I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini peran Pegawai Negeri Sipil (PNS) sangat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. bagi keberhasilan pembangunan di berbagai bidang. Selanjutnya perhatian

2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tetapi belum diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Pemerintah in

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu

Peranan Badan Kepegawaian Daerah Dalam Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil Di Kabupaten Minahasa Utara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dalam penyelenggaraan sistem pengadaan Pegawai Negeri Sipil, sehingga ketentuan te

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN. NOMOR 064 TAHUN 2016-Si.1-BKD/2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah setiap warga Negara Republik

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DALAM PELAYANAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK TERKAIT DENGAN ASPEK HAM DAN KESEJAHTERAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan,

BAB II LATAR BELAKANG DIBERLAKUKANNYA MORATORIUM CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS)

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah yang menjadi

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No diselenggarakan seleksi Calon Aparatur Sipil Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b

I. PENDAHULUAN. Sejarah pemerintahan Indonesia mencatat berbagai kebijakan mengenai

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah melakukan penelitian, pada bab ini akan diuraikan mengenai

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kebudayaan serta kegiatan perekonomian. Secara geografis terletak pada

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Budaya birokrasi antara satu daerah dengan daerah lainnya memiliki

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Dalam suatu negara, agar tercapainya negara yang baik diperlukanlah

b. Tantangan Eksternal 1) Kelembagaan : Dukungan sektor lain terhadap bidang kesehatan masih belum optimal karena masih ada anggapan bahwa

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 12 TAHUN 2000

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

URGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK.

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Menimbang Kembali Gagasan Revisi UU Aparatur Sipil Negara

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 043 TAHUN 2015 TENTANG

Summary Pengadaan PNS

Nomor : B/ 1110/M.PAN/6/2005 Jakarta, 9 Juni 2005 Sifat : Amat segera Perihal : Kebijakan Umum Pengadaan Pegawai Negeri Sipil Tahun Anggaran 2005.

2015, No /2014 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nom

2 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 123); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESID

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan merupakan fungsi

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

KERANGKA ACUAN PERTEMUAN PENYUSUNAN BEZETTING, KEBUTUHAN CPNS DAN PERENCANAAN REDISTRIBUSI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2012

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Seleksi Pegawai. Lembaga Penegak Hukum. Promosi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 85 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

I. PENDAHULUAN. (SDM) lah yang dapat mendayagunakan sumber-sumber daya organisasi lainnya

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TENAGA HONORER. harus berdasarkan dan diatur oleh hukum. Pada awalnya masalah kepegawaian,

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

BAB V PENUTUP. sebagaimana telah tercantum di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

- 4 - Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat;

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. baik di mana setiap organisasi publik harus mampu bekerja secara cepat,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 6); 2. Peraturan Pemeri

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

BAB I PENDAHULUAN. keterlibatan sumber daya manusia yang berkualitas untuk memenuhi segala

2015, No Tahun 1999 Nomor 167; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Ta

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. ini disalahgunakan oleh penguasa Orde Baru untuk menguasai struktur birokrasi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini peran Pegawai Negeri Sipil (PNS) sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan di berbagai bidang. Oleh karena itu, perhatian kita perlu diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusianya yang berfungsi sebagai tenaga penggerak dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan pembangunan yang sedang digalakkan. Oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa subjek pembangunan adalah unsur manusia. Bila kita bertanya apa yang akan dibangun dan untuk siapa pembangunan tersebut, maka jawabannya adalah manusianya, dengan dua fungsi unsur manusia itulah maka peranan manusia dalam posisi yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur merupakan tujuan dalam strategi pemerintahan, sehingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur negara dituntut untuk memainkan peranan penting dalam kedudukannya sebagai pemikir, perencana, dan pelaksana pembangunan nasional. Oleh karena itu, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai abdi negara dan abdi masyarakat perlu mendapat perhatian yang lebih seksama dan mendesak untuk dilaksanakan karena kelancaran penyelenggaraan

2 pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional sangat tergantung dari aparatur pemerintah dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil (PNS). Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan di daerah maka pemerintah di daerah perlu menggali potensi yang ada untuk dapat dimaksimalkan dalam proses pembangunan. Salah satu potensi yang perlu ditingkatkan adalah adanya pengangkatan tenaga honorer pada lingkup pemerintah. Keinginan masyarakat untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) nampak masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sangat terlihat dengan jelas dari banyaknya aktivitas masyarakat mengurus berbagai kelengkapan administrasi untuk memenuhi syarat diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Selain itu aktivitas masyarakat juga cukup ramai mengikuti prosedur pengangkatan tenaga honorer tersebut. Sistem pengangkatan tenaga honorer dengan berbagai prosedur yang telah ditetapkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer dan diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer dan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer. Dikaitkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil nampak belum sepenuhnya dipedomani oleh pemerintah daerah atau instansi terkait terutama pihak-pihak (recruiter) yang diberikan wewenang untuk melakukan pengangkatan tenaga honorer. Selain itu, aktivitas dalam proses rekruitmen

3 masih diwarnai saling intervensi dan konflik kepentingan antara pejabat legislatif dan eksekutif dalam memengaruhi keputusan pengangkatan tenaga honorer. Tradisi pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer oleh pemerintah di selenggarakan setiap tahunnya secara nasional, sehingga hampir seluruh daerah disibukkan oleh kegiatan pengangkatan tenaga honorer. Penyelenggaraan pengangkatan tenaga honorer tersebut banyak menarik perhatian sejumlah pencari kerja dengan berbagai level dan latar belakang pendidikan serta pengalaman yang berbeda-beda, untuk ikut serta mendaftarkan diri dalam bersaing memerebutkan lowongan pekerjaan yang sangat terbatas disediakan oleh masing-masing pemerintahan daerah termasuk di Kota Bandar Lampung. Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup potensial untuk meningkatkan kemampuan individu aparatnya dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah dan dalam pelaksanaan pembangunan daerah di Kota Bandar Lampung harus didukung oleh kemampuan aparatur pemerintahan seperti dikemukakan oleh Handayaningrat yaitu: kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan tersebut tergantung pada kesiapan aparatur pemerintahan.

4 Upaya untuk mencapai tujuan tersebut, mendorong pemerintah daerah Kota Bandar Lampung melaksanakan pengangkatan tenaga honorer setiap tahunnya. Pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan ketersediaan jumlah (kuantitas) sumber daya aparatur atau pegawai negeri sipil daerah. Ketersediaan jumlah sumber daya yang memadai diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kepada masyarakat dalam berbagai sektor kehidupan dan aktivitas pembangunan daerah. Berdasarkan laporan bulanan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bandar Lampung, sampai Desember 2014 tercatat sebanyak 2.355 PNS sebagai sumber daya aparatur yang merupakan hasil rekruitmen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelumnya. Sedangkan jumlah tenaga honorer yang tercatat dan belum terangkat sampai tahun 2014 berjumlah 365 orang (dengan rincian 175 tenaga pendidik, 105 tenaga kesehatan, 85 tenaga teknis lainnya, yang tersebar pada satuan kerja pada lingkup Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung. Seiring dengan kebijaksanaan pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), mendorong pemerintah Kota Bandar Lampung atau instansi terkait untuk melakukan pengangkatan tenaga honorer sesuai dengan mekanisme yang tercantum dalam peraturan pemerintah tersebut. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer tersebut, diatur sejumlah persyaratan,

5 kriteria, sistem dan prosedur (mekanisme) pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang menjadi pedoman atau petunjuk teknis pelaksanaan bagi instansi terkait khususnya Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan sektor dalam bidang pengelolaan kepegawaian dan pendidikan dan latihan di Kota Bandar Lampung. Kedudukan yang demikian menuntut adanya struktur kelembagaan yang representatif dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi secara optimal. Organisasi dan tata kerja Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bandar Lampung dibentuk dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Realitas yang terjadi selama proses pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer, dimana sejumlah ketentuan pelaksanaan yang telah diatur dalan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer serta Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Pengangkatan Tenaga

6 Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil yang seharusnya dipedomani atau dijalankan oleh pihak-pihak yang terkait langsung dalam proses pengangkatan tenaga honorer namun dalam kenyataannya kurang optimal. Hal ini terlihat dalam beberapa praktik pelaksanaannya dimana terdapat beberapa hal yang seharusnya ditransparasikan dan dilaksanakan secara akuntabel sebagaimana tuntunan peraturan pemerintah di atas namun justru cenderung disalahartikan dan tidak dilaksanakan secara konsisten dan bertanggung jawab. Badan Kepegawaian Daerah berperan dalam penempatan calon pegawai negeri sipil pada satuan kerja yang ada di Kota Bandar Lampung sangat penting. Oleh karena itu penempatan dan pemanfaatan calon pegawai negeri sipil pada posisi yang tepat mutlak diperlukan (the right man, the right place and the right job). Di dalam hal ini pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya manusia secara tepat memiliki peranan yang penting dan strategis terhadap peningkatan kinerja perangkat daerah. Sebagai bentuk penghargaan pada masa pengabdian tenaga honorer dengan tetap menjamin kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintah maka pengangkatan tenaga honorer menjadi calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan dilakukan melalui pemeriksaan kelengkapan administrasi setelah dilakukan verifikasi dan validasi bagi tenaga honorer yang penghasilannya dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sedangkan bagi tenaga honorer yang tidak dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan

7 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (ABPD) dilakukan melalui pemeriksaan kelengkapan administrasi dan seleksi ujian tertulis sesama tenaga honorer yang dilakukan secara objektif, transparan, akuntabel. Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 dijelaskan tentang pengangkatan tenaga honorer yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diprioritaskan bagi tenaga honorer yang memunyai masa kerja lebih lama atau yang usianya menjelang 46 tahun. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2005 Pasal 4 ayat 1 mengatakan bahwa pengangkatan tenaga honorer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (l) dan ayat (2) huruf a, dilakukan melalui seleksi administrasi, disiplin, integritas, kesehatan, dan kompetensi. Sedangkan kondisi objektif di Bandar Lampung menunjukkan bahwa banyak tenaga honorer yang sudah mengabdi begitu lama tapi tidak diangkat menjadi CPNS dan sebaliknya ada tenaga honorer yang masih baru namun sudah diangkat menjadi PNS, hal ini menunjukkan bahwa pengangkatan tenaga honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung masih belum efektif. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Efektivitas Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana efektivitas pengangkatan tenaga honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengangkatan tenaga honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bandar Lampung. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik teoritis maupun praktis, adapun kegunaan tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian diharapkan dapat menambah kajian dalam perkembangan ilmu pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan efektivitas pengangkatan tenaga honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai kajian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM);

9 2. Kegunaan Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan pengangkatan tenaga honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) khususnya Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bandar Lampung.