Analisis Sistem Proteksi Petir Eksternal pada Pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al.

BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMBUAT SISTIM GROUNDING (PENTANAHAN) SEDERHANA

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

Evaluasi Sistem Proteksi Petir Eksternal Site Radar 214 dengan Metode Sudut Lindung, Bola Bergulir dan Pengumpulan Volume

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) SENAYAN JAKARTA

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

Nurudh Dhuha

Politeknik Negeri Sriwijaya

SISTEM PENANGKAL PETIR

Penentuan Daerah Perlindungan Batang Petir

STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN

DESAIN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA KUALA BEHE KABUPATEN LANDAK

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

Studi Dampak Sambaran Petir Pada Peralatan Tegangan Rendah Rumah Tangga Menggunakan Perangkat Lunak EMTP

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

Evaluasi Sistem Proteksi Listrik Kantor Bupati Landak

Perancangan Sistem Proteksi Petir Eksternal Menggunakan Metoda Collecting Volume pada Gudang TNT di PT Dahana (Persero)

III. METODE PENELITIAN

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. shielding tiang penangkal dan kawat pada gardu induk. Adapun tujuan dari sistem

by: Moh. Samsul Hadi

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

BAB II LANDASAN TEORI

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS

STUDI EVALUASI SISTEM TERMINASI UDARA PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN METODE BOLA BERGULIR, SUDUT PERLINDUNGAN DAN METODE JALA SKRIPSI

SISTEM PROTEKSI PETIR PADA INSTALASI JARINGAN TELEPON DAN PABX. Lela Nurpulaela ABSTRAK

EVALUASI INSTALASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL PADA GEDUNG XYZ

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

Efek Tegangan Impuls pada Panel Surya Disebabkan oleh Sambaran Petir

Perancangan Kinerja Penangkal Petir Menggunakan Metoda Bola Gelinding Pada Gedung Perpustakaan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR MENARA TELEKOMUNIKASI PT DAYAMITRA TELEKOMUNIKASI (TELKOM GROUP) SIMPANG TIMBANGAN INDRALAYA

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

OPTIMASI PENEMPATAN ARRESTER TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA TRANSFORMATOR DAYA DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI PETIR MASJID RAYA MUJAHIDIN MENGGUNAKAN METODE BOLA BERGULIR (ROLLING SPHERE METHOD)

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PENANGKAL PETIR JENIS ELEKTROSTATIK BERDASARKAN PUIPP

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA EFEK TEGANGAN INDUKSI KARENA SAMBARAN PETIR PADA AREA OPERASIONAL PT. X SEMINAR JEFANYA GINTING

Joninton D Program Studi Teknikelektro Jurusan Teknikelektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA TOWER PT. SAMPOERNA TELEKOMUNIKASI INDONESIA (CERIA) PEKANBARU

PENGUKURAN STREAMER AWAL PENANGKAL PETIR KONVENSIONAL DAN NON KONVENSIONAL

ANALISIS DISAIN SISTEM PROTEKSI PETIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

ANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamankan manusia dan peralatan siatem tenaga listrik. Sistem pentanahan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

ANALISIS PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL MENGGUNAKAN METODE COLLECTION VOLUME STUDI KASUS GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

Analisis Sistem Pengaman Menara Seluler Smartfren Pada Perumahan Masyarakat Di Kelurahan Umban Sari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Penentuan Kapasitas Arus Surja Alat Proteksi Petir (SPDs) Yang Dibutuhkan Sebuah Gedung Yang Tersambar Petir Secara Langsung

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-130

Perbandingan Metode Protective Angle Dan Metode Rolling Sphere Pada Proteksi Tegangan Lebih Saluran Distribusi 13,8 Kv PT. Chevron Pacivic Indonesia

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

Transkripsi:

B103 Analisis Sistem Proteksi Petir Eksternal pada Pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik Rendi Bagus Pratama, I Made Yulistya Negara, dan Daniar Fahmi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: rendibaguspratama@gmail.com, yulistya@ee.its.ac.id, daniarfahmi.elits@gmail.com Abstrak Petir adalah fenomena alam yang bermula dari proses ionisasi hingga terjadi loncatan muatan dari awan ke bumi atau sebaliknya. Fenomena ini merupakan salah satu penyebab gangguan pada bangunan dan instalasi tinggi di Indonesia. Intensitas petir yang sedang di Kabupaten Gresik, yakni 159 hari guruh per tahun merupakan ancaman serius bagi Pabrik 1 PT Petrokimia Gresik, khususnya bangunan Prilling Tower dan DCS Building. Menurut analisis metode rolling sphere diketahui bahwa sistem proteksi petir eksternal Prilling Tower tidak sesuai pada standar IEC 1024-1-1 dan IEC 62305. Kemudian analisis sistem proteksi petir pada DCS Building menunjukkan bahwa konfigurasi grounding eksisting tidak aman. Petri menyebabkan beda potensial yang tinggi antar ground rod pada sistem tersebut. Selain itu pelepasan Surge Protective Device berdampak terhadap tingginya magnitudo Ground Potential Rise grounding DCS Building. Secara umu penelitian ini menunjukkan bahwa diperlukan penyempurnaan sistem proteksi petir pada Prilling Tower dan DCS Building. Kata Kunci petir, sistem proteksi petir, sistem grounding, surge protective device. peralatan elektronik dan kematian makhluk hidup [3]. Berdasarkan standar IEEE 998-1996, sambaran petir terjadi dalam dua tahap yaitu perpindahan elektron dari awan ke bumi akibat ionisasi di udara dan sambaran balik atau return stroke. Proses ionisasi pada awan petir akan menghasilkan medan listrik antara awan dengan bumi. Apabila medan listrik tersebut mencapai level breakdown kira-kira 100 juta volt maka akan terjadi pelepasan elektron dari awan menuju bumi (downward leader) yang berupa lidah-lidah petir (step leader) dan berlangsung secara tahap demi tahap (step by step). Terbentuknya downward leader dengan kecepatan tinggi menyebabkan naiknya medan listrik antara ujung step leader dengan permukaan bumi. Akibatnya terbentuklah upward leader yang berasal dari puncak-puncak tertinggi objek di permukaan bumi. Proses ini berlanjut hingga keduanya bertemu di suatu titik pada ketinggian tertentu. I I. PENDAHULUAN NDONESIA ternasuk negara yang memiliki frekuensi sambaran petir tertinggi di duinia. Menurut T. Haryono, penyebabnya adalah letak Indonesia di wilayah ekuatorial yang menerima insolasi dalam jumlah besar dengan hampir 70 persen wilayah merupakan perairan sehingga penguapan yang terjadi sangat besar dan syarat terbentuknya awan petir mudah terpenuhi [1]. Intensitas petir yang sedang di Kabupaten Gresik, yakni 159 hari guruh per tahun merupakan ancaman serius bagi Pabrik 1 PT Petrokimia Gresik, khususnya bangunan Prilling Tower dan DCS Building. Penelitian ini membahas tentang evaluasi sistem proteksi petir Prilling Tower dan DCS Building. Prilling Tower merupakan bangunan tertinggi pada Pabrik 1 PT Petrokimia Gresik sedangkan DCS Building berisi peralatan instrumentasi dan kontrol yang sangat sensitif terhadap gangguan petir [2]. A. Petir II. PETIR DAN SISTEM PROTEKSINYA Petir merupakan fenomena alam probabilistik yang dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan, gangguan pada (a) (b) Gambar 1 Mekanisme discharge: (a) downward leader (b) upward leader [4] B. Sistem Proteksi Petir Sistem Proteksi Petir (SPP) merupakan usaha dalam mengatasi bahaya yang diakibatkan oleh sambaran petir [5]. Terdapat dua jenis SPP yaitu eksternal yang berfungsi melindungi objek dari sambaran langsung dan internal yang berfungsi melindungi objek dari sambaran tidak langsung. Rancang SPP suatu bangunan memerlukan analisis kebutuhan proteksi petir untuk melihat apakah objek tersebut membutuhkan proteksi. Hal ini berhubungan erat dengan jumlah hari guruh per tahun suatu daerah [6]. Menurut standar IEC 61024-1-1, kebutuhan proteksi petir dapat dihitung menggunakan persamaan 1,2 dan 3 berikut [7]. Nd Ng Ae 6 10 (1)

B104 Ng 2 1,26 T (2) 4 10 d Ae ab h a b h 2 6 9 (3) a = panjang atap gedung (m) b = lebar atap gedung (m) h = tinggi atap gedung (m) Td = hari guruh pertahun Ng = kerapatan sambaran petir ke tanah (sambaran / km 2 / tahun) Ae = luas daerah yang memiliki nilai sambaran petir sebesar Nd (km 2 ). C. Metode Rolling Sphere Menurut standar IEC 62305 metode rolling sphere (RSM) dibayangkan sebagai bola khayal dengan radius R yang bergulir pada suatu objek. Titik sentuh bola khayal pada objek merupakan lokasi yang akan disambar petir sehingga seluruh titik tersebut harus dilindungi. Nilai R dapat dihitung menggunakan persamaan 4 [8]. Nilai tersebut berguna untuk menentukan seberapa besar tingkat proteksi yang dibutuhkan (tabel 1). R = radius bola bergulir (m) I = estimasi arus puncak petir (ka) R 0,65 10I (4) Tabel 1 Hubungan tingkat proteksi petir (LPL) dengan metode RSM standar IEC 62305 Parameter LPL I LPL II LPL III LPL IV Arus petir minimum (ka) 3 5 10 16 Arus petir maksimum (ka) 200 150 100 100 Radius RSM (m) 20 30 45 60 D. Metode Sudut Perlindungan Metode lain yang direkomendasikan oleh standar IEC 62305 adalah sudut perlindungan atau protection angle (PA). Namun terdapat batasan tertentu yang menyebabkan metode ini tidak dapat diterapkan pada seluruh plant. Persamaan 5 berikut merupakan persamaan Hasse dan Wiesinger yang digunakan untuk menghitung zona proteksi petir metode PA. = sudut perlindungan h = tinggi bangunan (m) r = jarak sambar (m) 1 sin 1 h r E. Grounding dan Ground Potential Rise Grounding atau pentanahan berguna membuang arus petir ke tanah. Dikenal tiga macam grounding, yaitu grounding power atau electrical, petir, dan instrumentasi [9]. Ground Potential Rise (GPR) menurut standar IEEE 367 (5) adalah sebuah fenomena yang diakibatkan oleh aliran arus yang mengalir pada suatu impedansi ground rod [10]. Parameter aman dari suatu sistem grounding adalah tidak menghasilkan touch voltage, step voltage dan GPR melebihi batas aman. Menurut studi Jinliang He, batas maksimum GPR pada sistem grounding adalah 5 kv [11]. Gambar 2 Fenomena GPR [10] Bila arus petir masuk ke tanah lewat suatu elektroda maka akan mengenai elektroda lain di dalam tanah pada jarak tertentu. Gambar 2 menunjukkan distribusi arus mengalir secara radial sehingga resistansi tanah antar elektroda (Rh) dapat dihitung menggunakan persamaan 6 berikut. R h 2 1 1 r r 1 2 = resistansi antara 2 elektroda dengan jarak (Ω) = tahanan jenis tanah (Ωm) = kedalaman elektroda (m) = jarak elektroda (m) Nilai resistansi kabel grounding dan down conductor dapat dihitung menggunakan rumus 7 berikut. R = resistansi kabel (Ω) = hambatan jenis (Ωm) = panjang kabel (m) A = luas penampang (mm 2 ) A. Data Prilling Tower (6) l R (7) A III. DATA DAN MODEL Tinggi dan lebar Prilling Tower adalah 80 meter dan 14 meter. SPP eksternal terpasang pada menara yang terletak 2 meter di sebelah selatannya. Tinggi dan lebar menara tersebut adalah 86 meter dan 2,5 meter. SPP eksternal yang terpasang berjenis non-konvensional dengan tipe dynasphere. Radius proteksi maksimumnya adalah 100 meter dan dipasang setinggi 5 meter dari atap menara.

B105 B. Grounding DCS Building Berdasarkan survey lapangan diperoleh single line diagram grounding DCS Building. Data kabel dan resistansinya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Data kabel grounding Lokasi A (mm 2 ) Panjang Resistansi (m) Konduktor Prilling 70 88 0,021622857 Tower Grounding Prilling 70 3 0,000737143 Tower DCS 1 70 3 0,000737143 DCS 1 50 4 0,001376 DCS 2 70 5 0,001228571 DCS 2 50 5,5 0,001892 DCS 3 70 8 0,001965714 DCS 3 50 6 0,002064 Console 1 70 7 0,00172 Console 1 50 7,5 0,00258 Console 2 70 11 0,002702857 Console 2 50 11,5 0,003956 Console 3 70 13 0,003194286 Console 3 50 14 0,004816 UPS 50 6 0,002064 Batterai 50 9 0,003096 Grounding instrument bar 1 Grounding instrument bar 2 Grounding electrical bar Instrumen 1 lama instrumen 1 baru Instrument 2 lama instrumen 2 baru Electrical lama electrical baru 70 7 0,00172 70 7 0,00172 70 8 0,001965714 70 5 0,000982857 70 3 0,000737143 70 4 0,000982857 Pada tanggal 4 April 2016 dilakukan pengukuran resistansi tanah menggunakan metode driven rod. Tabel 4 berikut menyajikan data resistansi tanah. Tabel 3 Data resistansi tanah Lokasi Keterangan Resistansi (Ω) Prilling Tower Aktif 5 Instrumentasi 1 baru Aktif 0,75 Instrumentasi 1 lama Tertutup 5 Instrumentasi 2 baru Aktif 1 Instrumentasi 2 lama Tertutup 5 Electrical baru Aktif 3 Electrical lama Tertutup 5 C. Pemodelan Sistem grounding pada penelitian ini dimodelkan menggunakan software ATPDraw. Gambar 3 merupakan pemodelan sistem grounding eksisting (terpisah) sedangkan gambar 4 pemodelan sistem grounding equipotensial multiple ground rod. Gambar 3 Pemodelan sistem grounding IV. EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR Secara umum terdapat dua permasalahan yang dibahas padapenelitian ini yaitu sistem proteksi petir Prilling Tower dan DCS Building Pabrik 1 PT Petrokimia Gresik. A. Analisis Kebutuhan Proteksi Petir Kerapatan sambaran petir ke tanah ( Ng ): 2 1,26 Ng 410 159 Ng 23,76 sambaran per km 2 per tahun Luas area proteksi bangunan ( Ae ): 2 Ae 14 14 680(14 14) 9 80 Ae 194.500 m 2 Frekuensi sambaran petir langsung per tahun ( Nd ): Nd Ng Ae 10 6 Nd 23, 76 194.500 10 Nd 4, 62 6 sambaran petir per tahun Melalui pertimbangan ekonomis dipilih level proteksi 4. B. Analisis Metode Rolling Sphere Analisis kebutuhan proteksi petir menunjukkan bahwa pemilihan SPP pada tingkat 4 artinya arus petir minimum yang harus mampu ditangkap SPP sebesar 16 ka. 0,65 R 10I 0,65 R 10.16 R 60, 63 meter (dibulatkan 60 meter) Gambar 5 merupakan pemodelan zona proteksi Prilling Tower dan DCS Building menggunakan metode RSM. Dapat disimpulkan bahwa Pemasangan SPP eksternal tidak sesuai pada standar IEC 1024-1-1 dan IEC 62305. Rancangan SPP eksternal yang direkomendasikan adalah menambah terminasi udara setinggi 3 meter yang dipasang di tengah-tengah atap Prilling Tower dan konduktor mesh di sekeliling atap setinggi 1,66 meter (gambar 6).

B106 meter Melalui persamaan RSM didapatkan besarnya arus puncak petir sebagai berikut. ka Gambar 4 Pemodelan zona proteksi Prilling Tower metode RSM Gambar 6 Zona proteksi petir maksimum saat α = 47,7 D. Analisis Sistem Grounding Eksisting Seluruh simulasi menggunakan arus petir 10 ka, 20 ka dan 30 ka periode 1,2 µs/ 50 µs. Berdasarkan tabel 5 diperoleh hasil bahwa tegangan GPR pada titik grounding instrumentasi 1, instrumentasi 2 dan electrical relatif berbeda cukup besar dengan nilai paling signfikan terdapat pada grounding instrumen 1. Tabel 4 Tegangan pada 4 titik pengukuran akibat GPR pada sistem grounding isolated atau terpisah Gambar 5 Rancangan SPP eksternal Prilling Tower C. Analisis Metode Sudut Perlindungan Berdasarkan data SPP maka dapat dihitung sudut perlindungannya sebagai berikut. Ketika bekerja pada kondisi maksimum (radius 100 meter) sudut perlindungan SPP sebesar. Dengan menggunakan persamaan 5 dapat dihitung nilai R (radius bergulir). Arus Petir Ground Potential Rise (kv) Instrumen 1 Instrumen 2 Electrical Tegangan Trafo (kv) 10 ka 2,99 2,07 2,15 2,68 20 ka 5,99 4,15 4,31 4,84 30 ka 8,99 6,22 6,46 6,99 Jika dilihat dari sisi grounding saja, saat arus petir sebesar 10 ka maka tegangan GPR yang dihasilkan masih dalam batas toleransi aman dimana nilai GPR maksimum adalah 5 kv. Namun ketika arus semakin besar pada seluruh titik grounding nilainya semakin besar sehingga berpotensi melebihi nilai 5 kv. Di sisi lain tegangan transien yang timbul pada trafo masih dalam kategori aman karena sesuai BIL trafo dengan sistem 6 kv bernilai lebih dari 30 kv [12].

B107 Secara umum simulasi ini menunjukkan bahwa tegangan di seluruh titik pengukuran grounding tidak sesuai pada batas yang diijinkan oleh standar. E. Sistem Grounding Equipotensial Tabel 5 Tegangan pada 4 titik pengukuran akibat GPR pada sistem grounding equipotensial multiple ground rod menunjukkan bahwa kenaikan tegangan GPR setiap arus petir 10 ka lebih besar tidak pernah melebihi 100 Volt. Atas dasar ini dapat disimpulkan bahwa potensi terjadi GPR dengan magnitudo diatas 5 kv ketika arus petir lebih dari 30 ka sangat kecil. Tabel 6 Tegangan pada 4 titik pengukuran akibat GPR pada sistem grounding equipotensial multiple ground rod dengan penambahan SPD Arus Petir Ground Potential Rise (kv) Instrumen 1 Instrumen 2 Electrical Tegangan Trafo (kv) 10 ka 2,07 2,06 2,06 2,59 20 ka 4,14 4,13 4,13 4,66 30 ka 6,22 6,20 6,20 6,72 Tabel 5 merupakan hasil simulasi gambar 4. Pada simulasi ini resistansi ground rod baru dipilih nilai 0,75. Grounding equipotensial dapat mereduksi dan menyamakan tegangan grounding. Saat arus 10 ka, 20 ka maupun 30 ka nilai GPR di tiga titik grounding relatif bernilai sama. Bahkan saat nilai arus petir semakin besar beda potensial dapat dijaga tetap tidak ada. Sedangkan dampak GPR pada trafo tetap ada, yakni terlihat dari naiknya tegangan melebihi nominalnya Arus Petir 10 ka 20 ka 30 ka Ground Potential Rise (V) Instrumen 1 Instrumen 2 Electrical Tegangan Trafo (V) 16,80 16,74 16,74 542,41 33,59 33,47 33,47 559,20 50,39 50,21 50,21 575,97 Trafo A Trafo B Trafo C F. Rekomendasi Grounding dengan Penambahan Surge Protective Device Menurut Joe Zulio, diperlukan pengaman surja atau disebut dengan surge protective device (SPD) untuk bisa meminimalisasi dampak sambaran petir [13]. Gambar 16 merupakan pemodelan SPD berupa lightning arrester tegangan rendah yang dipasang pada konfigurasi sistem grounding equipotensial multiple ground rod. Gambar 7 Pemasangan SPD lightning arrester tegangan rendah pada incoming DCS Building Tabel 6 menyajikan empat buah titik pengukuran akibat GPR pada sistem grounding equipotensial dengan penambahan SPD. Secara umum simulasi ini menunjukkan bahwa kombinasi sistem grounding multiple ground rod dan pemasangan SPD berdampak baik. Hal signifikan yang terjadi adalah magnitudo tegangan GPR di setiap titik grounding pengukuran bernilai kecil yaitu dibawah 1 kv. Tabel 4.3 Gambar 8 Tegangan trafo akibat ground potential rise 10 ka V. KESIMPULAN Berdasarkan evaluasi terhadap sistem proteksi petir bangunan Prilling Tower dan DCS Building Pabrik 1 PT Petrokimia Gresik diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem proteksi petir eksternal eksisting Prilling Tower belum sesuai dengan standar IEC 61024-1-1 karena tidak berada pada level proteksi 4 atau dengan kata lain tidak mampu mengamankan bangunan saat disambar arus petir 16 ka. 2. Arus petir maksimal yang mampu ditangkap oleh sistem proteksi petir eskternal Prilling Tower adalah 236,8 ka dengan radius proteksi 100 meter. 3. Tegangan Ground Potential Rise pada sistem grounding eksisting DCS Building melebihi 5 kv (batas maksimum) apabila petir menyambar dengan magnitudo 20 ka atau lebih. 4. Terdapat beda potensial hingga mendekati 1 kv antara ground rod instrumen 1 dengan instrumen 2 serta instrumen 1 dengan electrical pada sistem grounding eksisting DCS Building.

B108 DAFTAR PUSTAKA [1] Supartono, E., Haryono, T., & Suharyanto. 2015. Application of Cone Protection and Rolling Sphere Method in External Lightning Protection Analysis on 214 Radar Tower. International Journal of Advances in Engineering & Technology, 475-481. [2] Hasse, P. 2008. Overvoltage Protection of Low Voltage System Second Edition. London: The Institution of Engineering and Technology. [3] Cooray, V. 2010. Lightning Protection. London: The Institution of Engineering and Technology. [4] DEHN. 2014. Lightning Protection Guide 3rd Edition. Neumarkt: DEHN + SÖHNE. [5] IEC 62305. 2006. International Standard on Protection Against Lightning. Jenewa. [6] Pujiantara, R. F. 2015. Analisis Sistem Proteksi Petir di PT Medco E&P Lematang. Surabaya: Jurusan Teknik Elektro ITS. [7] IEC 61024. 2008. Protection Against Lightning Electromoagnetic. Jenewa. [8] Ait-Amar, S., & Berger, G. 2009. A Modified Version of the Rolling Sphere Method. IEEE Transactions on Dielectric and Electrical Insulation, 718-725. [9] Vijayaraghavan, G., Brown, M., & Barnes, M. 2004. Practical Grounding, Bonding, Shielding and Surge Protection. Oxford: IDC Technologies. [10] Sekioka, S., Aiba, K., & Okabe, S. 2007. Lightning Overvoltages on Low Voltage Circuit Caused by Ground Potential Rise. International Confrence on Power Systems Transient (IPST'07). Lyon: IEEE [11] He, J., Zhang, B., & Zeng, R. 2015. Maximum Limit of Allowable Ground Potential Rise of Substations Grounding System. IEEE Transactions on Industry Applications, 5010-5016. [12] IEC 60664-1. 2007. Insulation Coordination for Equipment within Low-Voltage. Jenewa [13] Zullo, J. 2009. Proper Grounding of Instrument and Control Systems in Hazardous Locations. Explosion Protection and Hazardous Locations Confrence (hal. 1-12). San Jose: IDC Technologies.