemen kinerja klinik bagi perawat dalam pelaksanaan home care. E. Keaslian penelitian Penelitian ini mengenai kinerja perawat dalam menagani home care di Puskesmas Kota Yogyakarta, sepengetahuan penulis beberapa peneitian yang berhubungan yaitu : 1. Jaiz, A. (2007) : evaluasi pengembangan manajemen kinerja perawat dan bidan di Kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta dengan menggunakan rancangan penelitian kualitatif, studi kasus, subjek penelitiannya. Peserta pelatihan, direktur dan kepala seksi keperawatan rumah sakit serta kepala puskesmas, dan menggunakan analisa data Analisis kualitatif uji (t-test). 2. Koentjoro, T. (2005) : pengembangan manajemen kinerja klinik perawat dan bidan sebagai strategi dalam meningkatkan mutu klinis dengan menggunakan rancangan penelitian Kualitatif, observasi dan evaluasi, subjek penelitiannya perawat dan bidan, dan menggunakan analisis kualitatif.
3. Iriani, R. (2007) : penilaian kinerja perawat puskesmas Tanah Tinggi dalam persiapan pengembangan puskesmas rawat inap dengan menggunakan rancangan penelitian analisis deskriptif kuantitatif, subjek penelitiannya Perawat, karyawan, puskemas, pasien, dan menggunakan analisa Kuantitatif uji (t-test).