BAB I PENDAHULUAN. baik yang datang dari sesama manusia, makhluk hidup lainnya, maupun alam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab V merupakan bagian akhir dari penulisan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

Rusunawa Khusus Buruh di Kawasan Industri Air Raja Tanjungpinang 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEPUASAN PENGHUNI RUSUNAWA TERHADAP FISIK DAN LINGKUNGAN RUSUNAWA DI SURAKARTA

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI KETERSEDIAAN RUMAH SUSUN SEWA TERHADAP PERTUMBUHAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN WAMEO KECAMATAN BATUPUARO

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan suatu proses perencanaan

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengembangan Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa) kini tengah digencarkan oleh pemerintah tepatnya Kementerian

RUMAH SUSUN BURUH PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG

Rusunawa Buruh di Kawasan Industri Mangkang Semarang

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kalangan menengah ke-atas (high-middle income). lebih dari batas UMR termasuk golongan menengah ke atas.

RUMAH SUSUN SEWA BURUH PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

BAB I PENDAHULUAN. Kerap kali istilah Rumah ku, istanaku sering diucapkan,kata-kata yang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta

TUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

Komposisi Penduduk DKI Jakarta 2012

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk membedakan pendefinisian kata rumah menjadi tidak sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena

PENYUSUNAN PROGRAM YANG DISESUAIKAN DENGAN RPJMD DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMDA PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

RUMAH SUSUN DI KALIGAWE SEMARANG

UNIVERSITAS DIPONEGORO RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR SIGIT RIANTO NIM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

C. Kajian Optimalisasi Penghunian Rumah Susun Sewa

RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Rumah Susun Sederhana Sewa di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. pembatasan masalah, tujuan dari Tugas Akhir, dan sistematika penulisan Tugas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

Penduduk. Baciro ,62. Demangan ,16. Klitren ,75. Kota Baru ,74. Terban 80 9.

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta (DIY) di bagian selatan dibatasi Samudera Indonesia,

PENDAHULUAN. Salah satunya adalah lingkungan yang bersih. Sikap dan perilaku hidup sehat

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Identifikasi Tingkat Pelayanan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun (Studi Kasus: Rusun Bumi Cengkareng Indah)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang

RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

KAJIAN PERSEBARAN RUMAH SUSUN SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAKARTA. Freddy Masito S. Su Ritohardoyo

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang. Kehidupan seseorang tanpa rumah tidak dapat dikatakan sebagai sebuah kehidupan yang layak. Manusia dapat dikatakan menjalani kehidupan yang layak jika mempunyai rumah sebagai tempatnya berlindung dari berbagai macam gangguan, baik yang datang dari sesama manusia, makhluk hidup lainnya, maupun alam sekitarnya. Lebih dari itu, rumah merupakan ruang interaksi bagi keluarga, unit terkecil kelompok sosial dalam struktur kehidupan bermasyarakat. Rumah dapat diartikan sebagai tempat tinggal yang di dalamnya manusia melakukan berbagai macam aktifitasnya, baik yang bersifat privat, ekonomi maupun sosial. Karena keberadaannya yang sangat penting, maka kondisi rumah serta lingkungan sekitarnya harus memenuhi standar minimal agar dapat menjamin penghuninya dapat menjalani kehidupan yang layak, seperti memenuhi kriteria tempat tinggal yang sehat, tersedianya prasarana dan sarana yang memadai serta mudah diakses. 1

Namun realitanya, tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya akan rumah baik dari segi kelayakannya maupun kepemilikannya. Masih banyak masyarakat yang tidak memiliki rumah dan masih banyak pula masyarakat yang memiliki rumah yang kondisinya dibawah standar kelayakan. Data dari beberapa media, menyebutkan bahwa angka kekurangan rumah di Indonesia saat ini yaitu sekitar lima belas juta unit. Angka ini setiap tahunnya akan bertambah karena kemampuan pemerintah dalam menyediakan rumah bagi masyarakat, terutama untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) masih rendah. MBR meruapakan golongan masyarakat yang secara ekonomi sulit untuk memenuhi sendiri kebutuhannya akan rumah. Hal ini menjadikan MBR sebagai sasaran utama dalam kebijakan penyediaan rumah di Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Kota Baubau merupakan kota kedua terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara yang berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa bagi daerah-daerah sekitarnya. Walaupun sebagai kota terbesar kedua di Provinsi Sulawesi Tenggara, jumlah penduduk miskinnya cukup tinggi. Hampir separuh dari penduduknya yaitu sebanyak 43,40% termasuk dalam kategori miskin yang tentunya penghasilannya rendah dan sulit untuk memenuhi kebutuhan akan hunian yang layak sebagai salah satu kebutuhan dasar. Untuk membantu menyediakan hunian yang layak huni bagi masyarakat berpendapatan rendah ini, di Kota Bau-Bau telah dibangun dua tower 2

rumah susun sederhana sewa. Rusunawa Wameo ini merupakan lingkungan bermukim vertikal pertama yang ada di Kota Bau-Bau. Kebaruannya ini dapat menjadi sesuatu yang asing, sebab penghuni bermukim di lingkungan yang jauh berbeda dengan lingkungan bermukimannya sebelumnya. Dari pemaparan di atas maka pertanyaan penelitian yang dituangkan dalam perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Seperti apa persepsi penghuni terhadap kondisi lingkungan rusunawa? 2. Seperti apa kondisi ideal lingkungan rusunawa berdasarkan persepsi penghuni? 3. Seperti apa perbedaan antara kondisi ideal lingkungan rusunawa berdasarkan standar dan persepsi penghuni? 4. Apa solusi yang sudah dilakukan terhadap perbedaan kondisi ideal lingkungan rusunawa berdasarkan standar dan persepsi penghuni, dan solusi yang direkomendasikan untuk mengatasi perbedaan tersebut? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Pertama yaitu untuk mengetahui persepsi penghuni rusunawa terhadap kondisi lingkungan yang menjadi tempat huniannya. Selanjutnya mencari tahu kondisi ideal lingkungan rusunawa berdasarkan persepsi penghuni. Setelah mengetahui kondisi idealnya berdasarkan persepsi penghuni, 3

kemudian mencari tahu perbedaan antara kondisi ideal lingkungan rusunawa berdasarkan standar dan persepsi penghuni. Terakhir, setelah mengetahui perbedaan keduanya, berupaya mengetahui solusi apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi perbedaan keduanya dan juga solusi yang direkomendasi untuk mengatasi perbedaan keduanya. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu dengan diketahuinya tingkat kesesuaian antara perencanaan dengan hasil pelaksanaan rencana program rumah susun sederhana sewa (Rusunawa), dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah agar melakukan program ini sesuai dengan regulasi yang berlaku. Selain itu pula dengan mengetahui keinginan masyarakat mengenai kondisi rumah susun yang sesuai dengan keinginannya, pemerintah dapat membuat acuan normatif (regulasi) rumah program rumah susun dengan mengakomodir nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang akan menghuninya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini dibagi atas tiga (3), yaitu ruang lingkup substansi, ruang lingkup wilayah, dan ruang lingkup temporal. Dalam penelitian ini lingkup substansi atau batasan pembahasan materinya adalah persepsi penghuni mengenai kondisi lingkungan rusunawa dan persepsi penghuni mengenai kondisi ideal lingkungan rusunwa. Adapun lokasi penelitian ini yaitu di kompleks 4

rumah susun di Kelurahan Wameo, Kota Bau-Bau. Batasan temporal dalam penelitian ini yaitu dari mulai dihuninya rumah susun Wameo, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 saat penelitian ini dilakukan. 1.6. Keaslian Penelitian Penulis menyadari bahwa penelitian yang sejenis sudah pernah dilakukan pihak lain di lokasi yang lain. Menurut sepengetahuan penulis, di lingkungan MPKD- UGM, terdapat tiga penelitian yang membahas mengenai kebijakan rumah susun. Ketiga penelitian tersebut dilakukan di tiga provinsi yang berbeda, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 5

Tabel 1.1. Penelitian sebelumnya mengenai kebijakan rumah susun No Nama, Judul Tujuan Metode Hasil dan Temuan Penelitian 1 Tingkat penerimaan Penghuni Mengetahui kondisi penerimaan Pendekatan yang dilakukan terhadap konsep rumah susun kelompok sasaran terhadap Rumah adalah melakukan sederhan yang dibangun oleh Pemda DKI Jakarta susun yang dibangun oleh pemda DKI Jakarta, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Analisis Komparatif Rumah susun sederhana: Tanah Tinggi, Bidara Cina, Benhil II, dan Tebet Barat (Mandoyo Hadiwidjojo, 2001) 2 Proses Penghunian Rumah susun sederhan di kota Semarang Lokasi: Rumah susun Pekunden, Plamongansari dan Kaligawe (Tantri Swasining, 2010) Mengetahui proses penghunian rumah susun serta mengetahui pengelolaan rumah susun yang tepat agar dapat berfungsi secara optimal di rumah rumah susun pekunden, plamongansari, dan Kaligawe di Kota Semarang komparasi kasus penelitian yaitu komparasi antar kondisi empat rumah susun di lokasi penelitian yang dibangun oleh pemda Pedekatan penelitian: Deskriptif kualitatif dan kuantitatif Masalah menonjol yang dihadapi penghuni untuk tinggal adalah masalah ruang tidur. Para penghuni menghadapi pula masalah kurangnya ruang terbuka untuk olah raga, bermain anak, ruang taman dan ruang parkir Terdapat masalah pengelolaan fasilitas mengenai konsep design, pemanfaatan, dan pemeliharaannya. Menginginkan minimal 2 kamar tidur Kelompok sasaran kurang mampu menanggung kewajiban penghuni di rusun, kemampuan akses pada aspek ekonomi dan administrasi perkotaan rendah yang mengakibatkan pada tidak mampu akses terhadap system kepemilikan unit rusun yang diterapkan. Sehingga kelompok sasaran melepaskan hak kepemilikan unit huniannya kepada pihak bukan kelompok sasaran. Rusun Plamongansari: Mayoritas penghuni bukan berasal kawasan permukiman kumuh Kamar tidur dipandang kurang jumlahnya oleh penghuni. Selain itu ruang tamu dipandang kecil ukurannya. Hal ini dirasakan oleh keluarga dengan anggota keluarga cukup banyak dan keluarga dengan anak-anak yang sudah beranjak dewasa Terdapat penghuni yang termasuk dalam kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi cukup mapan 3 Efektivitas Pembangunan Rumah Mengetahui efektivitas pembangunan Kuantitatif dan kualitatif Terdapat penghuni yang pendapatan, status 6

No Nama, Judul Tujuan Metode Hasil dan Temuan Penelitian Susun sederhana Sewa rusunawa dalam penataan lingkungan deskriptif rumah sebelumnya, dan daerah asal yang tidak (RUSUNAWA) dalam Penanganan lingkungan permukiman kumuh Studi Kasus Rusunawa Gemawang, Rusunawa Jogoyudan, dan Rusunawa Cokrodirjan (Meta Grizanda Meizy Rosadi, 2010) kumuh sesuai dengan ketentuan Pembangunan rusunawa cukup efektif dalam penanganan permukiman kumuh) Sumber: 1.Tingkat penerimaan Penghuni terhadap konsep rumah susun sederhan yang dibangun oleh Pemda DKI Jakarta; Analisis Komparatif Rumah susun sederhana: Tanah Tinggi, Bidara Cina, Benhil II, dan Tebet Barat (Mandoyo Hadiwidjojo, 2001) 2. Proses Penghunian Rumah susun sederhan di kota Semarang ; Lokasi: Rumah susun Pekunden, Plamongansari dan Kaligawe (Tantri Swasining, 2010) 3. Susun sederhana Sewa (RUSUNAWA) dalam Penanganan lingkungan permukiman kumuh; Studi Kasus Rusunawa Gemawang, Rusunawa Jogoyudan, dan Rusunawa Cokrodirjan (Meta Grizanda Meizy Rosadi, 2010) 7

Penelitian ini tidak sama dengan tiga penelitian di atas. Perbedaan terletak pada lokasi, tujuan penelitian, dan metode yang digunakan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bau-bau. Kota Baubau dari segi ukurannya termasuk sebuah kota yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kota-kota lain yang telah menjadi lokasi penelitian mengenai rumah susun. Hal ini juga yang menjadikan penelitian ini menjadi berbeda dari penelitianpenelitian sebelumnya yang juga fokus pada kajian program rumah susun sederhana sewa. Umumnya penelitian mengenai rumah susun sederhana sewa hanya berfokus pada tingkat efektivitasnya dan faktor-faktor penyebabnya. Penelitian ini berusaha mengetahui persepsi penghuni terhadap kondisi lingkungan rusunawa dan persepsi penghuni terhadap kondisi ideal lingkungan rusunawa. Kondisi ideal lingkungan rusunawa berdasarkan persepsi penghuni itu akan dibenturkan dengan kondisi ideal lingkungan rusunawa berdasarkan standar, sehingga diketahui perbedaan anatara keduanya. Berdasarkan perbedaan ini, kemudian diamati solusi yang sudah dilakukan untuk mengatasi perbedaan ini dan juga diajukan rekomendasi solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi perbedaan ini. 8

1.7. Sistematika Penelitian berikut: Penulisan penelitian ini dibagi kedalam beberapa bab, yaitu sebagai BAB I : BAB PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian. BAB II : BAB TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan definisi dan tujuan rumah susun, konsep evaluasi, konsep lingkungan, rumah layak huni, persepsi penghuni, dan landasan teori, yang menjadi kerangka konsep dalam membahas masalah yang dimuncukan dalam penelitian ini. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini berisikan tahapan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data, metode pengambilan sampel, teknik analisis, serta variabel penelitian. BAB IV : GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab ini menggambarkan wilayah penelitian dari berbagai aspek fisik, dan non-fisik wilayah. Kesemua bahan-bahan yang disajikan dalam bab untuk menjelaskan posisi rusunawa dalam wilayah Kota Bau-bau. Selain itu memberikan gambaran mengenai kondisi 9

lingkungan dan kependudukan Kota Bau-bau secara makro. Datadata mengenai kondisi kecamatan dan kelurahan tempat Rusunawa Wameo berdiri juga disajikan agar lebih memahami kondisi wilayah di sekitar Rusunawa Wameo. BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan data-data eksisting mengenai kondisi lingkungan Rusunawa Wameo dan perbandingannya dengan standar. Pada bagian selanjutnya berisikan kondisi lingkungan rusunawa berdasarkan persepsi penghuni, kondisi ideal lingkungan rusunawa berdasarkan persepsi penghuni, dan perbedaan antara kondisi ideal lingkungan rusunawa berdasarkan standar dan persepsi penghuni. Setelah mengetahui kesenjangannya, dijelaskan mengenai faktor penyebabnya. Bagian ini juga berisi solusi apa yang telah dilakukan untuk mengatasi perbedaan antara kedua versi kondisi ideal lingkungan rusunawa dan juga solusi yang direkomendasikan untuk mengatasi perbedaan kedua versi kondisi ideal lingkungan rusunawa tersebut. BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini memaparkan kesimpulan yang menjadi jawaban dari pertanyaan penelitian. Bagian ini juga berisi rekomendasi berdasarkan kesimpulan dan temuan penelitian. 10