BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. ekonomi yang dilakukan seseorang atau kelompok yang independen dan bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB 1 PENDAHULUAN. publik sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981).

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam system akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri

BAB I PENDAHULUAN. membedakan dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajer

BAB I PENDAHULUAN. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas yang dihasilkan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB II. Kajian Pustaka, Rerangka Pemikiran Dan Hipotesis. perusahaan. Di dalam teori keagenan, yang dimaksud dengan principal adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Lauw, et. al (2012) dengan judul Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu bagian penting dalam kegiatan akuntansi didalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan. pihak luar untuk memberikan pe nilaian atas laporan keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, profesi akuntan publik menjadi sorotan dan perhatian di masyarakat. Profesi ini memang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pada pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi laporan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan teori kontijensi mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku prinsipal. Prinsipal ingin

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Reformasi pemerintahan yang terjadi di Indonesia sepuluh tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. pihak internal maupun eksternal. Sudah menjadi kewajiban perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah yang mengelola negara dalam kaitannya dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB II LANDASAN TEORI. variabel dependen dan variabel independennya. Dalam penelitian ini landasan teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi informasi laporan keuangan yang diperoleh, ditambah dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi global. Dengan begitu BUMN memiliki tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat ini membuat pelaku bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. akurat dan dapat di percaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan teori 1. Teori agensi (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) adalah teori yang menjelaskan konflik yang terjadi antara pihak manajemen perusahaan selaku agen dengan pemilik perusahaan selaku principal. Principal selaku pemilik perusahaan ingin mengetahui semua informasi mengenai aktivitas perusahaan, termasuk aktivitas manajemen yang terkait dengan investasi atau dana yang mereka investasikan dalam perusahaan tersebut. Melalui laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh agen, principal dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan sekaligus sebagai alat penilaian atas kinerja agen selama periode tertentu. Namun, yang terjadi adalah kecenderungan manajemen melakukan berbagai tindakan agar laporan pertanggungjawabannya terlihat baik dan menghasilkan keuntungan bagi principal, sehingga kinerjanya dianggap baik. Untuk meminimalisasi hal tersebut, diperlukan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang independen, yaitu auditor. Dengan demikian, laporan keuangan yang dibuat oleh agen dapat lebih reliable (dapat lebih dipercaya). Teori keagenan ini membantu auditor memahami konflik kepentingan yang muncul antara principal dan agen. Principal selaku investor bekerja sama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen atau manajemen perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan adanya auditor yang independen 7

8 diharapkan tidak lagi terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Sehingga akan menghasilkan informasi yang relevan yang berguna bagi investor dan kreditor dalam mengambil keputusan rasional untuk investasi. 2. Teori Keutamaan (Virtue Theory) Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000). Teori keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Karakter/sifat utama dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik. Mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara amoral disebut manusia hina. Bertens (2000) memberikan contoh sifat keutamaan, antara lain: kebijaksanaan, keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis, sifat utama yang perlu dimiliki antara lain: kejujuran, kewajaran (fairness), kepercayaan dan keuletan. Menurut teori ini, auditor dituntut untuk dapat bersikap sempurna. Seorang auditor dalam menjalankan tugasnya diharapkan dapat memiliki sifat yang jujur dan penuh dengan kewajaran dengan cara tetap bersikap objektif dalam membuat berbagai keputusan audit. Untuk itu, auditor perlu mempertahankan independensi yang ada pada dirinya. Auditor juga diharapkan dapat menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya, serta bersikap ulet dalam melakukan proses audit hingga dapat menghasilkan kualitas audit yang baik.

9 3. Pengalaman Kerja Marinus dkk.(1997) dalam Herliansyah dkk.(2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari (2005) dalam Asih (2006) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencaripenyebab munculnya kesalahan. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang telah dilakukan seseorang dan memberikan peluang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil seseorang dalam melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pula pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Abriyani, 2004). Pengalaman kerja merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Semakin tinggi pengalaman auditor, maka semakin mampu dan mahir auditor mengusai tugasnya sendiri maupun aktivitas yang diauditnya. Pengalaman juga membentuk auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan kecenderungan emosional terhadap pihak yang diperiksa. Selain pengetahuan dan keahlian, pengalaman auditor memberi kontribusi yang relevan dalam meningkatkan kompetensi auditor.

10 Knoers dan Haditono (1999) dalam Asih (2006 : 12) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Variabel pengalaman kerja akan diukur dengan menggunakan indikator lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan. 4. Independensi Independensi artinya tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Untuk memenuhi pertanggungjawaban profesionalnya, auditor harus bersikap independen karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi menghindarkan diri dari hubungan yang bisa merusak obyektifitas seorang auditor dalam melakukan jasa atestasi.

11 adalah : Independensi menurut Mulyadi dalam bukunya Auditing (2005 : 26) Sikap mental yang bebas dari pengaruh,tidak dikendalikan oleh pihak lain,tidak terpengaruh pihak lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Menurut Arens dan Loebbecke diterjemahkan oleh Amir (2006 : 86) Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan, pengujian,evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan auditor Sedangkan menurut Soekrisno (2004 : 35) Independensi adalah : Tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik dalam auditor intern). Menurut Arens dan James yang dikutip oleh (Amir, 2005:84) independensi ada dua macam, yaitu : a. Independensi dalam kenyataan (independent in fact) Independen ini akan ada apabila dalam kenyataannya auditor mampu mempertahan kan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. 1) Seorang akuntan publik tetap mengungkapkan penyelewengan yang terjadi di perusahaan klien, walaupun auditor tersebut beresiko kehilangan kliennya. 2) Seorang akuntan publik memberikan pendapat sesuai bukti-bukti yang telah ditemukan, bukan berdasarkan besarnya fee yang diterima perusahaan dari kliennya.

12 b. Independensi dalam penampilan (independent in appearance) Independensi ini ditentukan oleh kesan masyatrakat terhadap independensi akuntan publik secara individu maupun secara keseluruhan. 1) Seorang akuntan publik seharusnya tidak mengaudit perusahaan dimana Bapak/Ibunya menjadi dewan komisaris perusahaan tersebut. 2) Seorang akuntan publik bukanlah anggota dewan komisaris, direksi atau pengurus perusahaan klien. 5. Obyektifitas Obyektifitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan auditor. Obyektifitas merupakan salah satu ciri yang membedakan profesi akuntan dengan profesi yang lain. Prinsip obyektifitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Auditor melakukan penilaian yang seimbang atas semua kondisi yang relevan dan tidak terpengaruh oleh kepentingannya sendiri atau kepentingan orang lain dalam membuat keputusannya. Setiap auditor harus menjaga obyektifitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajibannya (Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia, 1998 dalam Mulyadi, 2002). Dalam prinsip tersebut dinyatakan obyektifitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan. Prinsip obyektifitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.

13 Unsur perilaku yang dapat menunjang obyektifitas antara lain (1) dapat diandalkandan dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang diperiksa, (3) Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaankebijaksanaan yang resmi, serta (5) dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis. 6. Integritas Integritas adalah sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab auditor dalam melaksanakan audit. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Sukriah, dkk 2009). Kemudian Wibowo (2006) menyebutkan integritas auditor internal menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi pengandalan atas judgment mereka. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Sunarto (2003) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima

14 kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik Integritas No. 102 adalah dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (Conflict OfInterest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain. Pada dasarnya integritas akuntan adalah suatu sikap akuntan yang mampukah ia bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa yang berhubungan langsung dengan kepercayaan publik. Dalam menghadapi aturan, standar, panduan khusus atau menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seharusnya dilakukandan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk mentaati bentuk standar teknis dan etika. Selain itu juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehatihatian professional (Sari, 2011).

15 7. Kompetensi Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008 dalam Sukriah, dkk 2009). Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005). Menurut Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP 2011) seksi 210 PSA 04 alenia 03 Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten junior, yang baru masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervise memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Sifat dan luasnya supervise dan review terhadap hasil pekerjaan tersebut harus meliputi keanekaragaman praktik yang luas.

16 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas: 1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan. 2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbin s dan Larocque s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi kompetensi audit. Kompetensi menurut De Angelo dalam krisnawati (2009) dapat dilihat dalam berbagai sudut pandang, yaitu : a. Kompetensi auditor individual Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan auditor membutuhkan pengetahuan pengauditan (umun dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industry klien. b. Kompetensi audit tim Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika pekerjaan menggunakan asisten, maka harus disupervisi dengan semestinya. Dalam

17 suatu penugasan, satui tim audit biasanya terdiri dari auditor yunior, auditor senior, manajer dan partner. c. Kompetensi dari sudut pandang KAP Besarnya KAP menurut deis (2006) diukur dari jumlah klien dan prosentase dari audit fee dalam usaha mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP lain. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan menggunakan kompetensi dari sudut auditor individual. Hal tersebut dikarenakan auditor merupakan subyek yang melakukan audit secara langsung dan berhubungan langsung dalam proses audit, sehingga diperlukan kompetensi yang baik untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Sementara itu beberapa orang lain berpendapat bahwa kompetensi adalah efektivitas penggunaan pengetahuan dan ketrampilan. Untuk melakukan hal ini penting bagi kita untuk membedakan aspek kinerja input, proses, output, dan penting bagi kita untuk memahami bagaimana kompetensi diukur pada masing-masing aspek kinerja tersebut (dalam Ramelan, 2007) : a. Sebagai input, kompetensi bisa diukur sebagai kapasitas seseorang untuk menjalankan pekerjaannya. Kapasitas disini merujuk pada pengertian apa yang dibawa orang ke dalam pekerjaannya dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan atribut pribadi. b. Sebagai sebuah proses, kompetensi bisa diukur dalam bentuk perilaku yang dipersyaratkan dalam suatu jabatan agar bisa secara efektif mengubah input menjadi output.

18 c. Sebagai sebuah output, kompetensi diukur melalui hasil perilaku orang dalam menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan atribut pribadi terbaiknya 8. Kualitas Hasil Audit Kualitas Hasil Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para penggguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, kualitas audit merupakan hal penting harus dipertahankan oleh para auditor dalam proses pengauditan. Goldman dan Barlev (1974) dalam Meutia (2004) menyatakan bahwa laporan auditor mengandung kepentingan tiga kelompok, yaitu : (1) manajer perusahaan yang diaudit, (2) pemegang saham perusahaan, (3) pihak ketiga atau pihak luar seperti calon investor, kreditor dan supplier. Masing-masing kepentingan ini merupakan sumber gangguan yang akan memberikan tekanan pada auditor untuk menghasilkan laporan yang mungkin tidak sesuai dengan standar profesi. Lebih lanjut hal ini akan mengganggu kualitas hasil audit. Istilah "kualitas hasil audit" mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas hasil audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada

19 salah saji yang material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan audit. Auditor sendiri memandang kualitas hasil audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis audit dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan audit dan menjaga kerusakan reputasi auditor. Kualitas hasil audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas hasil audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil (De Angelo, 1981, dalam Alim dkk., 2007). Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik. Namun sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana dan apa kualitas hasil audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan mengukur kualitas hasil audit secara obyektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan, kualitas hasil audit adalah sebuah konsep yang sulit dipahami dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan kualitasnya. Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas hasil audit dengan cara yang berbeda-beda.

20 B. Peneliti Terdahulu Masyarakat mengharapkan akuntan publik melakukan penilaian bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaandalam laporan keuangan. Kepercayaan yang besar terhadap pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh auditor sehingga mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian-penelitian terdahulu, yaitu : 1. Christiawan (2002) meneliti tentang kompetensi dan independensi pada akuntan publik: refleksi hasil penelitian dilakukan 239 auditor di Kantor Akuntan Publik yang berada didaerah jawa dan memiliki profesi partner, supervisor, Ast. Auditor. Variabel independen yang digunakan adalah kompetensi dan independensi sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut yaitu kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2. Asih (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh pengalaman terhadap peningkatan kualitas auditor dalam bidang auditing. Respoden penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Jawa Barat dengan 12 KAP. Variabel independen yang digunakan adalah pengalaman auditor dari lamanya bekerja, pengalaman auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan dan pengalaman auditor dari banyak jenis perusahaan yang diaudit sedangkan variabel dependennya adalah keahlian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan bukti empiris bahwa ketiga variabel independen

21 tersebut berpengaruh signifikan terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing. 3. Alim, dkk (2007) meneliti tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Populasi yang digunakan adalah seluruh auditor yang berada diwilayah Jawa Timur dengan teknik pengumpulan sampel adalah simple random sampling. Variabel independen yang digunakan adalah kompetensi, independensi sedangkan variabel dependen adalah kualitas audit. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh pada kualitas audit adalah kompetensi dan independensi. 4. Nataline (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh batasan waktu audit, pengetahuan akuntansi, pemberian bonus, pengalaman kerja terhadap kualitas audit pada KAP di Semarang dengan obyektif penelitian adalah KAP di Semarang dengan populasinya auditor yang bekerja di KAP Semarang yang berjumlah 20 KAP denga total auditor 238 orang. Variabel independen adalah batasan waktu audit, pengetahuan akuntansi, pemberian bonus, pengalaman kerja sedangkan variabel dependen adalah kualitas audit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 5. Budi (2004) melakukan penelitian tentang internal auditing dan dilema etika. Subyek penelitian ini adalah perhimpunan bank swasta nasional (PERBSNAS) di Jawa Timur dengan 105 bank. Variabel independen yang digunakan adalah etika, komitmen profesional dan pengalaman kerja

22 sedangkan variabel dependennya adalah pengambilan keputusan etis. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa hanya pengalaman kerja yang berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan etis. Berikut ini disajikan tabel ringkasan dari penelitian terdahulu yang menjadi dasar dari penelitian empiris ini. Tabel 2.1 IKHTISAR PENELITIAN-PENELITIAN TERDAHULU No. Nama Peneliti 1. Christiawan (2002) Variabel Variabel independen: kompetensi dan independensi Variabel dependen: kualitas audit. 2. Asih (2006) Variabel independen: pengalaman auditor dari lamanya bekerja, pengalaman auditor dari banyaknya tugas pemeriksaan dan pengalaman auditor dari banyaknya jenis perusahaan yang diaudit Variabel dependen: keahlian Alat /Uji Sampel Sampel:39 auditor yang bekerja di KAP dijawa yang memiliki profesi partner, supervisor, Ast.Auditor. Alat uji: Regresi Berganda. Sampel: auditor yang bekerja di 12 KAP di Jawa Barat. Alat Uji: Regresi Berganda. Hasil Penelitian Kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Ketiga variabel independen tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing.

23 3. Alim, dkk (2007) 4. Nataline (2007) Variabel independen: kompetensi, independensi dan auditor Variabel dependen: kualitas audit. Variabel independen: batasan waktu audit, pengetahuan audit, pemberian bonus dan pengalaman kerja Variabel dependen: kualitas audit. Sampel: seluruh auditor yang berada di wilayah Jawa Timur Alat Uji: Regresi Berganda. Sampel: auditor yang bekerja di KAP Semarang yang berjumlah 20 KAP dengan total auditor 238 orang. Alat Uji: Regresi Berganda Kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Batasan waktu audit,pengetahuan audit, pemberian bonus dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 5. Budi (2004) Variabel independen: orientasi, etika, komitmen profesional, dan pengalaman kerja Variabel dependen: pengambilan keputusan etis. Sampel: perhimpunan bank swasta nasional (PERBSNAS) di Jawa Timur dengan sampel 105 bank. Pengalaman kerja berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan etis. Penelitian ini mengacu pada penelitian Alim, dkk (2007). Menjadi pertimbangan penulis selaku peneliti untuk melakukan penelitian survei serupa tetapi hanya berbeda pada survei penelitian. Peneliti dahulu melakukan penelitian pada KAP wilayah Jawa Timur sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

24 C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian kali ini adalah melihat dan menganalisis pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil audit. Dalam menunjang kualitas hasil audit yang baik, terdapat faktor-faktor pemicunya yaitu diantaranya pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi yang dimiliki oleh auditor. Keberhasilan dalam mengaudit laporan keuangan tidak lepas dari faktor-faktor tersebut, sehingga auditor mendapatkan hasil yang baik dalam menjalankan tugasnya. Pengalaman kerja menunjukkan kurun waktu dan banyaknya laporan keuangan yang diperiksa berdasarkan pengetahuan. Independensi menunjukkan auditor tidak membela salah satu pihak. Objektivitas yang merupakan sikap auditor untuk tidak mudah terpengaruh oleh salah satu pihak yang berkepentingan. Integritas menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi pengandalan atas judgment mereka. Kemudian kompetensi menerapkan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan audit. Secara diagramatis, kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :

25 Gambar 2.1 GAMBAR KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pengalaman kerja (X 1 ) Independensi (X 2 ) Obyektifitas (X 3 ) Kualitas Hasil Audit (Y) Integritas (X 4 ) Kompetensi (X 5 ) D. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Hasil Audit Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya dibidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Hal

26 tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas hasil audit yang dihasilkan (Alim dkk, 2007). Hasil penelitian Sukriah, dkk (2009) menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaannya. 2. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Hasil Audit Independensi mengartikan bahwa seseorang tidak dapat dipengaruhi. Seorang auditor dalam melaksanakan tugas audit harus didukung dengan sikap independen, dimana seorang auditor tidak boleh dipengaruhi oleh pihak lain, dan tidak dikendalikan oleh pihak lain. Dalam hubungannya dengan auditor, independensi berpengaruh penting sebagai dasar utama agar auditor dipercaya oleh masyarakat umum. Alim, dkk (2007) menemukan bahwa independensinya berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Berbeda dengan penelitian Sukriah, dkk (2009) yang membuktikan bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 3. Pengaruh Obyektifitas Terhadap Kualitas Hasil Audit Obyektifitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain yang berkepentingan. Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip obyektifitas auditor maka semakin baik

27 kualitas hasil pemeriksaannya. Unsur yang dapat menunjang obyektifitas antara lain (1) dapat diandalkan dan dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia tender, (3) tidak berangkat tugas dengan mencari-cari kesalahan orang lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan yang resmi, dan (5) didalam bertindak atau mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis (Sukriah dkk, 2009). Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi obyektifitas maka akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Penelitian lain menyebutkan bahwa hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi obyektifitas obyektifitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan (Sukriah dkk, 2009) 4. Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Hasil Audit Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Sunarto (2003) dalam Sukriah (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005).(Sukriah dkk, 2009) menguji pengaruh integritas terhadap kualitas audit dan hasilnya tidak signifikan.

28 5. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Menurut Tubbs (1992) dalam Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan bahwa dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi. Hasil penelitian Alim, dkk (2007) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan, jadi semakin tinggi kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil auditnya.