I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002).

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali usaha di bidang tekstil. Suatu perusahaan dituntut untuk mampu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

I. PENDAHULUAN. Penggunaan amplas di Indonesia sudah lama dikenal oleh. masyarakat namun pada saat itu penggunaannya masih terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis sekarang ini semakin lama semakin berkembang dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk memberikan desain interior yang baik bagi rumah serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sebab naik turunnya harga barang-barang yang ada di pasar sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Jabodetabek, dan lain-lain. kayu diantaranya dowel, moulding, pintu, jendela, wood-flooring,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, baik berupa perdagangan barang maupun jasa. pasar yang mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Industri kerajinan rotan di Kabupaten Cirebon merupakan sentra dari

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya &an. hektar terdiri dari hutan permanen, yang menghasilkan pepohonan seperti teak,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, dan Kanada sumber dana

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini, banyak perusahaan menyadari bahwa orientasi pada jumlah

BAB I PENDAHULUAN. representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

Gambar 1.2.Furniture dari U&KL. Sumber : Gambar 1.1. Furniture dari U&KL Sumber :

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. yang hebat dan pemerintah Amerika mesti turun tangan secara langsung untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

Perusahaan berskala besar dan sedang dalam kurun waktu dua. pemerintah dalam meningkatkan ekonomi negara yang lebih terpusat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak tahun 1997, Indonesia mengalami dampak atas memburuknya kondisi

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

INDUSTRI.

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

KONTRAK PERKULIAHAN 1-0. Copyright 2011 Arissetyanto-Hatri

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI UMUM Pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan proyeksi pemerintah pada tahun 2004, berada pada kisaran angka 4,5%-5% (BPS, 2003). Harapan yang optimis ini dibarengi dengan kebijakan dan keputusan pemerintah untuk mencari solusi yang terus mendorong pertumbuhan ekonomi, di antaranya dengan tetap menjalin hubungan dengan International Monetery Fund (IMF) dan Bank Dunia yang merepresentasikan adanya tingkat kepercayaan investor terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga mengeluarkan peraturan-peraturan baru yang dapat memberikan peluang khususnya bagi perusahaan yang berorientasi ekspor dengan keringanan bea ekspor (Anima, 2003). Salah satu perusahaan yang berbasis ekspor adalah perusahaan mebel. Industri mebel merupakan salah satu industri padat karya yang memiliki nilai tambah yang relatif tinggi dan banyak menyerap tenaga kerja. Pasar utama ekspor produk mebel nasional adalah Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman. Negara pesaing ekspor utama Indonesia di pasar internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002). Industri mebel memproduksi berbagai macam variasi produk seperti lemari makan, kursi, rak, tempat tidur dan meja. Berdasarkan skala produksinya, umumnya produsen mebel berada pada skala menengah dan besar menggunakan mesin dan biasanya terintegrasi dengan industri kayu lainnnya seperti moulding, window/frame dan lain-lain. Produsen skala kecil

2 umumnya melakukan proses produksi secara manual dan dapat memproduksi jenis-jenis produk mebel yang dapat dikategorikan sebagai kerajinan (handycraft) contohnya perabotan dan perlengkapan rumah tangga. Perkembangan kapasitas produksi industri mebel dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan kapasitas produksi industri mebel tahun 1999-2003 Tahun Kapasitas Produksi Utilisasi Ribu m 3 Pertumbuhan Ribu m 3 Pertumbuhan 1999 2.853 N/A 1.645 N/A 57.66 2000 2.897 1.54 2.897 76.11 100.00 2001 3.027 4.49 2.450-15.43 80.94 2002 3.283 8.46 2.993 22.16 91.17 2003 3.154-3.93 2.463-17.7 78.09 Rataan 2.64 16.29 Sumber : Deperindag, 2002. Ket : N/A : data not available Selama tahun 1999 hingga 2003, kapasitas produksi industri mebel nasional mengalami peningkatan sebesar 2,64% per tahunnya. Pertumbuhan produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kapasitas, yaitu 16.29%. Pada tahun 2000 tingkat utilisasi mencapai 100% disebabkan karena pada tahun 2000, jumlah produksi sama besarnya dengan jumlah kapasitas yang ada. Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, telah mempengaruhi kinerja ekspor bidang mebel kayu. Tahun 1998, untuk periode Januari sampai Juli, ekspor mebel kayu Indonesia hanya mencapai 80.878 ton atau hanya 24,8% dari total ekspor pada tahun 1997 untuk periode yang sama (Deperindag, 2002). Penurunan ini disebabkan tidak hanya oleh krisis yang terjadi secara global yang juga mempengaruhi negara-negara pengimpor seperti Jepang tetapi juga karena kesulitan para pengusaha untuk memperoleh

3 bahan baku langsung dari PT. Inhutani yang semula menjadi pemasok langsung, sekarang harus melalui perantara yang menetapkan harga yang jauh lebih tinggi. Dalam suatu perekonomian yang kompleks seperti sekarang ini, orang harus mau menghadapi tantangan dan resiko untuk mengkombinasikan tenaga kerja, material, modal dan manajemen secara baik sebelum memasarkan suatu produk. Motivasi utama dari kegiatan bisnis adalah laba, laba didefinisikan sebagai pengurangan antara penghasilan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, dalam bisnis para pengusaha harus dapat melayani para pelanggan dengan cara yang menguntungkan untuk kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, selain itu, juga harus selalu mengetahui kesempatan-kesempatan baru untuk memuaskan keinginan pembeli/pelanggan (Umar, 2003). Dengan tetap bercermin pada sikap optimis atas membaiknya perekonomian nasional dalam jangka menengah, hal ini akan memicu pertumbuhan sektor non-migas, tidak terkecuali untuk sektor industri mebel kayu. PT. X telah mengalami perjuangan yang berat selama beberapa tahun terakhir saat perekonomian Indonesia memburuk. Salah satu sisi positif dari menurunnya nilai tukar rupiah, khususnya terhadap nilai dolar adalah perusahaan yang berorientasi ekspor semakin memiliki keunggulan kompetitif dimana produk yang ditawarkan lebih murah dengan mutu standar internasional. Perusahaan ini menjadi semakin kompetitif karena industri mebel kayu (wooden furniture) hampir 95% komponennya diperoleh dari dalam negeri (Citra, 2005).

4 Dengan memperhatikan potensi pasar dunia akan wooden furniture, PT. X telah memutuskan untuk menangkap peluang pasar yang ada dengan meningkatkan kapasitas produksinya dan berubah orientasi produk dari outdoor furniture menjadi indoor furniture. Untuk memanfaatkan peluang pasar dan perubahan orientasi produk tersebut, maka perusahaan membutuhkan dukungan dana dari lembaga keuangan bank yang dapat membantu pencapaian tujuan dari perusahaan. Peran lembaga keuangan, perbankan dalam hal ini adalah untuk penyaluran pembiayaan dalam bentuk investasi maupun modal kerja. Untuk itu perusahaan mengajukan permohonan kerjasama dengan pihak Bank Syariah XYZ dalam rangka investasi perusahaan untuk pengembangan usaha mebel ini yang didasari dengan pembuatan studi kelayakan atas investasi yang akan dilakukan tersebut. Berdasarkan hal yang telah dijabarkan, maka permasalahan pada kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, aspek keuangan dan aspek pemasaran yang dilakukan oleh PT. X dalam penyusunan kelayakan pembiayaan? 2. Bagaimana analisis risiko yang dilakukan oleh PT. X dalam penyusunan kelayakan pembiayaan? 3. Bagaimana kelayakan pembiayaan yang disusun oleh PT. X dapat diterima oleh Bank Syariah XYZ?

5 B. TUJUAN Tujuan kajian ini secara umum adalah menganalisis kelayakan pengembangan usaha mebel kayu (wooden furniture) PT. X dalam upaya memperoleh fasilitas pembiayaan pada Bank Syariah XYZ. Secara khusus, kajian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui aspek-aspek manajemen, teknis dan produksi, keuangan dan pemasaran perusahaan dalam pelaksanaan penyusunan kelayakan pembiayaan. 2. Mengidentifikasi analisis risiko usaha perusahaan dalam penyusunan kelayakan pemberian pembiayaan pada PT. X. 3. Menganalisis kelayakan pemberian pembiayaan pada PT. X dari sudut manajemen, pemasaran, produksi, keuangan dan resiko yang dikaitkan dengan kebijakan perbankan syariah. C. MANFAAT Kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi : 1. Kepada pihak perbankan syariah sebagai masukan apakah permohonan pembiayaan dari PT. X layak untuk dibiayai atau tidak. 2. Sebagai perluasan kajian ilmu manajemen yang menyangkut bidang analisa kelayakan pemberian pembiayaan. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan atau sejenisnya.