BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW)

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Ir. Hari Subiyanto, MSc

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

PENGARUH HEAT TREATMENT

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Masa berlaku: Alamat : Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Juli 2009 Telp. (022) ; Faks. (022) ,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar. Skema pengelasan TIG(tungsten inert gas) [1]

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGIKAT PARTIKEL - PARTIKEL LOGAM YANG TERKANDUNG DALAM PELUMAS AKIBAT GESEKAN PADA MESIN

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

BAB III METODE PENELITIAN

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

MENGELAS TINGKAT LANJUT

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih

PENGARUH ARUS, KANDUNGAN SULFUR, DAN GAS PELINDUNG TERHADAP MORFOLOGI LASAN PADA PENGELASAN GTAW DENGAN BUSUR DIAM.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut adalah dengan mendekatkan elektroda las ke benda kerja pada jarak beberapa

KAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Pembahasan Materi #11

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB IV DATA DAN ANALISA

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

BAB I PENDAHULUAN. ini mengalami kemajuan yang semakin pesat. Perkembangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian (flow chat) Mulai Pengambilan Data Thi,Tho,Tci,Tco Pengolahan data, TLMTD Analisa Grafik Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

3.2 Penjelasan Diagram Alir Penelitian 1. Mulai : Pada tahapan ini peneliti dapat mulai melakukan pengujian pada alat Heat Exchanger yang peneliti buat tahapan percobaan berikut: a. Pastikan tidak ada kebocoran pada instalasi percobaan. b. Nyalakan Heat Exchanger pada panel listrik untuk proses pemanasan air dalam bejana panas hingga temperature air dalam bejana panas mencapai 50 C. c. Hidupkan pompa air pada panel listrik. d. Atur aliran air menggunakan katup masuk dan katup keluar sesuai dengan variable aliran. e. Atur aliran air menggunakan katup untuk mengatur laju air antara single pipe dan double pipe. f. Pengujian dapat dimulai setelah proses pemanasan air sudah panas sempurna atau tempratur air dalam bejana panas sudah mencapai 50 C. g. Amati tempratur fluida panas dan fluida dingin kemudian dicatat. 2. Pengambilan data : Pada tahap ini peneliti mengambil data dari hasil pengujian alat Heat Exchanger. Data data yang diambil yaitu data : Thi,Tho,Tci,Tco. 3. Pengolahan data : Setelah mendapatkan data yang diperlukan, peneliti mengolah data tersebut untuk mencari, Thi (untuk air panas), Tho (untuk air dingin), E (efektifitas penukar kalor).

4. Analisa grafik : Setelah didapat hasil perhitungan dari,, Thi, Tho,E, peneliti membuat grafik untuk memperjelas hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. 5. Kesimpulan : Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan hasil yang di inginkan. Peneliti menyimpulkan bahwa alat Heat Exchanger yang peneliti buat berfungsi dengan baik dan dapat digunakan sebagai alat praktikum perpindahan panas. 6. Selesai 3.3 Fluida yang digunakan dalam penelitian Dalam penelitian bahan yang digunakan adalah fluida air baik untuk fluida panas maupun fluida dingin. Spesifikasi dari fluida yang digunakan adalah : 3.3.1 Fluida Dingin Fluida dingin yang mengalir dalam pipa adalah air yang diambil langsung dari bejana tempat air dingin 3.3.2 Fluida Panas (heater) Fluida panas yang digunakan adalah heater untuk memanaskan air yang berada di dalam bejana 3.4 Alat yang digunakan dalam penelitian Gambar 3.2 Alat heat exchanger

Keterangan : A. Bejana dingin B. Flow meter C. Kran katup D. Pompa air F. Heater G. Shell and Tube H. Thermostat I. Panel kelistrikan E. Bejana panas 3.5 Skema Penelitian Gambar 3.3 Skema Penelitian a. Aliran Fluida Panas Untuk fluida panas, air dari bejana di panaskan sampai suhu 50 C Kemudian mengalir ke pipa Heat Exchanger dimana dapat diatur menjadi single pipe dan double pipe. b. Aliran fluida Dingin Pipa yang digunakan untuk meneruskan aliran fluida dingin dari bejana air ke Heat Exchanger menggunakan pipa stainless dengan diameter 1 inch. Untuk

aliran fluida dingin yang berada di Heat Exchanger menggunakan pipa stainles dengan diameter 3 inch. 3.6 Bahan yang digunakan dalam pembuatan heat exchanger Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr. Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe. Karakteristik khusus baja stainless adalah pembentukan lapisan film kromium oksida (Cr 2 O 3 ). Lapisan ini berkarakter kuat,tidak mudah pecah dan tidak terlihat secara kasat mata. Lapisan kromium oksida dapat membentuk kembali jika lapisan rusak dengan kehadiran oksigen. Pemilihan baja stainless didasarkan dengan sifat-sifat materialnya antara lain ketahanan korosi, fabrikasi, mekanik, dan biaya produk. Penambahan unsur-unsur tertentu kedalam baja stainless dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : a. Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki ketahanan korosi pada lubang (pitting) dan korosi celah. b. Unsur karbon rendah dan penambahan unsur penstabil karbida (titanium atau niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material yang mengalami proses sensitasi. c. Penambahan kromium (Cr) bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dengan membentuk lapisan oksida (Cr 2 O 3 ) dan ketahanan terhadap oksidasi temperatur tinggi. d. Penambahan nikel (Ni) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam media pengkorosi netral atau lemah. Nikel juga meningkatkan keuletan dan

mampu bentuk logam. Penambahan nikel meningkatkan ketahanan korosi tegangan. e. Penambahan unsur molybdenum (Mo) untuk meningkatkan ketahanan korosi pitting di lingkungan klorida. f. Unsur aluminium (Al) meningkatkan pembentukan lapisan oksida pada temperature tinggi. Salah satu jenis baja stainless austenitic adalah AISI 304. Baja austenitic ini mempunyai struktur kubus satuan bidang (face center cubic) dan merupakan baja dengan ketahanan korosi tinggi. Komposisi unsur unsur pemadu yang terkandung dalam AISI 304 akan menentukan sifat mekanik dan ketahanan korosi. Baja AISI 304 mempunyai kadar karbon sangat rendah 0,08 % wt. Kadar kromium berkisar 18-20 % wt dan nikel 8-10,5 % wt yang terlihat pada Tabel 1. Kadar kromium cukup tinggi membentuk lapisan Cr 2 O 3 yang protektif untuk meningkatkan ketahanan korosi. Komposisi karbon rendah untuk meminimalisai sensitasi akibat proses pengelasan. Tabel 3.1 Komposisi kimia baja Stainless AISI 304 Unsur %wt C 0,08 Mn 2 P 0,45 S 0,03 Si 0,75 Cr 18-20 Ni 8-10,5 Mo 0 Ni 0,10 Cu 0 Fe Balance

Komposisi kandungan unsure dalam baja AISI 304 tersebut diperoleh sifat mekanik material yang ditunjukan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Sifat mekanik baja stainless AISI 304 Poison Tensile Yield Elong Hard Mod Density 0,27-0,30 515 205 40 88 193 8 Keterangan : Poison : Rasio Poison Hard : Kekerasan (HVN) Tensile : Tensile strength (MPa) Mod : Modulus elastisitas(gpa) Yield : Yield Strength (MPa) Density : berat jenis (Kg/m 3 ) Elong : Elongation % 3.7 Bahan Material yang digunakan dalam Pembuatan Heat Exchanger 3.7.1 Pipa Stainless 1 inch & 3 inch Pipa stainles digunakan untuk mengaliri aliran fluida panas dan fluida dingin. Gambar 3.4 Pipa stainless stell 304 1 dan 3 inch 3.7.2 Elbow 1 inch Elbow digunakan untuk merubah arah pipa yang sesuai dengan konsep gambar atau desain yang di inginkan.

Gambar 3.5 Elbow stainless 304 1 inch 3.7.3 Tee 1 inch Tee digunakan untuk membagi arah pipa ke tujuan yang di inginkan atau sesuai dengan fungsi dari laju aliran fluida. Gambar 3.6 Tee stainless 304 1 Inch 3.7.4 Ball Valve 1 inch Ball valve digunakan untuk mengatur laju aliran fluida agar sesuai dengan yang di inginkan. Gambar 3.7 Ball valve (kran katup) stainless 316 1 inch 3.7.5 Union (Water Mur) 1 inch Union (water mur) digunakan untuk mempermudah menyatukan atau melepas benda satu dengan benda yang lainya. Gambar 3.8 Union (water mur) stainless 304 1 inch

3.7.6 Sock Drat Dalam 1 inch Shock drat digunakan untuk menyatukan atau menyambung pipa tanpa adanya proses pengelasan. Gambar 3.9 Sock drat dalam stainless 304 1 inch 3.7.7 Pipa Drat luar 1 inch Pipa drat luar digunakan untuk menyatukan atau menyambung pipa tanpa adanya proses pengelasan. Gambar 3.10 Pipa drat luar stainless 304 1 inch 3.8 Alat Yang di gunakan dalam pembuatan Heat Exchanger 3.8.1 Mesin Las TIG (argon) Tungsten Iners Gas (Las TIG) adalah proses pengelasan dimana busur nyala listrik ditimbulkan oleh elektroda tungsten (elektroda tak terumpan) dengan benda kerja logam. Daerah pengelasan dilindungi oleh gas lindung (gas tidak aktif) agar tidak berkontaminasi dengan udara luar. Kawat las dapat ditambahkan atau tidak tergantung dari bentuk sambungan dan ketebalan benda kerja yang akan dilas. Perangkat yang dipakai dalam pengelasan tungsten adalah:

Gambar 3.11 Mesin Las TIG (argon) 3.8.1.1 Tabung gas Lindung Tabung gas Lindung adalah tabung tempat penyimpanan gas lindung seperti argon dan helium yang digunakan di dalam mengelas gas tungsten. Gambar 3.12 Tabung Gas Lindung 3.8.1.2 Regulator gas Lindung Regulator gas lindung adalah pengatur tekanan gas yang akan digunakan di dalam pengelasan gas tungsten. Pada regulator inibiasanya ditunjukkan tekanan kerja dan tekanan gas di dalam tabung. Gambar 3.13 Regulator Gas Lindung

3.8.1.3 Flow Meter Gas Flow meter gas dipakai untuk menunjukkan besarnya aliran gas lindung yang dipakai di dalam pengelasan gas tungsten. Gambar 3.14 Flow Meter Gas 3.8.1.4 Selang gas dan perlengkapan pengikatnya Selang gas berfungsi sebagai penghubung gas dari tabung menuju pembakar las. Sedangkan perangkat pengikat berfungsi mengikat selang dari tabung menuju mesin las dan dari mesin las menuju pembakar las. Gambar 3.15 Selang Gas 3.8.1.5 Kabel Elektroda Berfungsi menghantarkan arus dari mesin las menuju stang las, begitu juga aliran gas dari mesin las menuju stang las. Kabel masa berfungsi untuk penghantar arus ke benda kerja. Gambar 3.16 Kabel Elektroda

3.8.1.6 Stang Las (welding torch) Berfungsi untuk menyatukan sistem las yang berupa penyalaan busur dan perlindungan gas lindung selamadilakukan proses pengelasan. Gambar 3.17 Stang Las (welding torch) 3.8.1.7 Elektroda Tungsten Berfungsi sebagai pembangkit busur nyala selama dilakukan pengelasan. Elektroda ini tidak berfungsi sebagai bahan tambah. Gambar 3.18 Elektroda Tungsten 3.8.1.8 Kawat Las Berfungsi sebagai bahan tambah. Tambahkan kawat las jika bahan dasar yang dipanasi dengan busur tungsten sudah mendekati cair. Gambar 3.19 Kawat Las

3.8.2 Mesin Gerinda Tangan Mesin gerinda tangan berfungsi untuk meratakan bagian-bagian pipa atau benda kerja yang tidak rata. Gambar 3.20 Mesin Gerinda Tangan 3.8.3 Mesin Cutting (gerinda potong) Mesin cutting (gerinda potong) berfungsi untuk memotong pipa atau benda kerja yang sesuai dengan ukuran yang di inginkan. Gambar 3.21 Mesin Cutting 3.8.4 Mesin Bor Tangan Mesin bor tangan digunakan untuk melubangi bagian-bagian yang mudah dalam proses pengeboran. Gambar 3.22 Mesin Bor Tangan

3.8.5 Mesin Bor Vertikal Mesin bor vertikal adalah suatu jenis mesin dengan gerak memutarkan alat untuk pemakanan adalah m a t a b o r h a n ya p a d a s u m b u m e s i n t e r s e b u t. Gambar 3.23 Mesin Bor Vertikal 3.9 Intrumentasi Instrumentasi ditujukan untuk mengukur parameter-parameter yang diperlukan seperti temperatur, tekanan air, berikut ini merupakan instrumentasi yang dipakai selama penelitian ini. 3.9.1 Termokopel Digunakan untuk mengetahui temperatur ruang pengering, temperatur lingkungan, temperatur bola basah dan temperatur bola kering. Termokopel adalah sensor temperatur yang dapat mengubah panas pada benda yang diukur temperaturnya menjadi perubahan tegangan listrik. Jenis termokopel yang digunakan adalah termokopel tipe K dengan diameter 1,6 mm (Chromel dan Alumel). Termokopel jenis ini mampu mengukur temperatur dari -200 o C sampai dengan 1300 o C. Termometer yang digunakan merk Lutron TM-903 A yang terdiri dari 4 channel analog input. Termometer yang digunakan merk Lutron TM- 903 A yang terdiri dari 4 channel analog input.

Gambar 3.24 Termometer data logger 3.9.2 Flow Meter Pengukuran debit aliran fluida dingin menggunakan alat ukur flow meter, yang ditempatkan pada bagian pipa atas Heat Exchanger. Gambar 3.25 Flow Meter 3.10 Tempat Pengujian dan Pengambilan Data Pengujian dilakukan di laboraturium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Univesitas Dharma Persada. Pengujian dilakukan untuk aliran lawan arah (counter flow). Dan pengambilan data dilakukan secara serentak dengan waktu 2 menit dalam satu kali pengambilan data selama 45 menit. Datadata yang diambil adalah tempratur masuk fluida panas (Thi), tempratur masuk fluida dingin (Tci), tempratur keluar fluida panas (Tho), tempratur keluar fluida dingin (Tco).

3.10.1 Prosedur Pengujian single pipe Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam melakukan penelitian alat penukar panas Heat Exchanger single pipe aliran lawan arah (counter flow), maka dilakukan beberapa tahapan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Pastikan tidak ada kebocoran pada instalasi percobaan. 2. Nyalakan Heat Exchanger untuk proses pemanasan air dalam bejana panas hingga temperature air dalam bejana panas mencapai suhu yang di inginkan. 3. Hidupkan pompa air. 4. Atur aliran air menggunakan katup masuk dan katup keluar sesuai dengan variable aliran dengan mengamati skala flowmeter. 5. Atur aliran air menggunakan katup untuk mengatur laju air single pipe 6. Pengujian dapat dimulai setelah proses pemanasan air sudah panas sempurna atau tempratur air dalam bejana panas sudah mencapai yang di inginkan 7. Amati tempratur fluida panas dan fluida dingin kemudian dicatat. 3.10.2 Prosedur Pengujian double pipe Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam melakukan penelitian alat penukar panas Heat Exchanger aliran lawan arah (conter flow), maka dilakukan beberapa tahapan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Pastikan tidak ada kebocoran pada instalasi percobaan. 2. Nyalakan Heat Exchanger untuk proses pemanasan air dalam bejana panas hingga temperature air dalam bejana panas mencapai yang di inginkan. 3. Hidupkan pompa air.

4. Atur aliran air menggunakan katup masuk dan katup keluar sesuai dengan variable aliran dengan mengamati skala flowmeter. 5. Atur aliran air menggunakan katup untuk mengatur laju air double pipe. 6. Pengujian dapat dimulai setelah proses pemanasan air sudah panas sempurna atau tempratur air dalam bejana panas sudah mencapai yang di inginkan. 7. Amati tempratur fluida panas dan fluida dingin kemudian dicatat.