BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk satu kesatuan dengan menggunakan berbagai macam teknik penyambungan. Sambungan pada suatu konstruksi berfungsi untuk memindahkan gaya-gaya yang bekerja pada titik penyambungan ke elemen-elemen struktur yang disambung. Adapun gaya-gaya yang bekerja pada sambungan antara lain gaya normal, gaya geser, momen, dan torsi (Charles G. Salmon & John E. Johnson, 1997). Pada konstruksi baja, penyambungan terjadi karena profil yang digunakan memiliki panjang batang yang kurang dari perencanaan, serta terjadinya pertemuan antara suatu batang dengan batang yang lain pada satu titik buhul, yang kemudian penyambungannya dibantu dengan menggunakan pelat buhul. Sambungan-sambungan tersebut direncanakan harus dapat menahan gayagaya yang akan bekerja padanya akibat adanya beban luar maupun berat sendirinya. Syarat-syarat perencanaan lainnya yang berlaku pada sambungan diantaranya : kekakuan, kekuatan, keindahan, ekonomis, dan praktis. Dalam perencanaan sambungan, pemilihan alat sambung yang akan digunakan mempengaruhi kekuatan sambungan nantinya. Setiap sambungan memiliki kondisi kekakuan yang berbeda-beda sesuai jenis dan fungsinya. Kekakuan tersebut mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi gaya-gaya dalam dan deformasi yang terjadi pada sambungan tersebut.
Pada konstruksi beton, perihal sambungan tidak terlalu dipermasalahkan, karena hubungan antara titik temu struktur secara keseluruhan bersifat monolit (menyatu secara kaku). Berbeda dengan konstruksi baja maupun kayu, sambungannya memerlukan perhatian khusus karena elemen-elemen struktur yang mengalami penyambungan tidak bersifat monolit seperti halnya pada konstruksi beton, terutama pertemuan antara balok dan kolomnya. Rangka portal baja secara tradisional direncanakan dengan asumsi bahwa sambungan antara balok dan kolomnya bersifat sendi atau kaku sepenuhnya (fully rigid). Jika kondisinya sendi, berarti tidak ada momen yang tersalurkan antara balok dan kolom; ini berarti sambungan tersebut tidak memiliki kekakuan rotasi dan tidak dapat menyalurkan momen, namun dapat menyalurkan gaya aksial dan gaya geser ke komponen yang disambungnya (Gambar 1.1a). Selain itu, sambungan kaku sepenuhnya memiliki kekakuan rotasi dan dapat menyalurkan seluruh gaya yang terjadi antara balok dan kolom (Gambar 1.1b). Namun, sifat dan perilaku sambungan tidak dapat sepenuhnya dipahami. Kenyataannya, sambungan juga memiliki tingkatan derajat kekakuan antara sendi dan kaku, yang disebut semi-kaku (Gambar 1.1c). 1 Gambar 1.1. Jenis sambungan menurut perilaku sudut rotasi antara balok dan kolom : (a) sendi; (b) kaku; (c) semi-kaku 1 1 Concepcion Diaz, et al., 2010, Review on The Modeling of Joint Behavior in Steel Frames, diunduh dari http://research.iaun.ac.ir/pd/izadinia/pdfs/homework_8988.pdf (3 Januari 2014).
Oleh karena itu, dilakukanlah suatu analisa mengenai sambungan antara balok dan kolom pada suatu portal baja dengan menggunakan dua jenis alat sambung baut (yaitu baut mutu biasa/baut hitam dan baut mutu tinggi), guna melihat perbedaan perilaku dan kebutuhan sambungan antara keduanya, apakah berupa sambungan jenis Rigid Connection (Sambungan Kaku) atau Semi-rigid Connection (Sambungan Semi-kaku). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti antara lain : 1. Bagaimana merencanakan kebutuhan sambungan antara balok dan kolom pada suatu portal baja dari dua jenis alat sambung baut tersebut, kemudian dilihat perbandingan antara keduanya. 2. Bagaimana menganalisa perilaku sambungan tersebut, apakah berupa sambungan jenis Rigid Connection atau Semi-rigid Connection. 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk : 1. Merencanakan kebutuhan sambungan antara balok dan kolom pada suatu portal baja dari kedua jenis alat sambung baut tersebut, kemudian dilihat perbandingan antara keduanya. 2. Menganalisa perilaku sambungan tersebut, apakah berupa sambungan jenis Rigid Connection atau Semi-rigid Connection.
1.4 Manfaat Manfaat dari pembahasan ini adalah dapat menganalisa dan merencanakan kebutuhan sambungan antara balok dan kolom dengan menggunakan baut yang berbeda jenis, melihat perbedaan antara keduanya, serta melihat apakah sambungan tersebut berupa sambungan rigid atau semi-rigid, sehingga bisa menjadi referensi tambahan dalam perencanaan konstruksi nantinya. 1.5 Pembatasan Masalah Dengan mempertimbangkan efisiensi waktu dalam penulisan tugas akhir ini, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Sambungan konstruksi yang direncanakan merupakan sambungan antara Balok dan Kolom. 2. Material yang digunakan merupakan jenis baja spesifikasi Bj 37 (fy = 2400 kg/cm 2 ). 3. Profil yang digunakan untuk komponen balok dan kolom adalah profil baja IWF. 4. Alat sambung yang digunakan adalah baut, dengan ketentuan berupa baut mutu biasa (baut hitam A 307 ) dan baut mutu tinggi spesifikasi A 325. 5. Peraturan yang digunakan sebagai pedoman adalah peraturan SNI 03-1729-2002 untuk Struktur Baja dan perhitungan dengan metode LRFD (Load and Resistance Factor Design).
1.6 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah berupa study literatur, dengan mengumpulkan bermacam-macam teori dan pembahasan melalui buku-buku, peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI), dan panduan dari American Institute of Steel Construction (AISC), serta jurnal-jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Kemudian, dilakukan pemilihan mutu bahan, jenis dan dimensi profil untuk komponen struktur balok dan kolom yang akan digunakan, serta jenis dan mutu alat sambung bautnya. Untuk selanjutnya, dilakukan analisa dan perhitungan terhadap kebutuhan sambungan dengan menggunakan jenis baut yang berbeda, berdasarkan acuan SNI 03-1729-2002 dan AISC, menggunakan metode analisa perhitungan LRFD (Load and Resistance Factor Design). Dari hasil analisa dan perhitungan yang diperoleh nantinya, akan dilihat perbandingan antara kedua jenis sambungan tersebut, apakah berupa sambungan rigid atau semi-rigid. Secara garis besar, tahapan metodologi penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
MULAI PENGUMPULAN DATA (Study Literatur) PEMILIHAN KRITERIA DESAIN PRELIMINARY DESIGN ANALISA DAN PERENCANAAN SAMBUNGAN MENGGUNAKAN BAUT (Berdasarkan Acuan SNI 03-1729-2002 dan AISC, menggunakan metode perhitungan LRFD) BAUT MUTU BIASA (A 307 ) BAUT MUTU TINGGI (A 325 ) SAMBUNGAN KAKU (RIGID CONNECTION) SAMBUNGAN SEMI-KAKU (SEMI-RIGID CONNECTION) SELESAI Gambar 1.2. Bagan metodologi penelitian
1.7 Sistematika Penulisan Untuk penyajian bahasan yang diteliti, tugas akhir ini dibagi atas 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Memuat gambaran umum mengenai penelitian yang dilakukan sebagai tugas akhir, berupa penjelasan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, metodologi penelitian, dan sistematika penulisannya. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Berisi tentang penjelasan umum mengenai sifat dan perilaku baja, jenis dan perilaku sambungan menurut kekakuan, berupa sambungan momen, sambungan rigid, dan semi-rigid, mengenai alat sambung yang digunakan dalam penyambungan konstruksi, serta bahasan mengenai sambungan antara balok dengan kolom. BAB III METODOLOGI PERENCANAAN SAMBUNGAN Membahas tentang tahapan/langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisa dan merencanakan sambungan, terdiri dari pemilihan kriteria dan pemodelan sambungan, serta perencanaan dan analisis sambungan yang menggunakan alat sambung baut. BAB IV ANALISIS SAMBUNGAN ANTARA BALOK DAN KOLOM Merupakan pembahasan mengenai perencanaan sambungan yang ditinjau, terdiri dari asumsi jenis, mutu, dan dimensi profil yang akan digunakan, serta analisis dan perhitungan kebutuhan sambungan dengan menggunakan alat sambung baut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Memuat tentang kesimpulan yang diperoleh dari proses analisis dan saran-saran mengenai tindakan yang ditempuh agar hasil yang diperoleh berikutnya lebih maksimal.