PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2017 No.42/08/75/Th.XI. 1 Agustus 2017 Pada bulan Juli 2017, NTP (NTP Umum) Provinsi Gorontalo tercatat sebesar 103,79 atau mengalami penurunan sebesar -1,35 persen bila dibandingkan keadaan bulan Juni 2017 yang tercatat sebesar 105,22. NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 106,01 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P), 114,79 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H), 97,44 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R), 100,12 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 100,93 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 104,42 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 103,79, Provinsi Maluku sebesar 100,85, Provinsi Maluku Utara sebesar 100,57, Provinsi Papua Barat sebesar 100,20, dan Propinsi Sulawesi Selatan sebesar 100,18. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,32, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 93,02, Propinsi Sulawesi Tenggara sebesar 93,06, dan Propinsi Papua sebesar 95,43. NTP nasional sebesar 100,65 mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,53. Pada Juli 2017, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar 1,59 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok pengeluaran rumahtangga, yaitu kelompok bahan makanan 2,91 persen, makanan jadi 0,37 persen, sandang 0,26 persen, kesehatan 0,42 persen, dan pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,52 persen. Sedangkan kelompok perumahan tidak mengalami perubahan dan transportasi dan komunikasi turun 0,01 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Gorontalo pada Juli 2017 sebesar 120,35 atau turun sebesar -0,24 persen dibanding NTUP bulan Juni 2017. 1. Nilai Tukar Petani (NTP) NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga Berita Resmi Statistik No.40/08/75/Th. XI. 1 Agustus 2017 1
pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya. Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan yaitu Perikanan Tangkap Nelayan (NTN) dan Perikanan Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Prov. Gorontalo Juni Juli 2017 Per Subsektor serta nya (2012=100) Subsektor Juni 2017 Juli 2017 Persentase (1) (2) (3) (4) Gabungan a. Nilai tukar petani (NTP) 105,22 103,79-1,35 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134,21 134,08-0,09 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 127,55 129,18 1,27 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134,69 136,83 1,59 - Indeks BPPBM 111,25 111,41 0,15 Gabungan tanpa Perikanan a. Nilai tukar petani (NTP) 105,48 103,96-1,44 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 134,58 134,37-0,16 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 127,59 129,25 1,30 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134,60 136,79 1,62 - Indeks BPPBM 111,34 111,51 0,15 1. Tanaman Pangan a. Nilai tukar petani (NTPP) 108,55 106,01-2,34 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 143,83 142,60-0,85 - Padi 126,75 125,69-0,83 - Palawija 159,19 157,82-0,86 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 132,50 134,52 1,53 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135,94 138,40 1,81 - Indeks BPPBM 116,29 116,23-0,04 2. Hortikultura a. Nilai tukar petani (NTPH) 113,44 114,79 1,19 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 147,10 150,75 2,48 - Sayur-sayuran 152,69 157,16 2,93 - Buah-buahan 120,33 119,99-0,28 - Tanaman Obat 112,39 111,47-0,82 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 129,67 131,33 1,27 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134,16 136,17 1,50 - Indeks BPPBM 108,61 108,58-0,02 2 Berita Resmi Statistik No.40/08/75/Th.XI. 1 Agustus 2017
Subsektor Juni 2017 Juli 2017 Persentase (1) (2) (3) (4) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai tukar petani (NTPR) 100,18 97,44-2,74 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 132,46 130,73-1,31 - Tanaman Perkebunan Rakyat 132,46 130,73-1,31 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 132,22 134,17 1,48 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 136,54 138,87 1,70 - Indeks BPPBM 112,47 112,73 0,23 4. Peternakan a. Nilai tukar petani (NTPT) 101,20 100,12-1,07 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 119,30 119,10-0,17 - Ternak Besar 116,98 117,21 0,20 - Ternak Kecil 120,02 120,98 0,81 - Unggas 125,02 123,10-1,54 - Hasil Ternak 126,04 124,50-1,23 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 117,89 118,96 0,91 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,04 133,92 1,42 - Indeks BPPBM 106,81 107,26 0,42 5. Perikanan a. Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan (NTNP) 100,59 100,93 0,34 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 127,67 129,10 1,12 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 126,92 127,91 0,78 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 136,09 137,56 1,07 - Indeks BPPBM 109,56 109,65 0,08 5.1. Perikanan Tangkap a. Nilai tukar nelayan (NTN) 106,30 107,02 0,68 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) 135,33 137,30 1,45 - Penangkapan 135,33 137,30 1,45 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 127,31 128,29 0,77 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 136,11 137,57 1,07 - Indeks BPPBM 111,25 111,35 0,09 5.2. Perikanan Budidaya a. Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) 84,04 83,31-0,87 b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 105,73 105,64-0,09 - Budidaya air tawar 111,82 111,21-0,55 - Budidaya air laut 102,84 102,84 0,00 - Budidaya air payau 127,23 128,78 1,22 c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 125,81 126,81 0,79 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 136,06 137,52 1,07 - Indeks BPPBM 104,73 104,77 0,04 BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Berita Resmi Statistik No.40/08/75/Th. XI. 1 Agustus 2017 3
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Gorontalo pada Juli 2017, NTP turun -1,35 persen dibandingkan NTP Juni 2017, yaitu dari 105.22 menjadi 103.79. Gambar 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Januari 2016 Juli 2017 Pada periode Januari 2016 Juli 2017, NTP Provinsi Gorontalo tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016 sebesar 106,46 dan terendah terjadi pada bulan Juli 2017 sebesar 103.79. Penurunan NTP Juli 2017, disebabkan oleh turunnya NTP pada 3 (tiga) subsektor yaitu subsektor tanaman pangan sebesar -2,34 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar - 2,74 persen, dan subsektor peternakan sebesar -1,07 persen. Sedangkan kenaikan indeks terjadi pada subsektor tanaman hortikultura sebesar 1,19 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,34. 2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Pada Juli 2017 It turun sebesar -0,09 persen dibanding It Juni 2017, yaitu dari 134.21 menjadi 134.08. Subsektor yang mengalami penurunan indeks yang diterima yaitu subsektor tanaman pangan sebesar -0,85, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -1,31 persen, dan subsektor peternakan sebesar -0,17. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Juli 2017, Ib naik sebesar 1,27 persen bila dibanding Ib Juni 2017, yaitu dari 127,55 menjadi 129,28. Kenaikan Ib disebabkan naiknya Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,53 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar 1,27 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,48 persen, subsektor peternakan sebesar 0,91 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,78 persen. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Juli 2017 terjadi penurunan NTPP sebesar -2,34 persen. Hal ini karena menurunnya It sebesar -0,85 persen, sedangkan Ib naik 1,53 persen. Penurunan It pada Juli 2017 karena turunnya indeks pada kelompok padi sebesar -0,83 persen dan kelompok palawija sebesar -0,86 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga adalah gabah dan jagung. Kenaikan Ib sebesar 1,53 persen disebabkan naiknya indeks kelompok Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 1,81 persen, meskipun indeks kelompok BPPBM turun sebesar -0,04 persen. 4 Berita Resmi Statistik No.40/08/75/Th.XI. 1 Agustus 2017
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Juli 2017, NTPH naik sebesar 1,19 persen. Hal ini dipicu oleh kenaikan It yang lebih tinggi dibanding Ib yaitu sebesar 2,48 persen, sedangkan Ib naik sebesar 1,27 persen. Kenaikan It Juni 2017 disebabkan naiknya harga pada kelompok komoditas sayur-sayuran sebesar 2,93 persen, sedangkan kelompok buah-buahan dan kelompok tanaman obat mengalami penurunan masing-masing sebesar -0,28 persen, dan -0,82 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga yaitu bawang merah, bayam, buncis, cabe merah, cabe rawit, kacang panjang, kangkung, ketimun, terung panjang, dan tomat. Untuk nilai Ib terjadi kenaikan sebesar 1,27 persen, yaitu dari 129,67 menjadi 131,33 disebabkan pada kelompok KRT naik sebesar 1,50 persen meskipun indeks BPPBM turun sebesar -0,02 persen. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Juli 2017, NTPR mengalami penurunan sebesar -2,74 persen. Hal ini terjadi karena adanya penurunan It sebesar -1,31 persen dan kenaikan Ib sebesar 1,48 persen. Penurunan It disebabkan oleh penurunan indeks yang signifikan pada sebagian besar komoditi tanaman perkebunan rakyat yakni kelapa, buah aren/enau, dan kemiri. Kenaikan pada Ib dikarenakan naiknya indeks kelompok KRT sebesar 1,70 persen, dan indeks BPPBM naik sebesar 0,23 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Juli 2017, NTPT turun sebesar -1,07 persen. Hal ini karena It mengalami penurunan sebesar -0,17 persen sementara Ib naik sebesar 0,91 persen. penurunan It Juli 2017 disebabkan turunnya It pada kelompok unggas sebesar -1,54 persen dan hasil ternak sebesar -1,23 persen meskipun It pada kelompok ternak besar dan ternak kecil naik masing-masing 0,20 persen dan 0,81 persen. Komoditi pada subsektor peternakan yang mengalami penurunan harga adalah komoditi ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, telur ayam ras, telur ayam buras, dan telur itik. Sedangkan Ib yang naik sebesar 0,91 persen disebabkan naiknya indeks kelompok KRT sebesar 1,42 persen, dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,42 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada Juli 2017, NTNP naik sebesar 0,34 persen. It naik sebesar 1,12 persen, dan Ib naik sebesar 0,78 persen. Kenaikan It disebabkan naiknya indeks kelompok penangkapan ikan sebesar 1,45 persen, dan kelompok budidaya ikan turun sebesar -0,09 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT naik sebesar 1,07 persen, dan kelompok BPPBM 0,08 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada Juli 2017, NTN naik sebesar 0,68 persen. It naik sebesar 1,45 persen dan Ib naik sebesar 0,77 persen. Kenaikan It ini disebabkan oleh naiknya harga di sebagian ikan pada kelompok perikanan tangkap (biji nangka, cakalang, kakap, kembung, kurisi/kerisi, kuwe/bebara, selar, sunglir, teri, tongkol, udang, dan rajungan). Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT naik sebesar 1,07 persen, dan indeks BPPBM naik sebesar 0,09 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada Juli 2017, NTPi turun sebesar -0,87 persen. Hal ini terjadi karena adanya penurunan It sebesar -0,09 persen dan kenaikan Ib sebesar 0,79 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya harga komoditi pada kelompok budidaya (khususnya komoditi ikan nila). Kenaikan Ib sebesar 0,79 persen disebabkan karena naiknya indeks kelompok KRT sebesar 1,07 persen, dan kelompok BPPBM sebesar 0,04 persen. Berita Resmi Statistik No.40/08/75/Th. XI. 1 Agustus 2017 5
5. Perbandingan Antarprovinsi Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 104,42 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 103,79, Provinsi Maluku sebesar 100,85, Provinsi Maluku Utara sebesar 100,57, Provinsi Papua Barat sebesar 100,20, dan Propinsi Sulawesi Selatan sebesar 100,18. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,32, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 93,02, Propinsi Sulawesi Tenggara sebesar 93,06, dan Propinsi Papua sebesar 95,43. NTP nasional sebesar 100,65 mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,53. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi Kawasan Timur Indonesia dan Persentase nya Juli 2017 (2012=100) Provinsi Indeks It Ib NTP % Indeks % Rasio % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sulawesi Utara 118,62 0,83 128,48 0,91 92,32-0,08 Sulawesi Tengah 120,62-0,19 129,68 0,69 93,02-0,87 Sulawesi Tenggara 119,36-0,66 128,26 0,75 93,06-1,40 Papua 120,83-0,64 127,96 0,00 94,43-0,64 Sulawesi Selatan 129,04 0,23 128,81 0,59 100,18-0,36 Papua Barat 128,24 0,31 127,99 0,14 100,20 0,17 Maluku Utara 128,79 0,12 128,06 0,55 100,57-0,43 Maluku 131,17 0,24 130,07 0,47 100,85-0,22 Gorontalo 134,08-0,09 129,18 1,27 103,79-1,35 Sulawesi Barat 129,61 0,09 124,12 0,31 104,42-0,22 NASIONAL 129,12 0,26 128,28 0,14 100,65 0,12 6. Inflasi Perdesaan Pada Juli 2017, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar 1,59 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok pengeluaran rumahtangga, yaitu kelompok bahan makanan 2,91 persen, makanan jadi 0,37 persen, sandang 0,26 persen, kesehatan 0,42 persen, dan pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,52 persen. Sedangkan kelompok perumahan tidak mengalami perubahan dan transportasi dan komunikasi turun 0,01 persen. Dari kawasan timur Indonesia terjadi inflasi perdesaan pada seluruh provinsi, inflasi tertinggi yakni Provinsi Gorontalo sebesar 1,59 persen, Provinsi Sulawesi Utara sebesar 1,13 persen, Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,94 persen, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,88 persen, Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,74 persen, Provinsi Maluku Utara sebesar 0,70 persen, Provinsi Maluku sebesar 0,55 persen, Provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,39 persen, Provinsi Papua Barat sebesar 0,22 persen dan Provinsi Papua sebesar 0,1 persen. 6 Berita Resmi Statistik No.40/08/75/Th.XI. 1 Agustus 2017
Provinsi Tabel 3 Persentase Indeks Harga Konsumen Perdesaan Juli 2017 (2012=100) Bahan Makanan Makanan Jadi Sandang Perumahan Kesehatan Pendidikan Rekreasi dan Olah raga Transpor tasi dan Komunikasi Umum / KRT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Gorontalo 2,91 0,37 0,00 0,26 0,42 0,52-0,01 1,59 Sulawesi Utara 2,29-0,02 0,09 0,06 0,05 0,17 0,22 1,13 Sulawei Tenggara 1,88 0,36 0,03 0,09-0,01 0,83 0,03 0,94 Sulawesi Tengah 1,80 0,12 0,18 0,75 0,28 0,14-0,14 0,88 Sulawesi Selatan 1,49 0,11-0,01 0,23 0,33 0,37 0,20 0,74 Maluku Utara 1,17 0,37-0,01 0,13 0,47 0,10 0,17 0,70 Maluku 0,80 0,14 0,49 0,52 0,60 0,04 0,18 0,55 Sulawesi Barat 0,82 0,04-0,03-0,33-0,01 0,62 0,00 0,39 Papua barat 0,52 0,11-0,39-0,17 0,03 0,44-0,05 0,22 Papua -0,20 0,40-0,08 0,12 0,81 0,00 0,07 0,01 Nasional 0,05 0,25 0,11 0,04 0,30 0,60 0,13 0,15 7. NTUP Subsektor Pada Juli 2017 terjadi penurunan NTUP di Provinsi Gorontalo sebesar -0,24 persen. Hal ini disebabkan turunnya It sebesar -0,09 persen, bila dibandingkan Indeks BPPBM yang naik sebesar 0,15 persen. Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada subsektor tanaman pangan sebesar -0,81 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -1,53 persen, dan subsektor peternakan sebesar -0,58 persen. Sementara subsektor tanaman hortikultura dan subsektor perikanan mengalami kenaikan masing-masing 2,50 dan 1,04 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Juni Juli 2017 per Subsektor dan Persentase nya (2012=100) Subsektor Juni 2017 Juli 2017 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 123,69 122,69-0,81 2. Hortikultura 135,45 138,83 2,50 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 117,77 115,97-1,53 4. Peternakan 111,69 111,04-0,58 5. Perikanan 116,53 117,74 1,04 a. Tangkap 121,65 123,30 1,36 b. Budidaya 100,96 100,83-0,13 Gorontalo 120,64 120,35-0,24 Berita Resmi Statistik No.40/08/75/Th. XI. 1 Agustus 2017 7