BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran yang ditetapkan. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu media untuk mendapatkan sumber daya manusia

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengajar berlangsung. Hamzah B (2004: 265) menyatakan bahwa Hasil belajar

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ZULFA SAFITRI A54F100040

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Tentang Pembelajaran Pelajaran IPA Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut juga sebagai

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar menurut kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS XI SMA TUT WURI HANDAYANI CIMAHI

Rosita Christina Haloho Guru Fisika SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Vira Ismis Kairat

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nendi Rohaendi,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil hasil belajar yang dicapai siswa dengan ktriteria yang di tentukan. Bloom (Sudjana. 2008:22), membagi tiga macam menjadi ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Bloom (Sudjana. 2008:23) membedakan tujuan untuk ranah kognitif beserta penilaiannya. 1. Tahap Pengetahuan (mencakup kemampuan ingatan akan hal-hal yang akan yang akan dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini meliputi fakta, konsep, kaidah, rumus, dan prinsip serta metode yang diketahui). 2. Tahap Pemahaman; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari. 3. Tahap Aplikasi; mencakup kemampuan untuk menerapan suatu kaidah dua metode kerja pada suatu kasus atau problem yang konkrit dan baru. 4. Tahap Analisis; mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga stuktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. 5. Tahap Sintesis yaitu penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. 6. Tahap Evaluasi; mencakup pemberian tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, dll.

Dari uraian diatas, tahap-tahap kognitif dijelaskan secara singkat namun memiliki makna yang luas sesuai dengan tahapan dan cara mengukurnya, seingga dapat diterapkan dalam pembelajaran dan melakukan refleksi, baik pada kegiatan guru maupun pada siswanya. Penilaian hasil belajar afektif merupakan penilaian sikap siswa dalam pembelajaran, dalam ranah afektif ini memiliki keterkaitan dengan ranah kognitif yang telah diuraikan diatas. Aspek-aspek penilaian ranah afektif adalah sebagai berikut: 1. Reciving/attending (penerimaan), yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. 2. Responding (jawaban), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. 3. Valuing (penilaian), yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. 4. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem oraganisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang dimilikinya. (Sudjana.2008:29-30) Dalam hasil belajar, siswa dapat menerapkan psikomotorik agar siswa dapat mengembangkan kemampuan bertindak yang sopan santun dan ramah terhadap guru para pendidik yang lain seperti yang diungkapkan oleh Benyamin Bloom dibawah ini. Menurut Bloom (dalam Sudjana.2008:30-31), hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan yakni: (1) Gerakan refleks; ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar. (2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. (3) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain. (4) Kemampuan dibidang fisik (misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan). (5) Gerakan-gerakan skill; mulai dari keharmonisan sederhana sampai kompleks. (6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Kemampuan psikomotorik siswa dinilai pula dalam pembelajaran ini, karena dalam pembelajaran terdapat materi yang diajarkan yang memerlukan gerakan siswa untuk mengerjakan suatu praktek pendukung materi yang diajarkan. Hasil belajar yang diperoleh masing-masing siswa, akan diketahui setelah guru melakukan pengukuran dan menggunakan tes. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam suatu kegiatan. Hasil belajar yang dianalisis dalam penelitian ini ditekankan pada kenaikan nilai pada ranah kognitif tingkat pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Indikator hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil tes secara tertulis. 2.2 Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipeajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat karena selalu diuji dengan pengalaman baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget (Depdiknas, 2003:12) bahwa struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada.

Rusman ( 2011 : 193-197 ) menguraikan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai suatu model pembelajaran memiliki tujuh prinsip. Prinsip- prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Konstruktivisme (Constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. 2. Menemukan (Inquiry), artinya suatu proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. 3. Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama dalam CTL, karena pengetahuan yang dimilki seseorang selalu bermula dari bertanya. 4. Masyarakat belajar (Learning Community), konsep masyarakat belajar dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. 5. Pemodelan (Modelling), yakni suatu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. 6. Refleksi (Reflection), yaitu suatu proses pengulasan kembali pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. 7. Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment), yaitu suatu proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Proses pembelajaran dengan Contextual Teaching Learning (CTL) yang melibatkan siswa secara aktif dan diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan mereka sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Melalui Contextual Teaching Learning (CTL), siswa belajar dari mengalami, mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru dan bukan diberi dari guru (Depdiknas, 2003:3). Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL), guru harus melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Dalam Rusman ( 2011: 199-200 ), diuraikan skenario pembelajaran dengan mengguanakan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut: 1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekeja sendiri, menemukan sendiri, dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya. 2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik yang diajarkan. 3. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan sebagainya. 4. Mengembangkan sifat ingi tahu siswa malalui munculnya pertanyaan-pertanyaan. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Membiasakan siswa untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan. 7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu bentuk skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dimana program pembelajaran ini harus mencerminkan penerapan dari ketujuh komponen CTL dengan jelas, sehingga guru memiliki persiapan yang matang mengenai rencana yang akan dilakukan dalam membimbing kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam Sanjaya ( 2006 : 272 ), adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah: 1. Kelebihan a. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

b. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. c. Kelas dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat uji data hasil temuan mereka dilapangan. 2. Kekurangan Guru kurang intensif dalam membimbing karena dalam model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. 2.3 Konsep Dasar Energi Dan Perubahannya 1. Pengertian Energi Dalam fisika, kerja diberi arti yang spesifik untuk mendeskripsikan apa yang dihasilkan oleh gaya ketika ia bekerja pada benda sementara benda tersebut bergerak dalam jarak tertentu. Lebih spesifik lagi, kerja yang dilakukan pada sebuah benda oleh gaya yang konstan (konstan dalam hal besar dan arah) didefinisikan sebagai hasil kali besar perpindahan dengan konponen gaya yang sejajar dengan perpindahan. Dalam bentuk persamaan, dapat kita tuliskan: W= F ll d Dimana F ll adalah komponen gaya konstan F yang sejajar dengan perpindahan d. Aspek yang paling penting dari semua jenis energi adalah bahwa jumlah dari semua jenis energi, energi total tetap sama setelah proses apapun dengan

jumlah sebelumnya: yaitu besaran energi dapat didefinisikan sedemikian sehingga energi merupakan besaran yang kekal. (Giancoli, 2001:173) a. Energi Kinetik Sebuah benda yang sedang bergerak memiliki kemampuan untuk melakukan kerja dan dengan demikian dapat dikatakan mempunyai energi. Energi gerak disebut energi kinetik. Dari kata yunani kinetikos, yang berarti gerak. (Giancoli, 2001:179) b. Energi Potensial Benda juga memiliki energi potensial, yang merupakan energi yang diubungkan dengan gaya-gaya yang bergantung pada posisi atau konvigurasi benda dan lingkungannya. Contoh yang paling umum dari energi potensial adalah energi potensial gravitasi (Giancoli, 2001:182-183) 2. Perubahan Energi Dan Hukum Kekekalan Energi Bentuk-bentuk lain dari energi diantaranya ialah energi listrik, energi nuklir, energi panas, dan energi kimia yang tersimpan dalam makanan dan bahan bakar. Bilamana energi dipindahkan atau diubah, ternyata tidak ada energi yang didapat atau hilang pada proses tersebut, ini merupakan hukum kekekalan energi. Dimana Energi total tidak berkurang dan juga tidak bertambah pada proses apapun, energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dan dipindahkan dari satu benda ke benda yang lain, tetapi jumlah totalnya tetap konstan. (Giancoli, 2001:197-198)

2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan terdahulu dilakukan oleh: 1. Diah Nugraheni, mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNNES yang melakukan perlakuan tindakan dengan judul penelitiannya Meningkatkan Minat Belajar Sains (IPA) Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Pokok Bahasan Cahaya Siswa Kelas V Semester II Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 01 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Dalam penelitiannya teknik pengumpulan data menggunakan instrument lembar kuesioner yang harus dipilih oleh siswa, Tes Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siklus 1 maupun pada siklus 2 mengalami peningkatan minat terhadap pelajaran fisika yaitu dari 85,10 menjadi 91,83 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%. 2. Ika Nurul Fattakhul Janah, mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNNES yang melakukan perlakuan tindakan dengan judul penelitiannya Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Kalor Dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tulis Tahun Pelajaran 2005/2006. Dalam penelitiannya teknik pengumpulan data menggunakan instrument lembar kuesioner yang harus dipilih oleh siswa, Tes Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL),

hasil belajar siswa pada siklus 1 maupun pada siklus 2 mengalami peningkatan yaitu dari 66,88 menjadi 76,88 dengan ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 85% menjadi 90% pada siklus II. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian di atas yakni pada pengumpulan data, peneliti (Diah Nugraheni dan Ika Nurul Fattakhul Janah) menggunakan instrument lembar kuesioner yang harus dipilih oleh siswa. Selain itu juga, peniliti (Diah Nugraheni dan Ika Nurul Fattakhul Janah) menggunakan Tes Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik untuk melihat hasil belajar siswa. Sedangkan peneliti tidak menggunakan lembar kuesioner yang harus dipilih oleh siswa tersebut dan Tes Hasil Belajar Afektif, dan Psikomotorik. Tetapi, peneliti hanya menggunakan Tes Hasil Belajar tingkat Kognitif Siswa yaitu C1, C2, dan C3 yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini. 2.5 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini ditentukan oleh beberapa aspek adalah: 1. Kegiatan guru dalam pembelajaran dikatakan terlaksana dengan baik, apabila jumlah persentase aspek dengan kategori baik (B) dan sangat baik (SB) mencapai atau melebihi 75%. 2. Aktifitas siswa dalam pembelajaran dikatakan terlaksana dengan baik, apabila jumlah persentase aspek dengan kategori baik (B) dan sangat baik (SB) mencapai atau melebihi 75%.

3. Keterlaksanaan pembelajaran dikatakan terlaksana dengan baik, apabila jumlah persentase aspek dengan kategori baik (B) dan sangat baik (SB) mencapai atau melebihi 75%. 4. Untuk hasil belajar siswa, secara individu dikatakan tuntas apabila skor minimal yang diperoleh siswa melewati atau sama dengan KKM yakni 75, sedangkan untuk ketuntasan secara klasikal dikatakan tuntas apabila mencapai 80% dari jumlah siswa yang telah mendapatkan skor 75. 2.6 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : Jika Contextual Teaching and Learning (CTL) diterapkan pada pembelajaran fisika topik energi dan perubahannya, maka hasil belajar siswa akan meningkat mencapai ketuntasan.