Estimasi Nilai Pergeseran Gempa Bumi Padang Tahun 2009 Menggunakan Data GPS SuGAr

dokumen-dokumen yang mirip
PEMODELAN MEKANISME GEMPA BUMI PADANG 2009 BERDASARKAN DATA SUGAR

Analisa Perubahan Kecepatan Pergeseran Titik Akibat Gempa Menggunakan Data SuGar (Sumatran GPS Array)

Analisa Pergeseran Titik Pengamatan GPS pada Gunung Merapi Periode Januari-Juli 2015

Analisis Vektor Pergeseran Postseismic Stasiun GPS SuGAr Akibat Gempa Mentawai 2008

Analisa Kecepatan Pergeseran di Wilayah Jawa Tengah Bagian Selatan Menggunakan GPS- CORS Tahun

Analisis Deformasi Gunung Merapi Berdasarkan Data Pengamatan GPS Februari- Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

ANALISIS PERGESERAN AKIBAT GEMPA BUMI SUMATERA 11 APRIL 2012 MENGGUNAKAN METODE GPS CONTINUE

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

Analisa Pengolahan Data Stasiun GPS CORS Gunung Merapi Menggunakan Perangkat Lunak Ilmiah GAMIT/GLOBK 10.6

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. tatanan tektonik yang kompleks. Pada bagian barat Indonesia terdapat subduksi

BAB III Deformasi Interseismic di Zona Subduksi Sumatra

PENGGUNAAN TITIK IKAT GPS REGIONAL DALAM PENDEFINISIAN STASIUN AKTIF GMU1 YANG DIIKATKAN PADA ITRF Sri Rezki Artini ABSTRAK

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Penurunan Tanah Kawasan Lumpur Sidoarjo Berdasarkan Data Pengamatan GPS April, Mei, Juni, dan Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

Analisa Perubahan Ionosfer Akibat Gempa Bumi Sumatra Barat Tanggal 2 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Perubahan Ionosfer Akibat Gempa Bumi Sumatra Barat Tanggal 2 Maret 2016

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB IV ANALISIS Seismisitas sesar Cimandiri Ada beberapa definisi seismisitas, sebagai berikut :

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Subduksi antara Lempeng Samudera dan Lempeng Benua [Katili, 1995]

PERBANDINGAN PERUBAHAN TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) IONOSFER AKIBAT GEMPA BUMI DAN LETUSAN GUNUNG API

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

BAB 4 HASIL PENGOLAHAN DATA & ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Grafik One Earthquake cycle fase interseismic postseismic[andreas, 2005]

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Analisis Metode GPS Kinematik Menggunakan Perangkat Lunak RTKLIB

BAB II GEMPA BUMI DAN GELOMBANG SEISMIK

Latar Belakang STUDI POST-SEISMIC SEISMIC GEMPA ACEH 2004 MENGGUNAKAN DATA GPS KONTINYU. Maksud & Tujuan. Ruang Lingkup

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

BAB III PENGAMATAN GPS EPISODIK DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

Analisis Metode GPS Kinematik Menggunakan Perangkat Lunak RTKLIB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS 4.1 Vektor Pergeseran Titik Pengamatan Gunungapi Papandayan

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

BAB III DEFORMASI BERDASARKAN MODEL DISLOKASI DAN VEKTOR PERGESERAN GPS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV Analisis Pola Deformasi Interseismic Gempa Bengkulu 2007

BAB 3 PEMBAHASAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

LOKASI POTENSI SUMBER TSUNAMI DI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II SEISMISITAS WILAYAH INDONESIA KHUSUSNYA PANGANDARAN DAN SURVEI GPS SEBAGAI METODE PEMANTAUAN DEFORMASI BUMI

BAB IV ANALISIS. Lama Pengamatan GPS. Gambar 4.1 Perbandingan lama pengamatan GPS Pangandaran kala 1-2. Episodik 1 Episodik 2. Jam Pengamatan KRTW

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

Kata kunci : Tsunami, Tsunami Travel Time (TTT), waktu tiba, Tide Gauge

Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN REGANGAN SELAT BALI BERDASARKAN DATA GNSS KONTINU TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada pembenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia,

PENENTUAN KOORDINAT STASIUN GNSS CORS GMU1 DENGAN KOMBINASI TITIK IKAT GPS GLOBAL DAN REGIONAL

S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!!

Akumulasi Regangan di Sumatera Berdasarkan Data Pengamatan GPS Tahun dan Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Pelepasan Regangan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

C93 Estimasi Nilai Pergeseran Gempa Bumi Padang Tahun 2009 Menggunakan Data GPS SuGAr I Dewa Made Amertha Sanjiwani 1), Ira Mutiara Anjasmara 2), Meiriska Yusfania 3) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia email: ira@geodesy.its.ac.id; yusfania_mei@geodesy.its.ac.id Abstrak Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik. Akibatnya gempa bumi dan letusan gunung api sering terjadi pada batas-batas lempeng tersebut. Pada 30 September 2009, di sekitar wilayah Padang, Pariaman terjadi gempa berkekuatan 7.6 Mw dengan lokasi epicenter 99 52 1.2 BT; 0 43 12 LS. Melalui pemantauan GPS dapat diketahui pergerakan deformasi yang terjadi sebelum (interseismic) dan setelah (postseismic) akibat gempa (coseismic). Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan estimasi nilai pergeseran akibat Gempa Bumi Padang tahun 2009 menggunakan data GPS SuGAr. Hasil analisa didapatkan nilai pergeseran terbesar terjadi pada stasiun pengamatan GPS PPNJ dengan nilai pergeseran sebesar 0.01222 m pada sumbu horizontal (easting,northing) dan 0.001 m pada sumbu vertikal (up). Nilai pergeseran terkecil dimiliki oleh stasiun pengamatan KTET dengan nilai pergeseran sebesar 0.00185 m pada sumbu horizontal (easting,northing) dan 0.01114 m pada sumbu vertikal (up). Kata Kunci Gempa Padang 2009, SuGAr, Deformasi, Nilai Pergeseran G I. PENDAHULUAN EMPA bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi dipermukaan bumi akibat pelepasan energi dlam scara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Gempa bumi di bagi menjadi tiga yaitu: gempa bumi tektonik, gemba bumi vulkanik dan gempa bumi runtuhan. Penyebab terjadinya gempa bumi tektonik adalah adanya pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan yang sangat besar (pelepasan energi yang terjadi akibat pergeseran lempeng tektonik) [1]. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia Australia, dan lempeng Pasifik. Pada daerah sekitar batas lempeng tersebut umumnya aktifitas tektonik utama berlangsung, seperti misalnya subduksi, tumbukan (collision), pemekaran punggung tengah samudera dan sesar transform [2]. Akibatnya gempa bumi dan letusan gunung api akan sering terjadi tidak jauh dari batas-batas lempeng tersebut. Pulau Sumatera termasuk salah satu pulau terbesar di ]Indonesia. Pulau ini merupakan salah satu wilayah dengan aktifitas tektonik terbesar di dunia. Pulau Sumatera mengakomodasi tumbukan lempeng Indo Australia yang mensubduksi lempeng Eurasia dengan kecepatan 5-6 cm/tahun [3]. Hal ini mengakibatkan pulau Sumatera rawan terjadi gempa tektonik yang disebabkan dari pergerakan lempeng tersebut. Salah satu gempa terbesar yang terjadi di pulau ini adalah gempa Kota Padang, Pariaman pada tahun 2009 dengan magnitude gempa 7.6 Skala Richter (SR) pada lokasi koordinat epicenter 99 52 1.2 BT; 0 43 12 LS dan kedalaman 81 km. Kota Padang, Pariaman merupakan kota yang terletak memanjang dibagian barat pulau Sumatera dan dikelilingi oleh Samudera Hindia. Kota Padang, Pariaman merupakan bagian serangkaian pulau non-vulkanik dan kota tersebut merupakan puncak-puncak dari suatu punggung pengunungan bawah laut. Meskipun gempa bumi ini dirasakan hingga seluruh pulau Sumatera, Malaysia dan Singapura, baiknya adalah kerugian yang diakibatkan oleh gempa ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan gempa bumi yang terjadi di pulau Sumatera sebelumnya. Namun prinsipnya, gempa bumi biasanya akan menyebabkan kerak bumi disekitarnya terdeformasi dengan baik dalam arah vertikal dan horizontal. Oleh sebab itu, kemungkinan besar gempa Padang tahun 2009 juga menyebabkan aktivitas deformasi kerak bumi. Menghitung estimasi nilai pergeseran yang terjadi di kota Padang, Pariaman dan sekitarnya diperlukan data GPS SuGAr. Nilai pergeseran akibat gempa bumi yang didapat merupakan deformasi yang terjadi di Padang dan sekitarnya. Dengan adanya pengamatan GPS dengan menggunakan data SuGAr, studi deformasi akibat gempa Padang tahun 2009 dapat dilakukan guna pembuatan model bencana gempa bumi berikutnya sebagai salah satu bentuk dalam mitigasi bencana bagi masyarakat Padang dan sekitarnya II. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah gempa bumi yang terjadi di Padang, Pariaman, Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009 dengan gempa sebesar 7.6 skala richter (SR) dengan kedalaman 81 km. Posisi episenter geografis terletak pada koordinat 99 52 1.2 BT; 0 43 12 LS yang berada pada jalur lempeng tektonik.

C94 Persiapan Data Pendukung Lainnya Tidak Data Outliers ya Proses Pengolahan GAMIT dengan sh_gamit Deret Waktu (Time Series) Gambar 1 Lokasi Penelitian Tidak Binary File (h-files), q-files dan sh_gamit_ddd.summary Analisa Estimasi Nilai Pergeseran Akibat Gempa B. Data dan Peralatan Data yang digunakan adalah data pengamatan GPS berupa data RINEX pada bulan September 2009 hingga Oktober 2009, yakni day of year ke-244 hingga 304. Data tersimpan dalam format RINEX dengan sampling pengukuran tiap lima belas detik. Data GPS bersumber dari hasil pemantauan online. Data pengamatan diunduh di salah satu penyedia data Sumateran GPS Array (SuGAr) yaitu Scripps Orbit and Permanent Array (SOPAC). Data stasiun pengamatan yang digunakan adalah data stasiun MSAI, KTET, PPNJ, PSKI dan TLLU. Data lain yang dibutuhkan adalah data gempa bumi Padang tahun 2009 yang diunduh pada website USGS Peralatan yang digunakan antara lain adalah hardware berupa stasiun GPS Online serta software berupa sistem operasi LINUX Ubuntu 14.04 dan Windows 10, Microsoft Word dan Excel, Software Generic Mapping Tools (GMT) dan software GAMIT/GLOBK C. Diagram Alir Pengolahan Data Pengolahan data dapat dijelaskan dengan diagram alir pada Gambar 2 sebagai berikut. Tahapan pengolahan data berdasarkan gambar 2 adalah sebagai berikut: 1) Persiapan data dan pendukung lainnya adalah tahap dimana proses download data RINEX dari pusat data di SOPAC. Dibutuhkan beberapa pendukung lainnya sebelum memulai proses pengolahan data seperti data receiver dan informasi antenna untuk setiap data (file station.info), list station, titik ikat kontrol file, IGS SP3 ephemeris file, nilai jam satelit, file navigasi RINEX. Data Gempa Bumi juga diperlukan untuk proses pengoalahan selanjutnya. 2) Proses pengolahan data dengan GAMIT, pengolahan data GPS dengan menggunakan GAMIT adalah membuat direktori pekerjaan EXPT dan menghubungkan seluruh file yang dibutuhkan seperti control file yang terletak di gg/tables/ dengan perintah sh_gamit. Nilai WL => 90% Nilai NL => 80% Nilai nrms < 0.25 ya Proses Pengolahan dengan GLOBK dengan sh_glred Hasil File *org, *VAL dan *ps_base (Time Series) Gambar 2 Diagram Alir Pengolahan Data Plot Estimasi Nilai Pergeseran Akibat Gempa Peta Nilai Pergeseran Akibat Gempa 3) Evaluasi solusi GAMIT, pada proses ini dapat dikatakan baik atau salah dengan melihat h-file. Q-file dan postfit.autcl.summary. parameter yang dicek adalah: a) Nilai postfit nrms (normalized root mean square). Nilai postfit solusi harian harus kurang dari 0.25. Apabila nilai postfit nrms lebih besar dari 0.5 maka data GPS masih terdapat efek cycle slip [4] b) Nilai ambiguitas fase Wide Lane, apabila nilai atau hasil pengolahan harian GAMIT harus berada di atas 90% dan 80% untuk masing-masing nilai. Demikian juga halnya dengan Narrow Lane. 4) Proses pengolahan dengan GLOBK, pada tahapan ini kombinasi DOY dan plotting parameter koordinat h-file secara time series. Hasil yang didapat dari GLOBK adalah time series. Apabila terdapat data outlier maka terlebih dahulu harus dihilangkan data outlier-nya dengan menggunakan aplikasi yang tersedia oleh GLOBK 5) Hasil akhir adalah time series yang sudah hilang outliersnya dan dapat dilakukan pencarian nilai pergeseran. 6) Analisa nilai pergeseran yang telah dihasilkan oleh software GAMIT/GLOBK. Hasilnya berupa nilai pergeseran per stasiun pengamatan GPS 7) Setelah dilakukan analisa, plotting nilai pergeseran berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan 8) Hasil akhir berupa peta nilai pergeseran akibat gempa.

Wide Lane nrms JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C95 III. HASIL DAN ANALISA A. Hasil Pengolahan GAMIT Hasil pengolahan GAMIT berupa nilai harian ambiguitas fase Wide Lane dan Narrow Lane serta nilai postfit nrms yang dijelaskan pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5. 0,20000 0,19500 0,19000 0,18500 0,18000 0,17500 Postfit nrms Solusi Harian Aplikasi GAMIT 0,17000 240 255 270 285 300 DAYS OF YEAR Gambar 3 Nilai nrms Harian Solusi GAMIT Gambar 3. Menunjukkan bahwa nilai nrms minimal adalah sebesar 0.17512 dan nilai nrms maksimal adalah sebesar 0.19588 serta nilai rerata nrms adalah sebesar 0.18515. Hal ini menunjukkan bahwa metode penggunaan GAMIT sesuai dengan kriteria Gambar 4 Fase Ambiguitas Wide Lane Harian GAMIT Fase Ambiguitas Wide Lane Harian GAMIT 101,0% 100,0% 99,0% 98,0% 97,0% 96,0% 95,0% 94,0% 93,0% 92,0% 240 250 260 270 280 290 300 310 Days of Years Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai maksimal Wide Lane pada penelitian ini sebesar 100% dan nilai reratanya sebesar 98.21% serta nilai minimumnya sebesar 92.90%. hal ini menunjukkan bahwa hasil pengolahan data GPS masuk toleransi yang telah diberikan oleh software GAMIT.

Narrow Lane JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C96 Fase Ambiguitas Narrow Lane Harian GAMIT 102,00% 100,00% 98,00% 96,00% 94,00% 92,00% 90,00% 88,00% 86,00% 240 250 260 270 280 290 300 310 Days of Year Gambar 5 Resolusi Ambiguitas Fase Narrow Lane Sepanjang Observasi B. Hasil pengolahan GLOBK Hasil pengolahan GLOBK berupa time series seluruh waktu data GPS yang dikombinasikan. Tujuan dari time series ini adalah untuk menentukan fungsi matematika dari data yang dihasilkan oleh software pengolah GPS sepanjang waktu pengamatan (DoY) dan menghapus outlier [5]. Gambar 6 menunjukkan salah satu stasiun pengamatan GPS yaitu stasiun MSAI. Gambar 6 Time Series Stasiun MSAI DoY 244 304 Gambar 6 menunjukkan time series stasiun GPS MSAI di atas memiliki nilai rms sebesar 4.6 mm, 8.6 mm dan 7.9 mm untuk sumbu masingmasing northing, easting dan up. Hal tersebut sudah masuk dalam toleransi rms yaitu sebesar 10 mm. C. Uji Kualitas Data GPS Interseismic Sebelum Removing Outlier dan Sesudah Removing Outlier Analisa kualitas data GPS dilakukan secara terpisah antara dua fase gempa agar pemodelan dan penenentuan nilai root-mean-square () error tidak terpengaruh akibat bias gempa, yakni interseisimic dan postseismic [6]. Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rms tiap masing-masing stasiun sebelum dihilangkan outliers-nya pada fase interseismic Tabel 1. data GPS Interseismic Sebelum Removing Outliers Stasiun GPS PSKI 1.3 2.6 7.4 PPNJ 1.6 1.2 5.9 MSAI 1.3 1.2 4.5 TLLU 2.3 1.2 5.5 KTET 1.4 1.9 5.3

C97 Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rms tiap masing-masing stasiun sesudah dihilangkan outliers-nya pada fase interseismic. Tabel 2. Nilai Stasiun GPS setelah Removing Outlier Stasiun GPS PSKI 1.0 1.7 3.7 PPNJ 1.0 1.6 5.9 MSAI 1.0 1.4 4.0 TLLU 1.6 1.2 5.9 KTET 1.0 1.3 4 D. Uji Kualitas Data GPS Postseismic Sebelum Removing Outlier dan Sesudah Removing Outlier Untuk analisa data GPS pasca gempa, dilakukan pengamatan mulai dari DoY 274-304 kemudian didapatkan error dari data mentah untuk masingmasing stasiun GPS sebelum dihilangkan outliernya yang dijelaskan pada Tabel 3. Tabel 3. Error Data GPS Postseismic Sebelum Removing Outlier Stasiun GPS PSKI 1.7 2.9 8.8 PPNJ 1.6 3.0 6.3 MSAI 1.9 1.2 4.5 TLLU 1.7 4.0 6.5 KTET 2.0 3.5 6.3 Tabel 4 menunjukkan error data GPS setelah dihilangkan outlier-nya dengan menggunakan uji stastistik kualitatif sebesar 95% atau 2 kali error. Tabel 4. Error Data GPS Postseismic Setelah Removing Outlier Stasiun GPS PSKI 2.1 2.9 6.6 PPNJ 2.2 2.6 6.7 MSAI 1.7 1.9 5.2 TLLU 2.1 2.4 4.7 KTET 3.1 2.7 3.7 Melihat nilai hasil filtering seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4, maka sudah dapat melanjutkan ke tahap penentuan arah dan besar pergeseran karena hasil di bawah dari nilai 10 mm. E. Analisa Nilai Pergeseran Horisontal Stasiun GPS akibat Gempa Padang 2009 Dengan melakukan pengolahan data GPS yang telah dihilangkan outlier-nya, maka dapat dilakukan penentuan besar pergeseran secara horisontal yang ditunjukkan pada Tabel 5. Nilai yang didapat pada Tabel 5 diambil pada rumus (1) sebagai berikut [7]: X t = (t t 0 ) + X t0... (1) Tabel 5. Pergeseran Horizontal (coseismic) Titik Pengamatan de (m) dn (m) Resultan (m) PSKI -0.00470-0.00580 0.00746 PPNJ -0.01124-0.00481 0.01222 MSAI -0.00531-0.00708 0.00885 TLLU -0.00317-0.00098 0.00331 KTET 0.00101 0.00156 0.00185 dimana X t merupakan koordinat pengamatan di epok t, kemudian X t0 adalah koordinat stasiun pengamatan di epok t 0, t 0 adalah waktu pengamatan koordinat stasiun pertama, t adalah waktu pengamatan koordinat stasiun terakhir, dan V adalah besar pergeserannya. Nilai pergeseran V dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2) sebagai berikut: R = (dn) 2 + (de) 2... (2) Dimana de dan dn merupakan nilai parameter pergeseran pada sumbu easting dan northing. Dengan menggunakan kedua rumus tersebut di dapatkan nilai pergeseran horizontal yang ditunjukkan pada Tabel 5 akibat gempa (coseismic) beserta visualisasinya pada Gambar 7. Arah pergeseran akibat gempa Padang tahun 2009 digunakan rumus (3) berikut: α = atan de... (3) dn Rumus (3) digunakan untuk menghasilkan arah pergeseran coseismic dan menghasilkan arah pergeseran yang ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6. Arah Pergeseran Horisontal Coseismic Titik Pengamatan Arah Sudut Kuadran PSKI S 50 57 54.63 W Kuadran III PPNJ S 23 09 19.83 E Kuadran II MSAI S 53 08 01.66 W Kuadran III TLLU N 17 08 20.49 W Kuadran II KTET N 57 05 33.25 E Kuadran I F. Analisa Vektor Pergeseran Vertikal Akibat Gempa Padang 2009 Dengan melakukan pengolahan data GPS yang telah dihilangkan outlier-nya, maka dapat dilakukan penentuan besar pergeseran secara horisontal yang ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan nilai pergeseran yang terjadi secara vertikal akibat Gempa Padang 2009 (coseismic).

C98 G. Hasil Nilai Pergeseran Horisontal dan Vertikal Adapun hasil nilai pergeseran yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 7. untuk nilai pergeseran horizontal dan Gambar 8 untuk nilai pergeseran horizontal. Tabel 7. Nilai Pergeseran Vertikal Coseismic Titik Pengamatan Pergeseran Vertikal (m) PSKI 0.00277 PPNJ 0.02083 MSAI 0.01579 TLLU 0.01904 KTET 0.01195 PSKI yaitu sebesar 0.00277 m. Berdasarkan penelitian ini, data GPS SuGAr secara umum dapat digunakan untuk memantau fenomena geodinamika dalam hal ini adalah deformasi ataupun pergerakan lempeng yang terjadi akibat gempa bumi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang lebih intensif dan waktu pengamatan yang lebih lama. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis I.D.M.A.S mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irwan Meilano karena telah membantu dalam pembuatan program model dislokasi elastic halfspace. DAFTAR PUSTAKA [1] H. Andreas, Karakteristik Deformasi Strain dan Stress, Bandung: Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, 2007. [2] R. Sule, S. F. Syamsuddin, D. S. Sarsito and I. A. Sadisun, The Utilization of Resistivity and GPS Methods in Landslide Monitoring: Case Study at Panagawan Area, Ciamis, Indonesi: Himpunan Alhi Geofisika Indonesa (HAGI), 2007. Gambar 7 Peta Nilai Pergeseran Horizontal Akibat Gempa [3] D. H. Natawidjaja, K. Sieh, R. Briggs, M. Chlieh, J. P. Avouac, J. Bock and B. W. Suwargadi, "Understanding the Nature of Giant Earthquake and Tsunamis in Sumatera-Andaman to Restore and Establish Safer Cities Around the Indian Ocean," in Memorial Conference on the 2004 Giant Earthquake. [4] T. A. Herring, R. W. King and S. C. McClusky, Introduction to GAMIT/GLOBK, USA: Masschusetts Institute of Technology, 2010. [5] A. S. Prasidya, Pengolahan Data GNSS Secara Loose Constraint dengan Modul GAMIT, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2014. Gambar 8 Peta Nilai Pergeseran Vertikal Akibat Gempa IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah Nilai pergeseran horizontal terbesar yang dihasilkan berdasarkan hasil pengolahan didapatkan dari stasiun pengamatan PPNJ yaitu sebesar 0.01222 m dan nilai pergeseran terkecil dihasilkan oleh stasiun pengamatan KTET yaitu sebesar 0.00185 m. Nilai pergeseran vertikal terbesar yang dihasilkan berdasarkan hasil pengolahan didapatkan dari stasiun pengamatan PPNJ yaitu sebesar 0.02083 m dan nilai pergeseran terkecil dihasilkan oleh stasiun pengamatan [6] M. Yusfania, Pemodelan Mekanisme Gempa Bengkulu M8.5, Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2008. [7] I. N. Muafiry, Analisis Deformasi Akibat Gempa Bumi Kepulauan Mentawai Menggunakan Pengamatan GPS Kontinu, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2015.