BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu pekerjaan atau perencanaan. Mentri dalam Negeri

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin sekolah tapi terbentur dengan biaya. Anak-anak banyak yang menjadi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

GAMBARAN UMUM BOS KETERKAITAN DENGAN RNCANA KERJA & ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK.07/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB III PENGARUH PENERAPAN MEKANISME BARU PENYALURAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH. 3.1 Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 14 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan hak setiap warga negara (UUD 1945 Pasal 29)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dari segi perencanaan RAPBS SMP N 3 Pekuncen disusun oleh Tim yang

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tolak ukur suatu pemerintahan yang berkembang,

Analisis Perbedaan Persepsi Stakeholders Ters Atas Transparansi, Partisipasi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.

KEBIJAKAN BOS TA 2015 DAN MEKANISME PENYALURAN BOS 2015

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tamba

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

2011, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah; MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

Indonesia T a h u n Nomor 5, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4355);

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

B ab I P endahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

PENGELOLAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN DANA BOS PADA PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA INSENTIF DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 201/PMK.07/2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PENGGANTI KOMITE

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 17 SERI F NOMOR 313

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

Pengembangan Sistem Bantuan Operasional Sekolah Berbasis Client-Server Dalam Rangka Efisiensi SDM dan Penerapan TIK Di Sekolah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/21/KEP/ /2013 TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN. A. Pengelolaan Keuangan di MTs Miftahul Ulum Pangkalan Balai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

BAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

MASYARAKAT DIMINTA LAPORKAN PUNGLI PENDIDIKAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Tahun 2005 terhadap penetapan dan penyampaian Perda APBD, maka dapat ditarik

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

LAMPIRAN 1. PEDOMAN OBSERVASI

DATA PRIMER HASIL WAWANCARA DENGAN 4 (EMPAT) ORANG INFORMAN NAMA BIODATA PRIBADI HASIL WAWANCARA

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka melaksanakan pembangunan desa, pembinaan

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU NOMOR : 13 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

SURAT EDARAN Nomor : 110/C/KU/ /C/KU/2008

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yang dikenal dengan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Konsekuensi dari hal tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/Mts serta satuan pendidikan yang sederajat). Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkannya adalah dengan adanya program BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan beban bagi siswa yang lain dalam rangka mendukung pencapaian Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Melalui program BOS, pemerintah pusat memberikan dana kepada Sekolah-Sekolah setingkat SD dan SMP untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orangtua siswa. BOS diberikan kepada Sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat. Besarnya dana untuk tiap Sekolah ditetapkan berdasarkan 1

2 jumlah murid. Untuk tahun 2011 sendiri besar dana yang diterima tiap Sekolah adalah sebagai berikut: 1. SD/SDLB di kota: Rp 400.000,-/siswa/tahun 2. SD/SDLB di kabupaten: Rp 397.000,-/siswa/tahun 3. SMP/SMPLB/SMPT di kota: Rp 575.000,-/siswa/tahun 4. SMP/SMPLB/SMPT di kabupaten: Rp 570.000,-/siswa/tahun Program BOS ini telah berperan dalam pencapaian program Wajib Belajar 9 Tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. APK adalah salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun. Pada tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun 2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajar 9 tahun telah tuntas 7 tahun lebih awal dari target deklarasi Education For All (EFA) di Dakar. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS Tahun Anggaran 2011). Meskipun telah berperan dalam meningkatkan APK, dalam pengelolaan dana BOS sendiri mengalami berbagai permasalahan mulai dari korupsi, birokrasi yang terlalu panjang, sampai sampai keterlambatan penyaluran. Untuk itu Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) bersama Kemenkeu, dan Kemendagri, sepakat mengawasi penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk tahun 2011. Salah satu bentuk

3 pengawasan yang dilakukan adalah mengubah mekanisme penyalurannya (DetikNews, Senin, 27 Desember 2010). Pada tanggal 22 desember 2010 dikeluarkan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 37 tahun 2010 mengenai perubahan perubahan mekanisme penyaluran dana BOS yang semula dari skema APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam 2 bentuk Dana Penyesuaian untuk Bantuan Operasional Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang APBN 2011. Dengan mekanisme yang baru ini diharapkan dapat mengurangi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan dan penyaluran dana BOS tahun 2011. Mekanisme yang baru tersebut ternyata juga mengalami banyak permasalahan. Ombudsman Republik Indonesia, lembaga negara yang memiliki kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, melaporkan buruknya penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada Wakil Presiden bahwa dana BOS bermasalah dari tingkat kebijakan sampai operasional. Model baru penyaluran dana BOS tahun ini yang melalui rekening pemerintah daerah (pemda) ternyata menimbulkan masalah baru. Pemerintah daerah (pemda) tidak berani mengeluarkan dana dengan alasan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) belum disahkan. Padahal sebenarnya sudah ada surat edaran dari Kementerian Dalam Negeri bahwa penyaluran tak harus menunggu pengesahan APBD, dana bos sudah bisa dicairkan (Tempo Interaktif, 21 Juni 2011).

4 Kendala lain yang dialami adalah lambatnya penyaluran dana BOS pada tingkat Kabupaten/Kota. Kabupaten menunda penyaluran dana BOS ke Sekolah-Sekolah dengan alasan menunggu pengesahan APBD, pelengkapan dokumen Sekolah, dll (www.edukasi.kompas.com, 15 September 2011). Penundaan penyaluran dana tersebut tentu saja sangat berpengaruh terhadap Sekolah. Sekolah terpaksa harus mencari cara untuk memenuhi kebutuhannya, antara lain dengan berhutang kepada pihak ke tiga. Hal ini tentu saja akan menimbulkan masalah di kemudian hari, salah satu masalah yang muncul adalah Sekolah nantinya harus memanipulasi laporan keuangan karena adanya pengeluaran sebelum dana BOS masuk. Selain kendala dalam hal penyaluran pada tingkat Kabupaten/Kota, pengelolaan dana pada tingkat Sekolahpun ditengarai mengalami berbagai kendala. Salah satunya Sekolah masih melakukan pemungutan dana terhadap siswa (radarbanten.com, 21 Oktober 2011). Masalah lain yang muncul yakni mengenai transparansi dana BOS yang masih kurang diterapkan oleh Sekolah Penerima dana BOS. Sesuai peraturan Sekolah diwajibkan mempublikasikan perihal dana BOS, namun masih banyak Sekolah yang tidak melaksanakannya sehingga warga Sekolah kurang bisa mengakses perkembangan pengelolaan dana BOS (kompasiana.com, 2 Januari 2011). Padahal setiap Sekolah telah menerima Buku Panduan Pengelolaan dana BOS dari Dinas yang berisi panduan lengkap pengelolaan dana BOS di tingkat Sekolah. Dalam buku panduan tersebut dijelaskan bahwa Sekolah harus melakukan publikasi terhadap dana BOS yang diterima Sekolah, termasuk di

5 dalamnya memasang spanduk kebijakan Sekolah gratis, memasang daftar komponen yang boleh dan tidak boleh dibiayai oleh dana BOS, dan memasang Publikasi terkait besar dana BOS yang diterima dan dikelola oleh Sekolah dan Rencana Penggunaan dana BOS (RAPBS). Di tengah berbagai kendala dalam penyaluran dana BOS, Kabupaten Banyumas dapat mengatasi beberapa kendala tersebut. Terbukti pada tahun 2011 tahap pertama (Januari-Maret 2011) dan kedua (April-Juni 2011) Kabupaten Banyumas tercatat sebagai kabupaten dengan penyaluran dana BOS tercepat di Indonesia (menkokesra.go.id, 8 April 2011). Kabupaten Banyumas sendiri pada tahun 2011 mendapatkan alokasi dana BOS dari Pemerintah sebesar Rp 96.654.630.000, dengan rincian Rp 60.812.460.000 untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), dan Rp 35.842.170.000 untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) (Peraturan Menteri Keuangan no. 247 tahun 2010). Dengan kecepatan penyaluran dana tersebut diharapkan Sekolah dapat dengan cepat mengelola dana BOS untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar. Namun demikian masih belum diketahui bagaimana pengelolaan dana BOS dalam tingkat Sekolah itu sendiri. Apakah pengelolaannya sesuai dengan aturan yang ada atau terdapat ketidak sesuaian. Untuk itu peneliti tertarik meneliti pengelolaan dana BOS pada tingkat Sekolah di Kabupaten Banyumas. SMP N 3 Pekuncen merupakan salah satu Sekolah di Kabupaten Banyumas yang menerima dana BOS semenjak tahun 2005. Dengan jumlah

6 siswa pada tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 468 siswa dan pada tahun 2011/2012 sebanyak 445 siswa, diperkirakan dana BOS yang diterima pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 520.410.000,000. Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa pengelolaan dana BOS di SMPN 3 Pekuncen dapat dikatakan cukup terbuka. Sekolah memasang perencanaan penggunaan dana BOS dan daftar komponen yang boleh dan tidak boleh dibiayai oleh dana BOS. Selain itu SPJ BOS juga diletakan di tempat yang cukup terbuka, sehingga siapapun dapat mengakses SPJ tersebut. Dengan keterbukaan Sekolah mengenai dana BOS, maka data yang berkaitan dengan pengelolaan dana BOS akan lebih lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga peneliti tertarik mengambil tempat penelitian di SMP N 3 Pekuncen. Dalam penelitian ini peneliti mengajukan judul Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 3 Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Tahun 2011 untuk mengetahui secara riil bentuk pengelolaan dana BOS di Sekolah tahun 2011 mulai dari Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Evaluasi, serta Pelaporan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, terdapat masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Permasalahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

7 1. Pelaksanaan Program BOS (Bantuan Operasional Sekolah) di Indonesia masih mengalami berbagai permasalahan sehingga pada tahun 2011 pemerintah mengubah mekanisme penyalurannya. 2. Penyaluran dana BOS tahun 2011 masih mengalami kendala walaupun mekanisme penyalurannya sudah dipermudah. 3. Terdapat Sekolah yang masih memungut biaya kepada siswa. 4. Kurangnya publikasi penggunaan dana BOS pada tingkat Sekolah. 5. Kurangnya transparansi Sekolah dalam pengelolaan dana BOS. 6. Penyaluran dana BOS pada tingkat Kabupaten mengalami keterlambatan sehingga menyulitkan pihak Sekolah. 7. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu Kabupaten dengan penyaluran Dana BOS tercepat di Indonesia, namun Demikian belum diketahui bagaimana pengelolaan dana BOS pada tingkat Sekolah itu sendiri. 8. SMP N 3 Pekuncen sebagai salah satu sekolah di Kabupaten Banyumas yang mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) cukup terbuka terhadap pengelolaan dana BOS. Namun belum diketahui lebih lanjut bagaimana pengelolaan dana BOS di sana. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ditemukan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini. Pembatasan penelitian ini yaitu pada pengelolaan dana BOS di SMPN 3

8 Pekuncen yang diuraikan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi serta pelaporan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 3 Pekuncen Tahun 2011 dalam hal perencanaan? 2. Bagaimana Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 3 Pekuncen Tahun 2011 dalam hal pelaksanaan? 3. Bagaimana Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 3 Pekuncen Tahun 2011 dalam hal pengawasan dan evaluasi? 4. Bagaimana Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 3 Pekuncen Tahun 2011 dalam hal pelaporan? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 3 Pekuncen Tahun 2011 dalam hal perencanaan. 2. Mengetahui Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 3 Pekuncen Tahun 2011 dalam hal pelaksanaan.

9 3. Mengetahui Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 3 Pekuncen Tahun 2011 dalam hal pengawasan dan evaluasi. 4. Mengetahui Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 3 Pekuncen Tahun 2011 dalam hal pelaporan. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan dana BOS. 2. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam pengelolaan dana BOS. 3. Bagi Bendahara BOS Penelitian ini diharapakan mampu memberikan tambahan pengetahuan dalam hal pengelolaan keuangan BOS. 4. Bagi Komite Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai peran komite Sekolah dalam pengelolaan dana BOS, sehingga Komite Sekolah dapat lebih berperan dalam pengelolaan dana BOS.

10 5. Bagi Orang Tua Siswa dan Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan keuangan Sekolah, sehingga ke depannya masyarakat dan orang tua siswa dapat berperan lebih dalam mengembangkan Sekolah.