I. PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan suatu negara kaya akan kebudayaan. Dengan

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G

RUMAH ULU KOMERING ULU KOMERING TRADITIONAL HOUSE

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB III KOTA PALEMBANG

ETNOMATEMATIKA PADA KEBUDAYAAN RUMAH ADAT OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

pqgi 3dnfi MARTAPURA : 1 Lembar rytmmfl, r : 420 latl IV.Disdik.OT I 2017 : Undangan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Sekolah Adiwiyata Tahun 2417

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

I. PENDAHULUAN. Daerah Palembang (Sumatera Selatan) banyak memiliki aneka ragam budaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Redcliffe Brown (1976:181) menjelaskan bahwa fungsi adalah sumbangan di

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

Lampiran I.16 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

KEARIFAN LOKAL ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMATERA SELATAN BAGI PEMBANGUNAN LINGKUNGAN BINAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

07. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. Sebagai bangsa yang multikultur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kabupaten Ogan Komering Ulu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

APITULASI JUMLAH TPS DAN PPDP SE - KABUPATEN OKU TIM

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

ARSITEKTUR TRADISIONAL KENALI SALAH SATU KEARIFAN LOKAL DAERAH LAMPUNG. William Ibrahim 1 Nandang 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ari Siswanto. Key words: timber house, knock-down, traditional structure, detail, and join.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB II. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Palembang. Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai Kota Palembang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan Indonesia merupakan suatu negara kaya akan kebudayaan. Dengan adanya keragaman dan corak tersebut, maka Koentjaraningrat dalam buku Elly M Setiadi, Kama Abdul Hakam, dan Ridwan Effendi (2005:29) membagi 3 wujud kebudayaan, yaitu: 1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Masyarakat di pulau Sumatra termasuk bagian dari rumpun Suku Bangsa Melayu,. Dilihat dari keragaman bahasa daerah yang ada (tiap -tiap suku berbeda bahasa), boleh dikatakan bahasa daerah di Sumatra Selatan merupakan salah satu keragaman bahasa daerah yang ada di Indonesia. Suku Komering, sebagai salahsatu suku atau masyarakat yang ada di Sumatra Selatan, di samping suku-suku

2 yang lain, seperti: Palembang, Pasemah, Musi, Ogan, Lematang, Enim, dan Sekayu, bila ditinjau dari bahasa daerah yang digunakan. Komering merupakan salah-satu suku yang ada di Sumatra Selatan dengan wilayah budaya yang berada di sepanjang aliran sungai Komering, bahkan penyebarannya hingga ke daerah Lampung. Selain itu suku Komering terbagi atas beberapa marga, di antaranya: marga Paku Sengkunyit, marga Sosoh Buay Rayap, marga Buay Pemuka Peliyung, marga Buay Madang, dan marga Semendawai. Dalam hal ini wilayah budaya Komering merupakan wilayah yang paling luas dibandingkan dengan wilayah budaya dari suku-suku lainnya di Sumatra Selatan. Kemudian di wilayah marga Semendawai di Kabupaten OKU Timur, marga ini pun terbagi lagi menjadi tiga wilayah, yaitu: Suku I Semendawai Barat ( Betung, Adumanis, Kangkung, Tanjung Emas, Tanjung Kukuh, Suka Negeri, Sri Tanjung), Suku II Semendawai Timur ( Tulung Harapan, Tulung Goni, Burnai Mulya, Karang Anyar, Karang Melati, Karang menjangan, Karang Mulya, Kota Tanah, Harapan Jaya, Mulya Jaya, Wana sari, Nirwana, Bawang Tikar, Melati Jaya, Beringin Jaya, Kota Mulya), dan Suku III ( Sriwangi, Lebak Kajang, Taman Agung, Suka Mulya, Taraman, Margo Dadi, Karang Endah, Jaya Mulya, Karang Nangko, Cahaya Negeri, Trimo Harjo, Gunung Sugih, Margo Rejo, Kerujon, Sugih Waras, Sido Waloyo). Suku Komering memiliki banyak kebudayaan yang beragam, keanekaragaman wujud dari kebudayaan itu telah melahirkan berbagai bentuk, jenis, corak seni budaya yang merupakan cermin dari identitas tertentu, yang salah satunya adalah Rumah Ulu yang merupakan wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya

3 manusia. Salah satu tanda kebudayaan suku Komering pada masa lalu hingga kini masih tetap terjaga adalah rumah. Sejak pembangunan anjungan tiap-tiap daerah di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), replika Rumah Ulu Komering ini sudah ada dan sudah menjadi salah satu bangunan tradisi yang melengkapi anjungan provinsi Sumatra Selatan (rumah Limas, rumah Ulu, dan rumah Rakit) di TMII. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah daerah maupun pemerintah pusat menjaga dan melestarikan rumah Ulu yang menjadi salah satu rumah tradisional adat Komering. Pada masyarakat suku Komering khususnya marga semendawai, memiliki dua jenis rumah tinggal yang bersifat tradisional, yaitu Rumah Ulu dan Rumah Gudang (Erwan Suryanegara, 2005:halaman 2). Pembangunan yang dilakukan secara terus-menerus memiliki pengaruh terhadap lingkungan permukiman setempat dan secara tidak langsung pada daerah di sekitarnya atau daerah di bawahnya. Secara umum, pembangunan yang dilakukan di daerah rawa-rawa adalah dengan melakukan penimbunan rawa dan hanya sebagian kecil yang melaksanakannya dengan menggunakan tiang atau kolom. Selanjutnya, pada daerah yang rawan bencana seperti banjir, tanah longsor dan gempabumi, pembangunan dilakukan dengan cara yang umum dilakukan pada daerah yang relatif aman dari bencana. Seperti halnya dengan wilayah-wilayah di Indonesia salah satunya adalah di Desa Betung Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan yang mempunyai beragam kekayaan sejarah budaya yang sangat menakjubkan. Budaya yang menunjukkan ekspresi masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungan yang disesuaikan dengan kebutuhan hidup. Salah satu peninggalan budaya tersebut tergolong dalam bidang arsitektur ialah bangunan rumah tradisional yang lebih dikenal sebagai rumah Ulu dan rumah Gudang.

4 Kondisi geografis kawasan juga memiliki pengaruh terhadap bentuk rumah tradisional yang meliputi aspek arsitektur, konstruksi, bahan bangunan dan filosofi. Walaupun beberapa tipe rumah tradisional memiliki bentuk rumah panggung, tetapi masing-masing tipe rumah panggung memiliki perbedaan sistem struktur yang adaptif terhadap lingkungan di sekitarnya. Rumah Ulu dan Rumah Gudang pada prinsipnya sama, tetapi bila dilihat dari bangunannya Rumah Gudang pada umumnya sudah mengalami beberapa perubahan, seperti Rumah Ulu pada umumnya, terutama untuk arah hadap Rumah Ulu seperti hulu (utara), liba (selatan), darak (barat), dan laok (timur) berdasarkan filosofi yang terdapat pada Rumah Ulu. Bentuk dan besar rumah biasanya tergantung kepada siapa pemilik rumah. Rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal berbeda dengan rumah yang digunakan sebagai tumpangan (penginapan). Pemilihan bahan pada rumah Ulu sangat diperhatikan. Hal ini dikarenakan agar rumah tersebut diharapkan dapat dibangun secara maksimal dan akan bertahan dalam waktu yang lama. Pemilihan bahan umumnya merupakan warisan secara turun temurun. Dalam Ari Siswanto (2009: halaman 4) pemilihan tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: percobaan secara terus-menerus atau berulang-ulang sejak nenek moyang, bentuk bahan atau kayu yang sesuai dengan kebutuhaan, Foklore (cerita rakyat) secara turun-temurun. Pemilihan kayu untuk tiang dipiih kayu yang terkuat yaitu kayu gehunggang. Kayu gehunggang dipilih karena bentuknya besar dan kuat, selain itu tahan panas dan air. Sehingga, apabila tergenang air relatif lama, kayu gehunggang tidak lapuk atau tetap bertahan. Selain kayu gehunggang, adapula jenis kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan, yaitu kayu petaling, kayu medang tahanan, kayu medang

5 sela hitam dan kayu tampahegis. Namun, sekarang pemakaian bahan-bahan pembangunan tersebut pada masa sekarang sudah mengalami perubahan karena sulit didapatkan. Keberadaan Rumah Gudang Komering selain Rumah Ulu pada saat ini sudah lebih akhir atau lebih muda jika dibandingkan dengan Rumah Ulu, sehingga pada Rumah Gudang Komering sudah mengenal dan menerapkan kombinasi antara bahan kayu dengan paku, kaca, cat, porselen, marmer, genteng, dan semen. Terutama tangga rumah-rumah Gudang yang akhir akhir ini sudah terbuat dari semen berlapis keramik yang bentuk nya beraneka ragam, pada bagian pintu dan jendelanya sudah dikombinasikan dengan kaca, walaupun hanya sebagian saja yang diubah bentuknya. Rumah Ulu merupakan rumah tradisional masyarakat Ogan Komering Ulu. Pembangunan rumah Ulu dilakukan secara gotong-royong oleh masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat hidup rukun, tentram dan saling membantu satu sama lain karena masyarakat telah memiliki nilai sosial yang tinggi. Selain itu rumah Ulu juga memiliki ciri yang sangat khas, kekhasan Rumah Ulu sangat berbeda sekali dengan rumah-rumah adat di Sumatera Selatan. Perbedaan yang sangat mendasar sekali adalah bentuk atap yang menyerupai tanduk kerbau. Rumah Ulu memiliki struktur bangunan, terbagi atas tiga bagian, yaitu: rumah bagian depan ( garang), rumah bagian tengah atau utama ( ambin, pangking, haluan, dan kakudan), serta rumah bagian belakang ( pawon). Bagi masyarakat Komering, rumah bagian tengah atau utama ( ambin, pangking, haluan, dan kakudan) bersifat sakral, sedangkan garang atau pawon bersifat

6 profan sehingga pada pintu depan (rawang balak) dari garang ke haluan, dan juga pada pintu belakang ( rawang pawon) dari kakudan ke pawon, konstruksi kusen pintunya dibuat tinggi atau ada langkahan sehingga menjadi meningkat. Salah satu wilayah di Ogan Komering Ulu yang masih memiliki rumah Ulu adalah Desa Betung Kecamatan Semendawai Barat. Secara geologi, Desa Betung ini merupakan desa yang berada di daerah pinggiran sungai/bantaran sungai. Sebagian besar daerah Desa Betung ini merupakan daerah yang tergenang oleh air seperti rawa-rawa. Hanya beberapa tempat saja yang merupakan daerah yang tidak tergenang oleh air. Genangan dari air ini merupakan luapan dari air sungai komering. Desa Betung yang terletak di pinggiran sungai Komering ini memiliki kekhasan seperti halnya perkampungan di tepian sungai, keseluruhan rumah berkontruksi panggung. Sebagian, tetap berbentuk panggung, menggunakan bahan kayu gahunggang atau sebagian sudah menggunakan semen. Pada masyarakat adat Komering di Desa Betung ini masih sangat melestarikan keberadaan Rumah Ulu, serta fungsinya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Meskipun banyak juga fungsi-fungsi rumah tersebut pada masa lalu tidak dijalankan lagi dalam kehidupan sekarang, seiring berkembangnya zaman. Rumah Ulu yang berada di Desa Betung Kecamatan Semendawai Barat masih banyak ditemukan disana. Akan tetapi, yang menempati rumah Ulu ini hanya sebagian masyarakat adat Komering saja, karena sebagian masyarakat lainnya sudah mengubah rumah Ulu menjadi rumah gudang yang sudah lebih modern. Rumah Ulu merupakan rumah tradisional masyarakt adat Komering sedangkan rumah gudang merupakan rumah tinggal masyarakat adat Komering.

7 Rumah Ulu yang merupakan rumah tradisional yang terdapat dalam kehidupan masyarakat adat Komering merupakan gambaran kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Masyarakat adat Komering di Desa Betung Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan walaupun hanya sebagian yang masih menjaga keberadaan rumah Ulu yang masih sangat melestarikan salah satu kebudayaan Komering yaitu Rumah Ulu dari segi keberadaannya serta fungsinya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, meskipun ada juga yang menggunakan rumah adat tipe Gudang dan fungsi-fungsi dari rumah tersebut yang pada masa lalu tidak dijalankan dalam kehidupan sekarang. Serta, kurangnya kesadaran mereka tentang fungsi rumah Ulu masyarakat adat Komering Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang Kurangnya Pemahaman Fungsi Ruang Pada Rumah Ulu (Lambahan Ulu) Masyarakat Adat Komering di Desa Betung Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan. B. Analisis Masalah 1. Identifikasi masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas maka, permasalahan yang dapat di identifikasi oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Konstruksi atau Arsitektur Rumah Ulu pada masyarakat adat komering 2. Komposisi bangunan Rumah Ulu pada masyarakat adat komering 3. Fungsi Ruang pada Rumah Ulu masyarakat adat komering.

8 2. Batasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu Fungsi Ruang Pada Rumah Ulu (lambahan hulu) masyarakat adat komering di Desa Betung Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar pembatasan masalah tersebut maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa Sajakah fungsi ruang pada Rumah Ulu (lambahan hulu) masyarakat adat komering di Desa Betung Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan? C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui fungsi ruang pada Rumah Ulu (lambahan hulu) masyarakat adat komering di Desa Betung Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan.

9 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini antara lain: 1. Untuk menambah wawasan penulis tentang Rumah Ulu (lambahan hulu) pada masyarakat adat komering di Desa Betung Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan. 2. Untuk memberikan pengetahuan dan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang fungsi ruang pada Rumah Ulu (lambahan hulu) sebagai rumah adat komering. 3. Untuk melestarikan kebudayaan Komering yang pada saat ini sudah jarang yang mengetahui tentang fungsi ruang pada Rumah Ulu (lambahan hulu) sebagai rumah adat komering. 3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: 1. Objek Penelitian Objek penelitian adalah fungsi ruang pada Rumah Ulu (lambahan hulu) masyarakat adat komering. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah Masyarakat Desa Betung, Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan.

10 3. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah Desa Betung, Kecamatan Semendawai Barat Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013 5. Bidang Ilmu Antropologi Budaya.

11 REFERENSI Elly M. Setiadi, Kama Abdul Hakam, dan Ridwan Effendi. 2005. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (edisi kedua). Kencana. Bandung. Halaman 29. Erwan Suryanegara. 2005. Rumah Ulu Komering. http://majour.maranatha.edu /index.php/ambiance/article/download/562/548. Diakses tanggal 12 April 2012 pukul 11.45 WIB. Halaman 2. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman 144. Ari Siswanto. 2009. Kearifan Lokal Arsitektur Tradisional Sumatera Selatan Bagi Pembangunan Lingkungan Binaan http://localwisdom.ucoz.com/_ld/0/5_ 1ed_5 _JLWOL_ari.pdf. Diakses tanggal 20 Juli 2013 pukul 04.45 WIB. Halaman 4.