BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tetapi belum diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Pemerintah in

Summary Pengadaan PNS

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah setiap warga Negara Republik

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini peran Pegawai Negeri Sipil (PNS) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara mempunyai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pegawai Negeri Sipil, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Pegawai berarti

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

BAB IV KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dengan menggunakan 2 indikator yang

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam suatu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005

KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DALAM PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

2 c. bahwa dalam rangka melakukan penyesuaian ketentuan pelaksanaan mengenai kepegawaian berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERTANYAAN BAPAK AHMAD SAMSUDIN TENAGA HONORER DARI KENDAL, JAWA TENGAH Tanggal 23 April 2010

PENYERAHAN SURAT KEPUTUSAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL TENAGA HONORER KATEGORI I DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KULONPROGO

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 043 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TENAGA HONORER. harus berdasarkan dan diatur oleh hukum. Pada awalnya masalah kepegawaian,

Proses pengadaan Calon Penegawai Negeri Sipil (CPNS) meliputi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan saat ini belum dikatakan baik atau sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Budaya birokrasi antara satu daerah dengan daerah lainnya memiliki

5) PROSEDUR PENGADAAN TENAGA HONORER KONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

TENTANG BUPATI BANYUWANGI

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Proses perekrutan pegawai yang dilakukan oleh instansi PPPGL (Pusat

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

I. PENDAHULUAN. Sejarah pemerintahan Indonesia mencatat berbagai kebijakan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

Menimbang Kembali Gagasan Revisi UU Aparatur Sipil Negara

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN. NOMOR 064 TAHUN 2016-Si.1-BKD/2013

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ELEMEN-ELEMEN SCENARIO PLANNING BAGI REFORMASI KEBIJAKAN REKRUTMEN DAN SELEKSI PNS DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2015 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pencabutan.

LAPORAN SINGKAT PANJA PENGAWASAN TENAGA HONORER KOMISI II DPR RI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah singkat Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Dalam suatu negara, agar tercapainya negara yang baik diperlukanlah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SEKRETARIS DESA DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

1. Nama Instansi : BKD, Diklat Kota Banjarmasin

NOMOR : K V TANGGAL : 28 APRIL 2OL4 MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI,

SEKRETARIAT KABUPATEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN LAPORAN KKL. 4.1 Komunikasi dalam Pengadaan Pegawai Negeri Sipil Kepada. Para Pelamar di Kantor BKPPD Kabupaten Cianjur.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN PEMBERKASAN ADMINISTRASI CPNS TANAGA HONORER KATEGORI II PROVINSI JAWA BARAT

Nomor : B/ 1110/M.PAN/6/2005 Jakarta, 9 Juni 2005 Sifat : Amat segera Perihal : Kebijakan Umum Pengadaan Pegawai Negeri Sipil Tahun Anggaran 2005.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

B U P A T I T A N J U N G J A B U N G T I M U R

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGANGKATAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah yang menjadi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL

DATA / PROFIL UNIT KERJA

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah melakukan penelitian, pada bab ini akan diuraikan mengenai

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 170 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN INTELIJEN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

5) PROSEDUR PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN SKPD

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

BUPATI POHUWATO PENGUMUMAN NOMOR :810/BKPPD/365 /V/2017

BAB II LATAR BELAKANG DIBERLAKUKANNYA MORATORIUM CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS)

BUPATI SEMARANG TANGGAL 3 APRIL 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia memiliki peran dan fungsi yang sangat vital dan tidak dapat digantikan oleh sumber daya lainnya, karena sumber daya manusia merupakan satusatunya sumber daya yang dapat membuat sumber daya lainnya berjalan. Kemajuan dan keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas dan kapabilitas sumber daya manusia di dalamnya. Motif dan tujuan yang kompleks di dalam organisasi merupakan tantangan dalam pengelolaan sumber daya manusia. Profesionalisme kerja yang kompleks membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Sumber daya manusia yang andal diperlukan di setiap posisi kerja atau jabatan termasuk pada unsur pemerintahan. Salah satu cara dalam mencari sumber daya manusia yang berkualitas yaitu melalui rekrutmen. Sumber daya manusia lebih dikenal dengan istilah pegawai negeri, dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, yang merupakan perubahan atas

2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok Pokok Kepegawaian dijelaskan bahwa pegawai negeri yang disingkat PNS adalah setiap warga negara indonesia yang memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai negeri berkedudukan sebagai aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan 1. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan kepada masyarakat sangat tergantung kualitas dan kesempurnaan dari pada pengelolaan aparatur negara khususnya pegawai negeri, juga ditentukan oleh kualitas pegawai negeri sipil itu sendiri, penyediaan anggaran untuk pemberdayaan serta peralatan yang mendukungnya. Maka dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan adanya pegawai negeri sipil sebagai unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi negara dan abdi masyarakat harus mampu memberikan pelayanan prima yang dilakukan. 1 Peraturan Pemerintah RI Tahun 2013 Tentang Pegawai Negeri Sipil dan Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara hlm. 174

3 Dalam pengadaan calon pegawai negeri sipil mulai tahun 2005 pemerintah telah menetapkan kebijakan pengangkatan tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil. Pengangkatan ini dilaksanakan oleh pemerintah atas pertimbangan agar pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah, yang sebagian dilakukan oleh tenaga honorer dapat berjalan dengan lancar. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2012 yang merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat menjadi (CPNS) merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tenaga honorer di Indonesia, terutama bagi tenaga honorer yang telah lama mengabdi pada suatu instansi pemerintahan namun belum ada kejelasan mengenai statusnya karena belum juga diangkat menjadi CPNS. Pengadaan pegawai negeri sipil merupakan proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong dimulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan, penetapan kelulusan, permintaan Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil (NIP) sampai dengan pengangkatan menjadi CPNS 2. Lowongan formasi pada suatu organisasi pemerintahan pada umumnya disebabkan adanya PNS yang berhenti karena pensiun, meninggal dunia, mutasi jabatan, pengembangan organisasi atau karena sebab lainnya. Pengadaan pegawai negeri sipil yang tujuannya untuk mengisi formasi yang 2 Harsono, 2011, Sistem Administrasi Kepegawaian, Fokusmedia, Bandung, hlm. 43-47.

4 lowong, oleh karena itu maksud dari pengadaan pegawai tersebut dilaksanakan atas dasar kebutuhan penambahan pegawai, baik dalam arti jumlah, kualitas pegawai serta kompetensi jabatan yang dibutuhkan. Untuk itu, setiap warga negara republik Indonesia yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku diberi kesempatan yang sama untuk mengajukan lamaran pekerjaan sebagai calon pegawai negeri sipil. Pengadaan pegawai dapat bersumber dari pelamar umum maupun tenaga honorer. Tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Honorer kategori I (K-I) merupakan tenaga honorer yang pembiayaan honornya dibiayai langsung oleh APBN/APBD. Untuk diketahui, tenaga honorer yang masuk kategori I sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 5 Tahun 2010, adalah tenaga honorer yang bekerja di instansi pemerintahan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2005, secara terus menerus tanpa terputus. Honorer K-I memiliki peluang langsung diangkat menjadi PNS, sedangkan Honorer kategori II (K-II) adalah tenaga honorer yang diangkat per 1

5 Januari 2005 dan tidak mendapat upah dari APBN/APBD. Untuk tenaga honorer kategori II apabila ingin diangkat menjadi CPNS harus mengikuti tes seleksi terlebih dahulu. Tenaga Honorer yang masuk dalam aturan pemerintah tersebut adalah seperti halnya guru bantu, guru honorer, guru wiyata bakti, pegawai honorer, pegawai kontrak serta pegawai tidak tetap. Berdasarkan analisis situasi di dalam perakteknya masih banyak permasalahan dalam pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer K-II, seperti yang terjadi di Kota Bandar Lampung, yang dimana terdapat 5 (lima) guru honorer yang memalsukan SK mundur hingga bisa mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), sedangkan yang lulus seleksi berkas justru bingung karena tidak ada petunjuk dari BKD kapan mereka melakukan pemberkasan ulang dan tahap selanjutnya. BKD Provinsi Lampung menyatakan bahwa semua kewenangan di putuskan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN), Provinsi hanya menjalankan saja sebab penerimaan CPNS ini berbeda dengan penerimaan biasaanya karena telah di atur di Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2012. (Sumber ; Radar Lampung, Jum at 28 Februari 2014) Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk menulis skripsi mengenai Pengangkatan Tenaga Honorer Kategori II Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Di Provinsi Lampung.

6 1.2 Masalah dan Ruang Lingkup 1.2.1 Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pengangkatan pegawai honorer kategori II menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Provinsi Lampung? 2. Faktor-faktor apakah yang menghambat pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer kategori II menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Provinsi Lampung? 1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Lampung, dimulai dari seleksi administrasi, tes kompetensi dasar dan tes kompetensi bidang, penetapan kelulusan, penetapan Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil (NIP) sampai dengan pengangkatan menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Dengan pembahasan ruang lingkup diharapkan penelitian dapat dilakukan dengan lebih seksama dan sistematis guna mendapatkan hasil yang baik.

7 1.3 Tujuan penelitian Sesuai dengan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer kategori II menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Provinsi Lampung. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Provinsi Lampung. 1.4 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Kegunaan Teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Pelaksanaan Pengangkatan Tenaga Honorer Kategori II menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Provisi Lampung.

8 b. Kegunaan Praktisi Kegunaan Praktisi dari penelitian ini adalah untuk : 1) Memperluas pengetahuan bagi masyarakat luas, khususnya yang berhubungan dengan Pengangkatan Tenaga Honorer Kategori II di Provinsi Lampung. 2) Sebagai bahan pedoman bagi masyarakat khususnya pegawai honorer Kategori II dalam mewujudkan keinginan menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). 3) Sebagai rekomendasi strategis untuk dijadikan referensi dalam pelaksanaan pengangkatan pegawai honorer Kategori II menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Provinsi Lampung. 4) Sebagai syarat dalam menempuh ujian untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung.