BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.12

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian (Sukirno 2004:27). Banyak orang memandang bahwa inflasi selalu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki wilayah yang besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional yang dilakukan harus merata di semua tempat, oleh sebab itu, pemerintah menerapkan otonomi daerah agar setiap daerah dapat mengembangkan dan memajukan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya masing-masing yang diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan, dan penugasan urusan pemerintahan kepada daerah secara nyata dan bertanggung jawab harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional secara adil, termasuk perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sejak tanggal 1 Januari 2001 telah terjadi perubahan yang cukup fundamental dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Perubahan tersebut terutama terkait dengan dilaksanakannya secara efektif otonomi 1

BAB I Pendahuluan 2 daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang telah direvisi dengan Undang-Undang No 32 Tahun 2004. Sejak berlakunya kebijakan otonomi daerah per 1 Januari 2001, sistem pemerintahan mengalami banyak perubahan. Pertahanan dan keamanan, keadilan moneter, dan fiskal menjadi wewenang Pemerintah Pusat. Pemerintah Kota/Kabupaten mendapat wewenang yang lebih luas untuk menggali sumber-sumber penerimaan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahnya. Agar Pemerintah Daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan sumber sumber pembiayaan yang cukup besar. Tetapi mengingat tidak semua sumber sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah, maka Pemerintah Daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang tertuang dalam Pasal 18 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 mengatur tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dimana dana atau sumber sumber pembiayaan yang digunakan untuk pelaksanaan otonomi daerah salah satunya berasal dari pendapatan daerah. Pendapatan daerah diterima dari berbagai sumber, dan dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Salah satu sumber pendapatan daerah yang terpenting adalah Pajak Daerah (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2010 terdiri dari lima jenis Pajak Provinsi dan sebelas jenis Pajak Kabupaten atau Kota. Pajak

BAB I Pendahuluan 3 Provinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok. Pajak Kabupaten atau Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Setiap daerah di Indonesia telah menerapkan peraturan otonomi daerah untuk mengembangkan dan melaksanakan pembangunan didaerahnya yang tertuang dalam Pasal 18 UUD 1945. Salah satunya adalah Kota Bandung yang terletak di Propinsi Jawa Barat. Bandung adalah kota yang terkenal dengan daerah wisata baik itu wisata alam, wisata kuliner, wisata belanja maupun wisata rekreasi lainnya. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Kota Bandung sering mendapat kunjungan banyak wisatawan. Dengan banyaknya jumlah wisatawan baik wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Kota Bandung, maka diperlukan banyak Hotel dan penginapan lainnya sebagai tempat menginap bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Berbagai macam jenis penginapan banyak ditawarkan di Bandung yaitu antara lain : Hotel, Gubuk Pariwisata (Cottage), Motel, Wisma Pariwisata, Pesanggrahan (Hostel), Losmen, Guess House dimana semua jenis penginapan tersebut menawarkan berbagai fasilitas dan kenyamanan yang berbeda ke setiap pengunjung yang akan menginap ditempat tersebut. Hal ini bisa kita lihat di sepanjang Jalan Cihampelas, Dago, Sukajadi dan lain - lain banyak hotel dan jenis penginapan lainnya yang berdiri menawarkan berbagai fasilitas dan kenyamanan kepada setiap pengunjung. Tentu ini sangat membanggakan bagi perkembangan

BAB I Pendahuluan 4 industri pariwisata di Kota Bandung karena wisatawan akan lebih merasa nyaman dalam menjalankan liburannya. Hotel merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam industri pariwisata di Kota Bandung. Semakin meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung harus berbanding lurus dengan peningkatan pembangunan hotel. Dengan semakin banyak jumlah hotel yang dibangun di Kota Bandung, maka pendapatan Pajak Daerah dari sektor hotel juga akan semakin meningkat. Pajak Hotel banyak diterapakan di tempat tempat penginapan seperti : Hotel, Gubuk Pariwisata (Cottage), Motel, Wisma Pariwisata, Pesanggrahan (Hostel), Losmen, Guess House. Oleh karena itu pemerintah harus menerapkan tarif dan peraturan yang tepat untuk Pajak Hotel agar mendapatkan hasil yang maksimal serta sesuai dengan kemampuan dari masyarakat itu sendiri sebagai para pengguna jasa hotel. Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung akan selalu mangalami peningkatan karena semakin banyaknya jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara yang menggunakan layanan hotel sebagi tempat penginapan. Hasil Penerimaan Pajak Daerah dari sektor Pajak Hotel yang diperoleh dari Pemerintah Kota Bandung dari tahun 2006 sampai 2010 yaitu : Tahun Penerimaan Pajak Hotel 2006 Rp 44.521.528.105,00 2007 Rp 58.706.270.014,00 2008 Rp 64.927.775.671,00 2009 Rp 72.439.540.886,00 2010 Rp 440.332.559.083,00 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung

BAB I Pendahuluan 5 Dari hasil tersebut diketahui bahwa penerimaan dari Pajak Daerah dari sektor Pajak Hotel mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk menelusuri lebih jauh tentang pengaruh besarnya kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung dalam penelitian dengan judul: Pengaruh Besarnya Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana cara perhitungan Pajak Hotel di Kota Bandung? 2. Berapa jumlah target dan realisasi Pajak Hotel yang ditetapkan Pemerintah Daerah Kota Bandung untuk Tahun 2006 sampai 2010? 3. Berapa besar kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung? 4. Bagaimana pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan Tujuan dari penelitian ini merupakan tindak lanjut terhadap masalah yang telah diidentifikasikan. Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasikan di atas, maka tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah : 1. Untuk mengetahui cara perhitungan Pajak Hotel di Kota Bandung.

BAB I Pendahuluan 6 2. Untuk mengetahui berapa jumlah target dan realisasi Pajak Hotel yang ditetapkan Pemerintah Daerah Kota Bandung untuk Tahun 2006-2010. 3. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. 4. Untuk mengetahui pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, antara lain: 1. Bagi penulis Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai penerimaan pajak terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan. 2. Bagi Pemerintah Kota Bandung Penulis berharap hasil penelitian ini bisa membantu Pemerintah Kota Bandung untuk lebih dapat memaksimalkan Pendapatan Daerah terutama dari Pajak Hotel. 3. Bagi pihak lain yang berkepentingan Penulis berharap hasil penelitian ini bisa menjadi informasi yang dapat memberikan gambaran tentang pengaruh besarnya kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut.