BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. internasional semakain meningkat. Hal tersebut menuntut perusahaan-perusahaan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 146 TAHUN 2000 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

Analisis Kapasitas Produksi Menggunakan Metode Rough Cut Capacity Planning Di Workcenter

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa konstruksi saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian..

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2017, No sehingga perlu dilakukan perpanjangan jangka waktu penggunaannya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

Agus Purnomo. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.011/2013 TENTANG

1.1 Latar Belakang PT. PINDAD (Persero) merupakan perusahaan manufaktur di Indonesia yang bergerak dibidang produk militer dan produk komersil yang

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 48 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1-1

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South

Gambar I-1 Komponen Isolating Cock

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan bisnis saat ini bergerak dengan sangat cepat dan dinamis.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENGENDALIAN MUTU DAN WAKTU PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON SPL.KS

80/PMK.03/2012 JASA ANGKUTAN UMUM DI DARAT DAN JASA ANGKUTAN UMUM DI AIR YANG TIDAK DIKENAI PAJAK PE

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang Hal ini dilakukan guna meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN

OPTIMASI PROYEK PEMBANGUNAN KAPAL FIBER UKURAN 8 m DENGAN METODA PENGENDALIAN BIAYA DAN JADWAL TERPADU DI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka... I-1 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU

1 of 5 21/12/ :45

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

laporan dari menajement konstruksi kepada pemberi tugas (Owner). proyek selama kegiatan berlangsung dalam suatu hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG DI SUNGAI BARITO DALAM WILAYAH KABUPATEN BARITO UTARA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING. iv

BAB III LANDASAN TEORI. baik investasi kecil maupun besar dalam skala proyek memerlukan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan juga akan semakin komplek. Untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perusahaan manufaktur tidak dapat terlepas dari masalah biaya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk kota DKI Jakarta, maka kebutuhan air bersih pun

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil pengolahan data kegiatan proyek modifikasi silo powder plant di

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

2014 PEMBUATAN PENJADWALAN SUATU PROYEK DENGAN METODE CPM ( ) BERBASIS MICROSOFT PROJECT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi laut punya peranan sangat penting dalam dunia perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan yang sangat luas dengan batas-batas, hak-hak, dan kedaulatan yang ditetapkan dengan undang-undang. Selanjutnya dalam mewujudkan wawasan nusantara serta memantapkan ketahanan nasional diperlukan sistem transportasi nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan memperkukuh kedaulatan negara. Disamping itu, luas wilayah laut Indonesia yang mencapai 2/3 dari seluruh wilayah Indonesia memiliki sumber ekonomi yang sangat berlimpah yaitu berupa kekayaan laut. Untuk mendukung transportasi nasional melalui laut maupun dalam upaya menggali kekayaan laut Indonesia berupa kegiatan penangkapan ikan maupun eksploitasi sumberdaya laut lainnya, diperlukan sarana kapal yang memadai, baik secara kuantitas maupun kualitas. Menurut UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, atau energi lainnya baik itu ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Kapal yang digunakan baik untuk keperluan transportasi antar pulau maupun untuk keperluan eksploitasi hasil laut, harus memenuhi persyaratan kelayakan kapal sehingga dapat menjamin keselamatan kapal selama pelayarannya di laut. Adapun Kelayakan Kapal Laut adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan serta manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Peralatan kapal adalah semua benda atau peralatan yang bukan merupakan bagian dari kapal itu sendiri, tetapi peralatan tersebut sangat dibutuhkan dan I-1

I-2 digunakan di kapal sebagai alat bantu di segala aktivitas yang terdapat pada kapal tersebut. Contoh dari peralatan kapal misalnya seperti alat-alat berlabuh jangkar, alat-alat navigasi dan lain sebagainya. Peralatan kapal tersebut dapat dipindahkan ke tempat lain atau diganti dengan melihat terlebih dahulu keadaan dari peralatan kapal tersebut apakah mengalami kerusakan atau tidak. PT. Pindad (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikenal sebagai produsen produk militer di Indonesia. Produk produk yang sudah dikenal luas antara lain senjata api, kendaraan lapis baja, kendaraan tempur, hingga amunisi untuk kepentingan pertahanan negara. Pengguna utama produk produk PT. Pindad antara lain Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari seluruh kesatuan, Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), serta beberapa institusi pemerintah lainnya yang pada tugasnya memiliki kaitan dengan pertahanan ataupun kemananan. Produk produk PT. Pindad juga sudah terkenal hingga ke mancanegara dan dari sekian banyak produknya, terutama produk militer seperti senjata dan kendaraan tempur telah memenuhi standar NATO. Selain memproduksi alat alat keperluan militer, PT. Pindad juga merupakan produsen produk produk maupun jasa komersial lainnya. Salah satu jenis produk komersil yang diproduksi oleh PT. Pindad (Persero) adalah perlengkapan dan peralatan kapal laut pada bisnis pelayaran dan angkut kargo yang merupakan bagian dari kategori produk mesin industri. PT. Pindad telah memulai pengembangan produk produk peralatan dan perlengkapan kapal laut semenjak tahun 1991. Dimulai dengan melakukan kerja sama dengan Hatlapa, sebuah perusahaan terkemuka di bidang deck machinery dengan spesialisasi di bidang low pressure dari Jerman. PT. Pindad telah mengembangkan berbagai produk peralatan kapal laut dengan merek PinMarine. Dengan dukungan sumber daya manusia yang mumpuni dan sistem produksi serta kualitas kontrol yang baik, PinMarine mampu menghasilkan produk berkualitas dan kompetitif, dan juga telah memenuhi persyaratan dari berbagai badan klasifikasi tingkat nasional maupun Internasional, seperti BKI, LR, ClassNK, BV, RINA, GL, ABS, dan lain sebagainya.

I-3 Beberapa jenis produk peralatan kapal laut yang dihasilkan oleh PT. Pindad (Persero) antara lain winches, windlass, turntable, a frame, towing winch, capstain, provision crane, sludge crane, cargo hose handling crane, boat davit, telescopic crane, accommodation ladder, steering gear, dan towing hook. Proyek pembuatan alat peralatan kapal laut merupakan salah satu pekerjaan proyek yang terdapat pada Divisi Alat Berat yang merupakan salah satu lini produksi PT. Pindad (Persero). Proyek merupakan kegiatan yang berlangsung dalam waktu tertentu dan terbatas sesuai dengan kesepakatan dengan customer pekerjaan yang diberikan sesuai dengan lingkup yang telah ditetapkan. Perencanaan jadwal proyek harus dibuat agar proyek yang dikerjakan tersebut tidak menyimpang dari perencanaan. Ketepatan waktu penyelesaian proyek, efisiensi biaya yang dikeluarkan pada proyek, mutu yang dihasilkan proyek menjadi suatu elemen yang penting dalam keberhasilan suatu proyek. Salah satu produk peralatan kapal laut yang dibuat oleh Divisi Alat Berat di PT. Pindad (Persero) adalah peralatan kapal laut jenis windlass. Windlass merupakan suatu mesin yang dipasang di suatu kapal dan berfungsi untuk menggerakkan jangkar dan chain pada proses lego jangkar dan juga sebagai pengangkat jangkar. Namun ada juga yang digunakan untuk menarik atau menggulung tali atau kabel ketika kapal akan merapat ke pelabuhan atau daratan. Proyek pembuatan ini memerlukan penanganan yang baik agar kegiatan pembuatan windlass ini dapat berjalan sesuai rencana dengan mutu pekerjaan yang memenuhi standar sehingga peralatan kapal laut jenis windlass ini memiliki kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan customer dan kepuasan customer dapat tercapai. Pembuatan windlass ini termasuk ke dalam proyek dan bukan produksi secara kontinyu dikarenakan terdapat kontrak yang isinya mengenai hal-hal yang berisi pemesanan oleh customer seperti spesifikasi dari windlassnya dan lain sebagainya yang ditujukan kepada PT. Pindad (Persero) Bandung. Kontrak tersebut berbedabeda setiap customer yang memesan karena setiap customer menginginkan windlass dengan spesifikasi yang berbeda-beda sehingga pembuatan windlass ini merupakan suatu proyek.

I-4 Dalam pelaksanaannya pengerjaan proyek pembuatan peralatan kapal laut jenis windlass di PT. Pindad (Persero) Bandung yang dikerjakan dimulai pada tanggal 14 Maret 2016 ini mengalami beberapa permasalahan yaitu waktu pelaksanaan (aktual) proyek yang melewati batas waktu perencanaan proyek yang bisa disebabkan berbagai hal seperti keterlambatan kedatangan part komponen. Kemudian juga terdapat adanya pembengkakan biaya (overbudgetting) pada proyek yang ditimbulkan karena beberapa kesalahan dalam mengambil keputusan dan permasalahan lain sebagainya. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk melakukukan penelitian proyek pembuatan windlass atau mesin penarik jangkar pada Divisi Alat Berat di PT. Pindad (Persero) untuk mengevaluasi apakah pengerjaan proyek yang dilakukan tersebut sudah sesuai dengan perencanaan proyeknya baik dalam segi berapa lama (waktu) dan berapa biaya yang diperlukan. Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam bentuk Laporan Tugas Akhir dengan judul : EVALUASI PROYEK PEMBUATAN ALAT PERALATAN KAPAL LAUT (APKL) JENIS WINDLASS MENGGUNAKAN CRITICAL PATH METHOD (Studi Kasus di Divisi Alat Berat PT. Pindad (Persero), Bandung) 1.2 Perumusan Masalah Perencanaan penjadwalan proyek memegang peranan penting karena menjadi acuan serta bahan evaluasi dalam mengerjakan suatu proyek yang digunakan untuk mengantisipasi faktor-faktor yang menyebabkan proyek tersebut terhambat atau waktu pengerjaan proyek tersebut telah lewat dari yang dijadwalkan. Maka penulis mengkaji hal-hal mengenai proyek pembuatan windlass di Divisi Alat Berat PT. Pindad (Persero) adalah sebagai berikut : 1. Apakah penyebab dari adanya keterlambatan proyek pembuatan APKL jenis windlass? 2. Apakah penyebab dari adanya pembengkakan biaya (overbudgetting) pada proyek pembuatan APKL jenis windlass?

I-5 3. Bagaimana lintasan kritis pada aktivitas proyek pembuatan APKL jenis windlass? 4. Bagaimana hasil evaluasi pada proyek pembuatan APKL jenis windlass jika menggunakan Kurva S (S-Curve)? 1.3 Tujuan dan Manfaat Pemecahan Masalah Dengan memperhatikan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan dari pemecahan masalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengevaluasi atau mengetahui penyebab dari adanya keterlambatan proyek pembuatan APKL jenis windlass 2. Untuk mengevaluasi atau mengetahui penyebab dari adanya pembengkakan biaya (overbudgetting) pada proyek pembuatan APKL jenis windlass 3. Untuk mengetahui dan menentukan lintasan kritis pada aktivitas proyek pembuatan APKL windlass. 4. Untuk mengetahui hasil evaluasi proyek pembuatan APKL jenis windlass jika menggunakan S-Curve. Kemudian manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan mengetahui hasil evaluasi antara durasi pengerjaan proyek dengan dengan durasi perencanaan proyek, perusahaan dapat menganalisis dan bisa dijadikan masukan mengenai durasi proyek pada hasil evaluasi proyek tersebut. 2. Dengan mengetahui hasil evaluasi antara biaya proyek yang terpakai dengan rencana anggaran pada perencanaan proyek yang sudah direncanakan di awal, perusahaan dapat menganalisis dan bisa dijadikan masukan mengenai biaya proyek yang tercantum pada hasil evaluasi proyek tersebut. 3. Dengan dibuatnya lintasan kritis dengan jaringan kerja pada aktivitas proyek pembuatan windlass tersebut, perusahaan dapat membuat alternatif cara untuk mengurangi durasi yang ada pada lintasan kritis sehingga dapat menutup kesalahan terhadap adanya keterlambatan yang terjadi pada proyek tersebut.

I-6 4. Dengan dibuatnya Kurva S (S-Curve), maka perusahaan dapat menilai bagaimana proyek pembuatan APKL jenis windlass tersebut semestinya berjalan dengan melihat hasil evaluasi dari Kurva S tersebut. 1.4 Pembatasan dan Asumsi Dalam ruang lingkup pembahasan yang akan dikaji dalam permasalahan yang dihadapi ini memiliki batasan-batasan masalah yang meliputi : 1. Penelitian dilakukan di PT. Pindad (Persero) pada Divisi Alat Berat. 2. Penelitian ini hanya membahas dan meneliti mengenai proyek pembuatan alat peralatan kapal laut (APKL) jenis windlass (mesin penarik jangkar). 3. Sumber daya yang dihitung pada proyek ini hanya material dan tenaga kerja. 4. Penelitian ini dilakukan setelah proyek pembuatan peralatan kapal laut jenis windlass tersebut selesai. 5. Penelitian ini hanya sampai pada tahap penjadwalan proyek saja, dan dari segi finansial hanya membahas biaya proyek yang terhitung pada material dan tenaga kerja yang dibandingkan dengan rencana anggaran biaya proyek pada material dan tenaga kerja. Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitan ini adalah berikut : 1. Kondisi dari para pekerja dalam keadaan fit (sehat) sehingga tidak mengganggu kelancaran proyek 2. Alat-alat perlengkapan kerja yang dipakai diasumsikan baik dan tidak mengganggu kelancaran proyek 3. Personil-personil pada organisasi proyek ini dianggap telah mampu melaksanakan tugas dan bekerja dalam bagiannya masing-masing 1.5 Lokasi Lokasi penelitian ini dilaksanakan di PT. Pindad (Persero) pada Divisi Alat Berat yang beralamat di Jalan Terusan Gatot Subroto No.517, Kebon Kangkung, Kiaracondong, Sukapura, Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat 40284

I-7 1.6 Sistematika Penulisan Laporan Untuk mempermudah penulisan laporan mengenai masalah yang diteliti maka laporan ini disajikan dalam sistematika sebagai berikut : BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V PENDAHULUAN Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat pemecahan masalah, pembatasan dan asumsi, lokasi penelitian dan sistematika penulisan laporan. LANDASAN TEORI Berisikan teori-teori dasar serta konsep-konsep yang digunakan sebagai dasar acuan pembahasan yang berhubungan dengan penjadwalan proyek. USULAN PEMECAHAN MASALAH Berisikan model pemecahan masalah beserta langkah-langkah pemecahan masalah dan flowchart pemecahan masalah pada perencanaan proyek pembuatan windlass di PT. Pindad (Persero) Divisi Alat Berat. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berisikan penjelasan data umum perusahaan PT. Pindad (Persero) Divisi Alat Berat dan juga data yang dibutuhkan pada pengolahan data seperti data uraian kegiatan, daftar material serta tenaga kerja yang dibutuhkan pada penyusunan proyek pembuatan windlass ini serta pengolahan data yang terdiri dari Gantt Chart, Network Planning, serta Alokasi Sumber Daya di setiap uraian kegiatannya. ANALISA DAN PEMBAHASAN Berisikan hasil analisis setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan datanya dan juga pembahasan lebih lanjut mengenai hasil dari pemecahan masalahnya.

I-8 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan penarikan kesimpulan yang dirumuskan atas dasar hasil pembahasan bab-bab sebelumnya yang mencerminkan jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan, serta saran-saran terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan.