BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mengembangkan berbagai ragam potensi anak didik,

BAB I PENDAHULUAN. saing dalam menghadapi zaman perubahan yang serba instan. 1 Oleh karena

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan baik

BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT semaksimal mungkin. Mempunyai akal pikiran yang cerdas

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari IPA adalah fisika yang merupakan cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mereka mampu berpikir luas untuk mendapatkan apa yang setiap orang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa : a. Pengelolaan pembelajaran menggunakan metode eksperimen pada materi

BAB I. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. dan model pembelajaran yang interaktif dan melibatkan keaktifan siswa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Secara khusus,

BAB I PENDAHULUAN. Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang merumuskan bahwa: mempengaruhi sumber daya manusia (SDM) suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh manusia semakin kompleks dan bervariasi. Oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

BAB I PENDAHULIAN. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. latihan yang berlangsung di sekolah di sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. dari pembelajaran. Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran, tetapi guru harus mampu membelajarkan anak. 1 Hal ini memaksa seorang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB V ANALISA. a. Hasil belajar pada ranah kognitif pada Kelas Direct Instruction dan Cooperative Learning

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran maupun dalam mengatasi kesulitan- kesulitan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Arus kemajuan zaman yang ditandai dengan semakin pesatnya ilmu

Sutrisno a. Jl. Dr. Cipto-Lontar No1 Semarang Telp. (024) Faks (024)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pengajarannya, oleh karena itu setiap pengajar menginginkan

Ratnah Pemerhati Pendidikan Ekonomi -

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah suatu pelajaran yang berkaitan dengan ilmu alam dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu setiap pengajar menginginkan pengajarannya dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda.

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, moral, keimanan dan ketakwaan manusia (Syaefudin, 2005: 6).

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat. telah menjadi problematika manusia dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan menjadikan kualitas hidup menjadi lebih baik dan bernilai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mahluk hidup pada siswa kelas VII-1 SMPN-2 Pangkalan Banteng, penggunaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu sains merupakan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang sesuai perkembangan zaman. Pengaruh perkembangan tersebut nampak jelas dalam upaya pembaharuan dalam sistem pendidikan dan pembelajaran, upaya pembaharuan tersebut terdiri dari pembaharuan sarana fisik dan non fisik. Contoh pembaharuan sarana non fisik dalam pendidikan seperti pengembangan kualitas tenaga kependidikan yang memiliki pengetahuan, cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia, serta sikap profesional terhadap tugas yang diembannya. Pendidikan dalam pandangan Islam dijelaskan dalam ayat Al-Qur an surah Thoha ayat 114 sebagai berikut: Artinya: Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."( Q.S Thaaha: 114) 1

2 Kualitas pembelajaran sains di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar siswa di sekolah. Sukses dalam mengajar hendaknya dinilai berdasarkan hasil yang mantap, tahan lama dan dapat digunakan oleh siswa dalam hidupnya. Jika hasil belajar itu berupa sederetan kata-kata yang dihafal maka akan segera hilang, hasil belajar seperti itu tidak meresap ke dalam pribadi anak dan tidak membentuk perkembangan mental anak. Mengajar dengan sukses mengusahakan agar isi mata pelajaran bermakna bagi kehidupan anak dan dalam pada itu membentuk pribadinya. Ini tercapai bila dalam mengajar itu diutamakan pemahaman, wawasan, inisiatif dan kerjasama dengan mengembangkan kreativitas. Hasil itu tidak akan tercapai bila mengajar itu hanya merupakan latihan untuk menghafalkan hal-hal yang misalnya dianggap perlu untuk ujian. 1 Agar berhasil dengan baik, mengajar memerlukan pemahaman, kecakapan, inisiatif dan kreativitas seorang guru. Belajar dalam pandangan Islam dijelaskan dalam ayat Al-Qur an surah Al- Mujaadilah ayat 11 sebagai berikut: h. 3 1 Mursell. J & Prof. Dr. Nasution.S, Mengajar Dengan Sukses, Jakarta: Bumi Aksara, 1995,

3 Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Mujaadilah: 11) Perkembangan teknologi pendidikan semakin pesat saja yang mana dari waktu ke waktu muncul metode, model dan strategi baru pembelajaran untuk mempercepat penguasaan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan oleh siswa. Namun di sekolah-sekolah masih cenderung menerapkan model pengajaran tradisional (ceramah) dalam menyampaikan materi pada pembelajaran sains. Metode pengajaran ini cenderung bersifat searah yaitu peran guru lebih utama dibanding peran siswa. Pada saat kegiatan belajar mengajar guru menjadi titik tolak pembelajaran dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa, tanpa peran aktif bagi siswa yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi membosankan sehingga prestasi belajar siswa akan turun. Model dalam pembelajaran memiliki banyak variasi. Salah satunya adalah model pembelajaran langsung (Direct Instruction). Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. Menurut Arends (1997), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan

4 prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu model pembelajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. 2 Model pembelajaran langsung berbeda dengan metode ceramah dimana metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. 3 Bisa dikatakan metode ceramah adalah satu-satunya metode yang paling ekonomis dan paling efektif untuk mengatasi kelangkaan literature yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman siswa. Kelemahan pengajaran tradisional antara lain adalah: penggunaan metode mendengarkan dan resitasi yang dianggap sebagai pemborosan, tugastugas konvensional yang diberikan tidak menentu/tidak jelas, pengajaran terpusat pada kata-kata dan kurang memperhatikan pada arti dan makna, sangat mementingkan sejumlah besar faktor-faktor yang kurang berarti dan terlampau mudah dilupakan, gagal menggunakan alat-alat audio visual dan alat-alat belajar yang konkret, tidak berhasil mengkorelasikan pengajaran dengan praktek dan pusat-pusat minat, masalah, dan proyek, tidak mampu mengadakan pengukuran/penilaian secara tepat dan objektif terhadap kemajuan murid. 4 Selain itu pengajaran tradisional memberikan tekanan 2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana, 2009, h. 41 3 Buchari Alma, Guru Profesional, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 45 4 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, h. 57

5 perkembangan intelektual. Caranya ialah dengan mengingat-ingat hal-hal yang telah dibaca dan tugas-tugas dalam pelajaran berhitung. Kurang memperhatikan perencanaan belajar dan emosional siswa. Para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang dipompakan oleh guru. Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) memiliki keuntungan sebagai berikut: 1) dengan model ini guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa, 2) model pembelajaran ini menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), 3) model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas kecil, 4) siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas, 5) waktu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran bisa terkontrol dengan baik, 6) merupakan cara untuk memberikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa. 5 Sebagaimana pembelajaran yang lain, pembelajaran langsung juga memiliki sintaks dalam pembelajaran yakni: memberikan tujuan dan establishing set, melaksanakan demonstrasi, memberikan latihan terbimbing, memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan praktek independen. 6 5 http://ekagurunesama.blogspot.com/2010/07/kelebihan-model-pembelajaran-langsung.html/ 8 juni 2013 6 Richard I. Arends, Learning To Teach, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 303-310

6 Kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan 7. Suhu sendiri didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. 8 Kalor juga merupakan suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda itu berubah suhu, wujud, maupun bentuk. Peneliti memilih materi pokok suhu dan kalor karena materi ini berisi banyak fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Standar kompetensi pada materi ini adalah siswa mampu memahami tentang suhu dan kalor beserta hubungannya dengan kejadian yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu materi ini juga tidak terlalu banyak menggunakan rumus-rumus yang memerlukan pengetahuan matematika yang tinggi. Sebagian besar tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu yang bisa diungkapkan dengan kata-kata, misalnya nama alat pengukur suhu. Guru juga membantu siswa untuk memahami pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara menggunakan termometer. Setelah hasil wawancara saya dengan guru disana metode yang digunakan adalah metode diskusi dimana siswa menyediakan bahan pelajaran sendiri dalam bentuk tugas kemudian didiskusikan pada pertemuan materi pembelajaran tersebut. Penulis menerapkan model pembelajaran langsung pada penelitian ini karena model pembelajaran 7 Marthen Kanginan, Fisika, Jakarta: Erlangga, 2006, h.105 8 Supiyanto, Fisika, Jakarta: Phibeta, 2006, h. 140

7 langsung adalah model yang efektif dari segi waktu. Adapun nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 72. Nilai tersebut belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah yakni 75. Maka penerapan model pembelajaran langsung dirasa tepat untuk menyampaikan materi suhu dan kalor. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor Di Kelas X Semester II SMAN 4 Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dibuatlah perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada materi pokok suhu dan kalor? 2. Bagaimana aktivitas siswa saat pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada materi pokok suhu dan kalor? 3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran langsung pada materi pokok suhu dan kalor? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengelolaan pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X

8 2. Mengetahui aktivitas siswa saat pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X 3. Mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran langsung pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X D. Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Fisika. 2. Bagi guru selaku pendidik sebagai referensi dalam memilih pembelajaran yang tepat. 3. Bagi penulis digunakan untuk menambah pengetahuan dalam membekali diri sebagai calon guru fisika yang profesional yang diperoleh dari penelitian secara ilmiah yang nanti akan dijadikan sebagai modal sebagai guru atau pengajar. 4. Bagi peneliti lain digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang sejenis. E. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, maka diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran langsung (Direct Instruction). 2. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X semester II SMAN 4

9 Palangka Raya. 3. Peneliti sebagai pengajar. 4. Materi hanya terbatas pada suhu dan kalor 5. Ketuntasan belajar siswa diukur dari ranah kognitif F. Definisi Konsep Untuk menghindari kerancuan dan mempermudah pembahasan tentang beberapa definisi konsep dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan sebagai berikut: 1. Penerapan Penerapan merupakan kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari, ke dalam situasi baru yang konkrit. 9 2. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. 10 3. Pembelajaran Langsung Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. Menurut Arends (1997), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang 9 Team Didaktik Metodik kurikulum IKIP Surabaya, Pengatar Didaktik Metodik Kurikulum PMB, Jakarta: Rajawali, 1989, h. 169. 10 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana, 2009, h.22

10 proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. 11 4. Suhu dan Kalor Suhu dan kalor merupakan salah satu materi dalam fisika. Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. 12 Kalor didefinisikan sebagai energi yang berpindah dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan. 13 G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi: 1. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian. Dalam latar belakang penelitian ini digambarkan secara umum penyebab serta alasan-alasan yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian ini. Setelah itu, dirumuskan secara sistematis mengenai masalah penelitian yang akan dikaji agar penelitian lebih terarah. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian serta definisi konsep untuk menghindari kerancuan serta mempermudah pembahasan dan yang terakhir dari bab pertama ini adalah sistematika pembahasan. 2. Bab kedua, memaparkan deskripsi teoritik yang menerangkan tentang variabel yang diteliti yang akan menjadi landasan teori atau kajian teori 11 Ibid, h. 41 12 Bob Foster, Terpadu Fisika, Jakarta: Erlangga, 2003, h. 150 13 Marthen Kanginan, Fisika, Jakarta: Erlangga, 2006, h. 105

11 dalam penelitian yang memuat dalil-dalil atau argumen-argumen variabel yang akan diteliti. 3. Bab ketiga, metode penelitian yang berisikan pendekatan dan jenis penelitian serta wilayah atau tempat penelitian ini dilaksanakan. Selain itu di bab ketiga ini juga dipaparkan mengenai tahapan-tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data agar yang diperoleh benar-benar shahih dan dapat dipercaya. 4. Bab keempat, berisi hasil penelitian berupa dari data-data dalam penelitian dan pembahasan dari data-data yang diperoleh. 5. Bab kelima, kesimpulan dari penelitian yang menjawab rumusan masalah dan saran- saran dari peneliti dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.