II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

dokumen-dokumen yang mirip
II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI)

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai arti penting dalam pengembangan teknologi. Konsep-konsep fisika

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan teknologi informasi. Pendidikan merupakan sarana penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

ARTIKEL SKRIPSI. Disusun Oleh ISTIYOWATI NPM P

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

Transkripsi:

7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar yang berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Menurut Nurhadi (2003: 56) pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based learning) adalah: Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dikatakan bahwa dalam pembelajaran 8 berbasis masalah ini pada dasarnya siswa diharapkan terlibat aktif dalam proses belajar yang mengharuskan siswa untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Menurut Pannen (2001: 86) pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) mempunyai 5 asumsi utama, yaitu: (1) Permasalahan sebagai pemandu. Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa dan kerangka berpikir bagi siswa dalam mengerjakan tugas.(2) Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi. Permasalahan disajikan kepada siswa setelah penjelasan diberikan. (3) Permasalahan sebagai contoh. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok. (4) Permasalahan sebagai sarana untuk melatih siswa dalam bernalar dan berpikir kritis. (5) Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim (2003: 55) pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based teaching (Pembelajaran berbasis proyek). Experience- Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran Autentik) dan Anchored Instruction (pebelajar berakar pada kehidupan nyata). Brook dan Martin dalam Yassa (2002: 23) mengemukakan beberapa ciri penting dari pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: (1) Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan siswa dalam pola pemecahan masalah, sehingga siswa diharapkan mampu mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi masalah. (2) Adanya keberlanjutan permasalahan dalam hal ini ada dua tuntutan yang harus dipenuhi yaitu: pertama, masalah harus memunculkan konsep dan prinsip yang relevan dalam kandungan materi yang dibahas.

9 Kedua, permasalahan harus bersifat real sehingga dapat melibatkan siswa tentang kesamaan dengan suatu permasalahan. (3) Adanya presentasi permasalahan, siswa dilibatkan dalam mempresentasikan permasalahan sehingga siswa merasa memiliki permasalahan tersebut. (4) Pengajar berperan sebagai tutor dan fasilitator. Dalam posisi ini maka peran dari fasilitator adalah mengembangkan kreatifitas berfikir para siswa dalam bentuk keahlian dalam pemecahan masalah dan membantu siswa untuk menjadi mandiri. Implementasi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) dirancang dengan struktur pembelajaran menurut Savoi dan Andrew dalam Yassa (2002: 24) memiliki tahap-tahap sebagai berikut: Sintaks pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) adalah sebagai berikut: (1) Orientasi siswa kepada masalah (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) memberikan peluang bagi siswa untuk membangun kecakapan hidup (life skill), mengatur diri sendiri (self directed), berpikir metakognitif (reflektuf dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai kecakapan terkait. Nur (2005) dalam PBL, siswa akan meningkat kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkatkan pemahamannya, meningkatkan pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktek, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan belajar, dan memotivasi siswa.

Pierce dan Jones dalam Ratnaningsih (2003: 126) mengemukakan bahwa 10 kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: (1) Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong siswa untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukan dugaan dan rencana penyelesaian. (2) Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi. (3) Performansi (performance) yaitu menyajikan temuan. (4) Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi mandiri, artinya ketika siswa belajar, siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa memahami konsep suatu materi dimulai dari belajar dan bekerja pada situasi masalah yang disajikan pada awal pembelajaran, sehingga siswa diberi kebebasan berpikir dalam mencari solusi dari situasi masalah yang diberikan.

2. Minat belajar 11 Minat terhadap suatu pelajaran sangat penting, sebab dari minat itulah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan pencapaian hasil belajar. Slameto (2003: 180) menyatakan bahwa: Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Berdasarkan pendapat Slameto, minat dapat ditandai dengan adanya rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu, dan minat akan timbul karena tidak dipaksakan orang lain tetapi tumbuh dengan sendirinya, Hal ini diduga karena siswa merasakan makna baginya. Menurut Sardiman (2001: 74) Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Keinginan yang dimaksud adalah rasa ingin tahu seseorang terhadap sesuatu yang senang dipelajari. Menurut Kerta (1996: 57) ada beberapa indikator untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran, yaitu perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu dan usaha yang dilakukan siswa. Untuk mengetahui tinggi rendahnya minat siswa, metode yang digunakan adalah persentase, yaitu suatu perbandingan, menurut Arikunto yang dikutip oleh Kerta (1996: 21) menyatakan bahwa:

12 Cara membandingkan nilai yang didapat siswa dengan kriteria sebagai berikut: (1) Jika nilai siswa antara 76 sampai dengan 100 adalah tinggi. (2) Jika nilai siswa antara 56 sampai 75 adalah sedang. (3) Jika nilai siswa kurang dari 56 adalah rendah. 3. Media pembelajaran Media adalah alat bantu yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran adalah agar apa yang disampaikan benar-benar dapat diterima oleh siswa. Selain itu, media adalah salah satu jenis sarana belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa-siswa akan menjadi semakin kreatif sehingga akan menimbulkan ide-ide baru yang dapat membuat siswa dapat berpikir kritis sesuai yang disampaikan. Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang sacara harfiah berarti tengah, perantara, pengantar. Hamalik yang dikutip Arsyad (2004: 25) mengemukakan bahwa: Pemakaian media pengajaran dalam proses mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Di samping membangkitkan minat siswa, media pembelajaran dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman, yaitu dengan menyajikan data secara menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.

13 Sudjana (2001: 2) menggemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain: (1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajarnya. (2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa. (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru. (4) Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Berdasarkan pendapat Sudjana, dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: (1) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar lebih maksimal. (2) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, maka akan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimilikinya. (3) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: (1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

14 (2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan minat belajar, interaksi langsung siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya. (3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. (4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya. 4. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif tetap. Pemberian tugas-tugas dan tes secara tertulis yang berfungsi untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Menurut Winkel (1983: 48) menyatakan bahwa: Setiap macam kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas, yaitu hasil belajar. Hasil belajar nampak dalam suatu prestasi yang diberikan oleh siswa. Dan menurut Keller yang dikutip Abdurrahman (1997: 38) memandang bahwa: Hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemprosesan berbagai masukan yang berupa informasi, dimana masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). Perubahan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima 15 pengalaman belajar. Hasil belajar ini menurut Bloom diklasifikasikan menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Sudjana, 2001: 22). Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran (Sudjana, 2001: 23). B. Kerangka Pemikiran Sesuai dengan kompetensi dasar materi impuls dan momentum, yaitu dapat menerapkan konsep impuls dan momentum dalam kehidupan sehari-hari maka peneliti menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah yang dapat melatih siswa untuk berpikir dalam memahami suatu fenomena yaitu dengan cara menggali pengetahuannya serta dapat mengkomunikasikannya dengan orang lain. Salah satu ciri pendekatan pembelajaran berbasis masalah yaitu menginginkan siswa untuk memecahkan masalah tertentu dan menghasilkan sebuah produk sederhana, sebagai cara dalam memecahkan masalah tersebut. Peneliti bertindak sebagai fasilitator yaitu membimbing siswa mulai dari pembagian kelompok, pembuatan alat, presentasi, dan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap awal siswa diberi permasalahan, selanjutnya siswa merumuskan hipotesis terhadap permasalahan yang telah diberikan. Dalam memecahkan masalah dan membuat produk sederhana, siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok dan setiap kelompok membuat produk sederhana sesuai dengan 16 hipotesis yang mereka rumuskan. Pada tahap kegiatan pembuatan alat, siswa dibimbing untuk merancang produk sederhana yang didasarkan pada materi pelajaran dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Maka diduga membantu siswa dalam memahami materi pelajaran fisika, karena siswa langsung mangaplikasikan materi pelajaran dengan alat peraga yang telah mereka buat. Setelah itu siswa di minta untuk mempresentasikan hasil pembuatan alat untuk masing-masing kelompok. Pada proses pembelajaran ini, siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan bertangung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Dengan pembelajaran seperti ini diduga dapat membuat siswa lebih mengingat pengetahuan yang diperoleh, sehingga siswa lebih memahami materi secara lebih mendalam, maka hal tersebut akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh akan lebih baik dari sebelumnya. Dengan kegiatan presentasi ini, diduga siswa lebih aktif untuk bertanya dan berdiskusi terhadap hal-hal yang belum mereka pahami, sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar fisika siswa.

Alur kerangka pemikiran penulis dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai 17 berikut: Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based-Learning) Orientsi siswa pada masalah Guru memberikan masalah mengenai Materi Impuls dan momentum Siswa dan kelompoknya membuat rumusan masalah Mengorganisasi siswa untuk belajar Siswa merumuskan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Siswa merancang alat untuk menguji hipotesis Minat belajar siswa meningkat Siswa membuat alat sesuai dengan rancangannya Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Siswa lebih antusias dan tertarik pada pembelajaran fisika. Siswa mempresentasikan hasil pembuatan alat Hasil belajar siswa meningkat Siswa lebih aktif bertanya dan berdiskusi pada konsep alat tersebut Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

C. Hipotesis Tindakan 18 Berdasarkan tinjauan teoretis di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah menerapkan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) pada materi pokok Impuls dan momentum diduga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1 Tumijajar tahun pelajaran 2010/2011.