BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split)

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

KINERJA AIR CONDITONING HIBRIDA PADA LAJU ALIRAN AIR BERBEDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE HELICAL COIL (1/4", 6,7 m) SEBAGAI WATER HEATER

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

Potensi Air Kondensat Sebagai Media Pendingin Untuk Aplikasi Modul Evaporative Cooling Terhadap Performansi AC Split 1 PK

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Bab IV Analisa dan Pembahasan

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi tenaga listrik adalah pemasangan komponen-komponen peralatan

Pengaruh Laju Aliran Air terhadap Performansi Mesin Pengkondisian Udara Hibrida dengan Kondensor Dummy Tipe Multi Helical Coil sebagai Water Heater

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

LAMPIRAN I SIFAT UDARA PADA TEKANAN ATMOSFER

BAB IV HASIL DAN ANALISA

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

ANALISIS PERFORMANSI AC PORTABLE UNTUK CONTAINER 20 KAKI DI PT ESKIMO WIERAPERDANA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN DAN KALOR UNIT PENGKONDISIAN UDARA DAIHATSU XENIA

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN 1-PK DENGAN PENAMBAHAN SUBCOOL MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

IDENTIFIKASI DAN ANALISA PERFORMANSI SISTEM TATA UDARA PT. INDORAMA SYNTHETICS,TBK JATILUHUR TUGAS AKHIR

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC)

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP EFEKTIFITAS PENDNGINAN EVAPORASI DENGAN KONTAK LANGSUNG TANPA MENGGUNAKAN BANTALAN PENDINGIN

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Rancang Bangun Sistem Penyejuk Udara Menggunakan Termoelektrik dan Humidifier

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran,

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

Jurnal Pembuatan Dan Pengujian Alat Uji Prestasi Sistem Pengkondisian Udara (Air Conditioning)Jenis Split

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN LPG SEBAGAI FLUIDA PENDINGIN PENGGANTI REFRIGERANT R22 PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Menghitung besarnya kerja nyata kompresor. Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor. Menghitung efisiensi kompresi kompresor

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

Transkripsi:

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Rancangan Evaporative Cooling pada Kondensor Penambahan evaporative cooling (EC) pada kondensor akan menurunkan temperatur masukan ke kondensor, sehingga tekanan kondensor akan turun sehingga daya kompresor yang digunakan untuk menjalankan sistem refrigerasi juga akan turun sehingga akan terjadi penghematan penggunaan energi listrik pada sistem pendingin. Rancangan EC pada kondensor dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Sketsa rancangan modul EC pada outdoor unit (diadaptasi dari Chaktranond, C., and Doungsong, P,, 2009). Jenis evaporative media pad yang digunakan pada penelitian ini berbahan kertas khusus yang dapat menyerap air namun tidak merubah fisik kertas yang digunakan. Bahan kertas ini memang dirancang khusus sebagai evaporative media pad yang paling banyak digunakan dan dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama. Evaporative media pad jenis corrugated paper dapat dilihat pada gambar 5, karena berbahan dasar kertas khusus, maka media pad ini tahan terhadap karat dan tidak mudah rusak karena pemakaian untuk jangka panjang. 24

Gambar 5. Evaporative media pad yang digunakan dalam penelitian ini (http://www.astino.com.my/agrohouse/ventilation.php) Hasil pengujian awal EC pada kondensor AC dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 6. Pengujian dilakukan pada sistem refrigerasi dimana kondisi ruangan uji (ruangan pendingin) adalah temperatur ruangan 24 o C, dengan beban pendingin 2000 Watt pada aliran air di sistem Evaporative Cooling 0,88 L/s. Gambar 6. Hasil pengujian awal penggunakan EC pada kondensor AC (gambar diadaptasi dari Lina Ismail Jasim, 2011). Rancangan awal penelitian Tahun 1 dari sistem EC yang ditempatkan pada kondensor AC, dapat dilihat pada Gambar 7a dan Gambar 7b. 25

Evaporative Media Pad Water Tank with pump (a) Tampak samping (b) Tampak depan Gambar 7. Penggunaan Evaporative Cooling Pada AC Split 1 PK dengan modul Heat Recovery System (HRS) Modul EC yang digunakan dalam pengujian masih merupakan pengembangan awal dalam penelitian penggunaan EC pada kondensor AC. Diharapkan dalam penelitian Tahun ke 2 dapat dirancang dan dibuat modul EC yang dapat digunakan pada kondensor AC tanpa mengganggu sistem yang sudah ada, sehingga penghematan konsumsi listrik kompresor AC dapat dicapai. Pada Gambar 8 dan Gambar 9 dapat dilihat gambar pengembangan EC yang sudah ada dan dapat dikembangkan sesuai dengan jenis AC yang digunakan. Gambar 8. Modul Evaporative Cooling dari pipa PVC (https://www.gothicarchgreenhouses.com/greenhouse_cooling_wet_wall.htm) 26

Gambar 9. Modul Evaporative Cooling jenis portable (https://tohrustudio.wordpress.com/2009/12/21/active-cooling-air-conditioning-withevaporative-condenser/) Heat recovery system (HRS) yang digunakan pada sistem AC pada penelitian ini dipilih jenis multi trombone coil, seperti ditunjukkan pada Gambar 10. HRS jenis ini dibuat dari pipa tembaga 3/8 inci dengan panjang 5 m. Gambar 10. HRS jenis multi trombone coil Sketsa alat uji yang digunakan dalam penelitian ini, dimana modul evaporative cooling ditempatkan di bagian belakang kondensor AC dan heat recovery system ditempatkan antara sisi keluar kompresor dan sisi masuk kondensor, yang melepaskan kalor dari refrigeran bertemperatur tinggi. Pada Gambar 11 ditunjukkan sketsa alat uji yang digunakan dalam penelitian ini. 27

Gambar 11. Sketsa peralatan yang dibuat dan diuji dalam penelitian ini 5.2. Grafik Hubungan Temperatur, Kelembaban dan Efisiensi Terhadap Waktu. Pada pengujian ini temperatur dan kelembaban relative udara lingkungan (T in dan RH in) tidak dikondisikan sehingga nilainya tergantung dari kondisi lingkungan pada saat pengujian. Pengujian dilakukan pada hari Sabtu, 30 Mei 2015, debit 0.88 L/Menit pada pukul 09.00-11.00 Wib, debit 1.04 L/Menit pada pukul 13.00-15.00 Wib, debit 1.2 L/Menit pada pukul 16.00 18.00 Wib. Pada gambar 12 adalah hasil pengujian penggunaan sistem evaporative cooling pada AC split 1 PK bahwa temperatur udara lingkungan tertinggi terjadi pada menit 30 sebesar 38.4 0 C debit 1.04 L/Menit, kemudian terus menurun hingga menit 90 sebesar 33.4 0 C dan temperatur udara lingkungan terendah terjadi pada menit 40 sebesar 26.1 0 C debit 0.88 L/Menit. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari temperatur udara keluaran bergantung pada temperatur udara lingkungan, dengan meningkatnya temperatur udara lingkungan meningkat pula temperatur udara keluaran. 28

Gambar 12. Grafik T in vs T out. Gambar 13. Grafik RH in vs RH out. Pada gambar 13. pada grafik kelembaban relative terhadap waktu terlihat bahwa kelembaban relative udara keluaran evaporative cooling adalah fluktuatif. Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban relative udara lingkungan debit 0.88 L/Menit berkisar antara 32-57 %, debit 1.04 L/Menit berkisar antara 64 66 % dan debit 1.2 L/Menit berkisar antara 57 66 %. 29

Gambar 14. Grafik Efektivitas Evaporative Cooling. Pada gambar 14 menunjukkan bahwa efektivitas evaporative cooling tertinggi yaitu pada saat menit 25 debit 1.2 L/Menit dan terendah pada saat menit 75 debit 0.88 L/Menit. Dari grafik terlihat bahwa terdapat kecenderungan efektivitas meningkat dengan meningkatnya debit aliran air, walaupun terdapat pengecualian pada beberapa kasus. Hal ini disebabkan karena udara lingkungan yang tidak dikondisikan pada eksperimen. Perubahan temperatur udara keluaran sangat dipengaruhi oleh udara lingkungan. 5.3. Hasil Pengujian AC Split 1 PK Pada penelitian ini pengujian mesin pengkondisian udara dilakukan pada keadaan standar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara temperatur, beban pendingin serta pengaruh terhadap kerja kompresor. Pengujian mesin pengkondisian udara biasa atau keadaan standar tanpa adanya penggunaan sistem evaporative cooling pada AC Split 1 PK. Pengujian dilakukan selama 120 menit. Dan setiap 5 menit sekali dilakukan pencatatan pengambilan data berupa temperatur, tekanan, arus dan tegangan. Pada pengujian ini juga tidak menggunakan variasi debit, karena hanya menggunakan keadaan AC Split 1 PK standar. Dan kondisi temperatur udara lingkungan tidak dikondisikan sehingga nilainya tergantung dari kondisi lingkungan pada saat dilakukannya pengujian. 5.3.1 Grafik Kerja Kompresor Terhadap Waktu Berikut ini adalah grafik kerja kompresor terhadap waktu. Pengujian pada AC Split 1 PK pada gambar 15 menunjukkan bahwa terdapat kerja kompresor terhadap waktu yang 30

tanpa diberi beban pendingin dengan yang diberi beban pendingin dengan menggunakan lampu pijar sebesar 2000 watt diruang uji. Gambar 15. Grafik Kerja Kompresor Terhadap Waktu.. Pada grafik menunjukkan bahwa kerja kompresor terhadap waktu tanpa diberi beban pendingin sebesar 0.541 kilowatt hingga 0.553 kilowatt. Dan kerja kompresor terhadap waktu dengan menggunakan lampu pijar sebesar 2000 watt adalah 0.559 kilowatt hingga 0.593 kilowatt. Hal ini disebabkan kalor yang diserap oleh evaporator lebih banyak sehingga kerja kompresor semakin meningkat. 5.3.2 Grafik COP Terhadap Waktu Gambar 16. Grafik Kerja COP Terhadap Waktu. Pada gambar 16 nilai COP yang didapat tanpa beban pendingin mencapai 6.16 sampai 6.85 dan memiliki nilai COP rata-rata 6.40 sedangkan yang menggunakan beban 31

pendingin 2000 nilai COP yang didapat adalah 6.51 sampai 6.92 dan memiliki nilai COP rata-rata 6.59. Hal itu disebabkan karena semakin meningkatnya beban pendinginan, maka nilai COP akan semakin meningkat. 5.3.3 Grafik Temperatur Kondensor dan Ruang Uji Terhadap Waktu Gambar 17. Grafik Temperatur Kondensor dan Ruang Uji Terhadap Waktu. Pada Gambar 17 menunjukan perbandingan antara temperatur kondensor dengan temperatur ruang uji, yang mana semakin tinggi temperatur ruang uji maka temperatur kondensor juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan bahwa kerja kompresor meningkat akibat beban yang ada diruang uji. 5.3.4 Grafik Temperatur Kondensor dan Temperatur Evaporator Terhadap Waktu 32

Gambar 18. Grafik Temperatur Kondensor dan Temperatur Evaporator Pada gambar 18 menunjukkan bahwa temperatur kondensor yang diberi beban pendingin 2000 watt lebih tinggi dibandingkan tanpa beban pendingin, sedangkan temperatur evaporator tanpa beban lebih tinggi dibandingkan yang diberi beban pendingin. Hal itu disebabkan karena adanya kerja kondensor yang besar dibandingkan kerja pada evaporator pada mesin pengkondisian udara. 5.4. Hasil Pengujian Evaporative Cooling Pada AC Split 1 PK Pada penelitian ini pengujian dilakukan menggunakan sistem evaporative cooling pada mesin pengkondisian udara. Pengujian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara temperatur, beban pendingin serta pengaruh terhadap kerja kompresor dengan menggunakan variasi debit 0.88 L/Menit, 1.04 L/Menit dan 1.2 L/Menit. Pada pengujian ini menggunakan penambahan beban pendingin 2000 watt diruang uji. Pengujian dilakukan selama 120 menit. 5.4.1 Grafik Kerja Kompresor Terhadap Waktu 33

Gambar 19. Grafik Kerja Kompresor Terhadap Waktu Pengujian pada AC Split 1 PK pada gambar 19 menunjukkan bahwa terdapat kerja kompresor terhadap waktu dengan beban pendingin dengan menggunakan lampu pijar sebesar 2000 watt diruang uji. Pada grafik menunjukkan bahwa kerja kompresor terhadap mesin pengkondisian udara mencapai 0.5484 kilowatt, dengan debit 0.88 L/Menit lebih tinggi dibandingkan debit 1.04 L/Menit dan 1.2 L/Menit. Hal ini disebabkan kalor yang diserap oleh evaporator lebih banyak sehingga kerja kompresor semakin meningkat pada debit 0.88 L/Menit, begitu juga dengan debit 1.2 L/Menit kalor yang diserap oleh evaporator lebih sedikit mencapai 0.3286 kilowatt, sehingga kerja kompresor semakin menurun. 5.4.2 Grafik COP Terhadap Waktu 34

Gambar 20. Grafik Kerja COP Terhadap Waktu Pada gambar 20 nilai COP yang didapat tertinggi dengan debit 0.88 mencapai 6.66 sedangkan nilai COP terendah yang menggunakan variasi debit 1.2 sampai mencapai 6.50. Hal itu disebabkan karena semakin meningkatnya debit pendinginan, maka nilai COP akan semakin meningkat. 5.4.3 Grafik Temperatur Kondensor dan Ruang Uji Terhadap Waktu Gambar 21. Grafik Temperatur Kondensor dan Ruang Uji. Pada Gambar 21 menunjukan perbandingan antara temperatur kondensor dengan temperatur ruang uji, yang mana debit 0.88 L/Menit mencapai temperatur ruangan 19.4 0 C, temperatur kondensor 37.5 0 C, debit 1.04 L/Menit mencapai temperatur ruangan 16.2, temperatur kondensor 38.5 dan debit 1.2 L/Menit mencapai temperatur ruangan 17.5, temperatur kondensor 37.6. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari temperatur udara 35

kondensor bergantung pada temperatur udara ruangan. Dalam hal ini dapat disimpulkan adanya peningkatan temperatur kondensor ketika setiap penambahan variasi debit sehingga pendinginan di ruang uji kerja kompresor meningkat. 5.4.4 Grafik Temperatur Kondensor dan Temperatur Evaporator Terhadap Waktu Gambar 22. Grafik Temperatur Kondensor dan Temperatur Evaporator. Pada gambar 22 menunjukkan bahwa temperatur kondensor yang diberi beban pendingin 2000 watt lebih tinggi dibandingkan tanpa beban pendingin, sedangkan temperatur evaporator tanpa beban lebih tinggi dibandingkan yang diberi beban pendingin. Hal itu disebabkan karena adanya kerja kondensor yang besar dibandingkan kerja pada evaporator pada mesin pengkondisian udara. 36