BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP DEBT TO ASSET RATIO DAN SYSTEMATIC RISK

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. buku satu periode. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana peningkatan dana bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

DAFTAR PUSTAKA. Pengaruh Kepemilikan Institusional..., Putri Barlian, FEB UMP 2017

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Tujuan-tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu cara perusahaan untuk mengembangkan usahanya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi (Soewardjono, 2005 dalam Yenibra, 2014). Asimetri

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua produknya. Perusahaan-perusahaan tersebut harus dapat mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Namun pemisahan ini mengakibatkan keleluasaan manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan dengan menetapkan keputusan struktur modalnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. sangat krusial demi berlangsungnya kestabilan dalam sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB I PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum di seluruh dunia. Sebagian. besar negara mengalami kemunduran dan kesulitan keuangan karena

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk mencari keuntungan, profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis yang mulai memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan perusahaan semakin tajam. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan kegiatan dengan efektif dan efisien agar tetap memilik daya saing dengan perusahaan lain (Pradana & Kiswanto, 2013). Manajemen risiko yang bagus dan terskruktur berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi pengelapan dan melindungi sumber daya perusahaan baik yang berwujud maupun tidak berwujud (Ramadhani, Sari dan Darlis, 2015). Manajemen risiko semakin hangat dalam dunia bisnis khususnya di Amerika Serikat, akibat runtuhnya beberapa perusahaan AS yang baik karena kecurangan maupun penipuan laporan akuntansi seperti yang dialami oleh Enron dan Worldcom membuat beberapa perusahaan berinisiatif untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan perhatian terhadap peran dari manajemen risiko (Sumbramaniam, et al. 2009 dalam Ramadhani, Sari dan Darlis, 2015). Menurut Ashkhabi dan Agustina (2015) kasus perusahaan dengan hutang yang tinggi terjadi pada tahun 2008 ketika PT. Suba Indah mengalami delisting. Pada tahun 2007, PT. Suba Indah digugat pailit oleh krediturnya atas kewajiban yang tidak dibayar oleh PT. Suba Indah. Suba Indah tercatat memiliki utang kepada Bank Mandiri sebesar RP. 773,88 miliar. Suba Indah juga gagal membayar (default) atas surat sanggup US$ 12 juta kepada 1

Commodity Credit Corporation sejak tahun 2004. Suba Indah menunggak pembayaran utang kepada Departemen Pertanian Amerika Serikat US$ 11,89 juta. Ditambah lagi bunga yang timbul dari keterlambatan pembayaran utang sebesar US$ 3,23 juta per 31 Desember 2006. Kasus utang lain juga terjadi pada PT Sekar Bumi tahun 2009 ketika pelemahan kondisi keuangan perusahaan dan gagal memenuh kewajiban terhadap para kreditur sekitar RP. 943 miliar. Kegagalan memenuhi kewajiban juga dipicu dampak krisis moneter yang juga berdampak pada kinerja keuangan perusahaan yang mengakibatkan PT. Sekar Bumi mengalami delisting. Menurut Pradana dan Kiswanto (2013) Fungsi keuangan merupakan fungsi penting dalam perusahaan. Kebutuhan dana perusahaan bisa berasal dari internal maupun eksternal. Dana yang berasal dari modal sendiri bisa berupa modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Sedangkan dana dari luar perusahaan dapat berupa hutang (debt financing). Menurut Ashkhabi dan Agustina (2015) hutang merupakan salah satu cara memperoleh dana dari pihak eksternal yaitu kreditor. Dana yang diberikan oleh kreditor dalam hal pendanaan terhadap perusahaan tersebut menimbulkan biaya hutang bagi perusahaan, dimana biaya hutang (cost of debt) merupakan tingkat bunga yang diterima oleh kreditor sebagai tingkat pengambilan yang diisyaratkan. Subramanyam dan Wild (2005) mengatakan bahwa struktur modal merupakan salah satu sumber pendanaan ekuitas dan utang pada suatu perusahaan. Sumber pendanaan tersebut dapat dijadikan suatu indikator untuk menilai apakah perusahaan mempunyai stabilitas keuangan dan dapat 2

melunasi utang yang ada. Struktur modal yang baik pada perusahaan dapat digunakan sebagai acuan untuk perusahaan memiliki stabilitas keuangan perusahaan dan dapat menghindari risiko gagal untuk membayar hutang. Dengan adanya DAR yang efektif mampu menciptakan keuangan perusahaan dengan kuat dan stabil. Untuk itu, DAR menjadi salah satu yang menjadi faktor pertimbangan yang sangat penting. Oleh karena itu semakin besar nilai hutang, maka risiko yang akan dihadapi perusahaan akan meningkat, khususnya risiko yang terkait dengan ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Hal ini menyebabkan pemegang saham dan kreditur akan meminta tambahan return yang merupakan kenaikan biaya ekuitas dan biaya utang bagi perusahaan (Rebecca, 2012). Menurut Pradana dan Kiswanto (2013) risiko adalah ketidakpastiaan yang dialami oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sekiman kecil risiko bisnis, akan menyebabkan struktur modal menjadi lebih optimal, sebaliknya, semakin besar risiko bisnis, maka akan semakin kecil tingkat keoptimalan struktur modal. Menurut Husnan (2015) sumber risiko dibagi menjadi 2 yaitu systematic risk dan unsystematic risk. Systematic risk merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan. Risiko sistematis juga sering disebut dengan risiko yang selalu ada tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko sistematis juga disebut dengan risiko pasar (market risk). Disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai 3

risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Faktor-faktor tersebut misalnya, kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan lainnya. Faktor-faktor ini menyebabkan ada kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama dan karenanya selalu dalam setiap saham. Prinsip Corporate Governance merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan berinvestasi dalam suatu perusahaan (Amelia dan Yadnyana, 2016). Beberapa prinsip dalam Good Corporate Governance yaitu meliputi Transparansi (Transperency), Akuntabilitas (Accountability), Responsibilitas (Responcibility), Independensi (Independency), Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness). Penerapan Good Corporate Governance memiliki prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya (Saraswati, Sulistyo, dan Mustikowati, 2011). Menurut Corporate Governance Perception Index (2012) tata kelola perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dapat mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan stakeholder. Tata kelola perusahaan yang baik akan mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri, dan umumnya Good Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan dari para investor. Oleh karena itu Good Corporate Governance dapat mengontrol tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam kepentingan stakeholder. 4

Teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut Putri dan Natsir (2006) manajemen sebagai pengelola perusahaan dalam kenyataanya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Kondisi semacam ini dikenal dengan informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Laksana, Jaya 2015). Salah satu pihak eksternal yang memainkan peran penting adalah investor institusional yang sering diproksikan dengan kepemilikan institusional (Kusumaningrum, 2013). Peran kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan memainkan pengaruh yang besar pada pengungkapan manajemen risiko karena aksesibilitas mereka dalam proses partisipasi pengambilan keputusan di manajemen tingkat atas (Iryanti & Irene, 2015). Menurut Ramadhani, Sari & Darlis (2015) komisaris independen yang besar dalam struktur dewan komisaris akan memberikan pengawasan yang lebih baik dan dapat membatasi peluang-peluang kecurangan pihak manajemen. Dengan tindakan independennya, komisaris independen dapat membantu perusahaan untuk membuat kebijakan yang ditetapkan semat-mata untuk kepentingan perusahaan. Fama dan Jensen dalam Sambera (2013) mengatakan bahwa dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian risiko paling penting. Dewan 5

komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan (Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2002). Menurut Nugroho (2013) yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel lain yaitu ukuran dewan direksi, kepemilikan remunerasi tidak berpengaruh signifikan dan profitabilitas, likuiditas dan asset tangibility berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang cukup beragam mengenai Corporate Governance yang telah dilakukan, maka penulis tertarik untuk menguji kembali mengenai Corporate Governance. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mai M Umar (2010) dengan penelitian perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Iindonesia tahun 2000-2007 dengan menggunakan path analysis. Untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan laporan tahunan (annual report) perusahaan pada tahun 2013-2015 dan menggunakan metode analisis regresi berganda serta dengan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 6

Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur karena disinyalir banyak perusahaan yang tidak membagikan dividen tunai, ketika perusahaan membagikan dividen tunai berarti perusahaan mempunyai dana untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga. Menurut Rebecca (2012) Semakin besar total aset yang dimiliki oleh perusahaan, maka diharapkan perusahaan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk melunasi seluruh kewajibannya di masa yang akan datang sehingga risiko perusahaan mengalami default akan meningkat. Sebagai hasilnya, biaya utang yang ditanggung oleh perusahaan pun menjadi lebih tinggi. Berdasarkan pada uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, dan Dewan Komisaris terhadap Debt to asstes ratio (DAR) dan Systematic risk pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan tersebut, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap DAR? 2. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap DAR? 3. Apakah dewan komisaris berpengaruh positif terhadap DAR? 4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap systematic risk? 7

5. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap systematic risk? 6. Apakah dewan komisaris berpengaruh positif terhadap systematic risk? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di susun, maka tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh negatif kepemilikan institusioal terhadap DAR. b. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan komisaris independen terhadap DAR. c. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan komisaris terhadap DAR. d. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif kepemilikan institusional terhadap systematic risk. e. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan komisaris independen terhadap systematic risk. f. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh positif dewan komisaris terhadap systematic risk. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti Sebagai acuan terutama untuk penelitian yang berkaitan dengan Corporate Governance terhadap DAR dan systematic risk. 8

b. Bagi perusahan Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan atau sebagai pertimbangan yang bermanfaat bagi perusahaan terkait dengan mekanisme tata kelola perusahaan tentang pentingnya pengaruh kepemilikan institusional, komisaris independen dan dewan komisaris terhadap DAR dan systematic risk. c. Bagi masyarakat Penelitian ini sebagai informasi tambahan bagi pembaca yang ingin lebih mengetahui tentang Corporate Governance secara internal. d. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya. e. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk mempertimbangkan dalam berinvestasi. 9