BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2010, Indonesia bersama lima negara ASEAN (Malaysia, Filipina,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. membuat keputusan bisnis yang tepat dalam mencapai suatu tujuannya. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan ditengah sengitnya persaingan. Salah satu usaha untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia dituntut untuk berperan serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk berkembang, tetap hidup

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan merupakan unsur penting bagi perusahaan khususnya pada perusahaan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan laporan keuangan kecurangan Report To The Nation : On

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang cepat dalam lingkungan bisnis yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Agar aktivitas bisnis perusahaan dapat efisien, maka bagian

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk. PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

PIAGAM KOMITE AUDIT PT INTERMEDIA CAPITAL, Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. skandal akuntansi korporasi. Pada tanggal 31 Oktober 2008 muxonated terjadi

BAB I PENDAHULUAN. luar maupun di dalam organisasi. Fraud biasanya menyangkut penyajian yang secara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Penilaian atas Piutang Dagang dan Luas pemeriksaan pada akun Piutang Dagang. Universitas Kristen Maranatha

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU REPUBLIK

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. sistematis serta mengevaluasi pengendalian intern dalam perusahaan. Namun pada. penyimpangan-penyimpangan dalam perusahaan.

PIAGAM KOMITE AUDIT PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk

Piagam Unit Komite Audit ("Committee Audit Charter" ) PT.Catur Sentosa Adiprana Tbk.

Pedoman Kerja Komite Audit

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

BAB I PENDAHULUAN. usaha dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas pengelolaannya. Dalam hal

INTERNAL AUDIT CHARTER

Bab I Pendahuluan 1 BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan di dunia usaha semakin ketat, disamping itu perekonomian Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya berbagai kasus fraud yang akhir-akhir ini terjadi di hampir

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang tertuang

PIAGAM INTERNAL AUDIT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BAPEPAM (2002) PT. KIMIA FARMA Tbk,(PT.KF)

BAB I PENDAHULUAN. audit internal. Banyak pelaku ekonomi dewasa ini semakin mengandalkan peran

BAB I PENDAHULUAN. diindikasikan dengan adanya kesulitan keuangan (financial distress).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media

Konsep Resiko & Sistem Pengendalian Intern

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan hilangnya kepercayaan publik dan investor untuk berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman, teknologi, dan perekonomian dunia

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam menunjang efektivitas pengendalian internal persediaan barang jadi yang

BAB I PENDAHULUAN. menambah permasalahan yang dihadapi oleh manajemen suatu perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter)

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PIAGAM KOMITE AUDIT. 1. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia harus mampu mengembangkan potensinya untuk menghadapi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk komite audit (Abbott, 2004). Kasus ini kemudian dibuktikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus menjadikan perusahaannya menjadi lebih efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PT KEDAUNG INDAH CAN TBK

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PIAGAM SATUAN AUDIT INTERNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan juga merupakan media penting dalam memberikan informasi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif, komite audit juga memerlukan fungsi audit internal. (Konsorsium

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya fraud atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut, selain memberi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif, efisien dan ekonomis untuk tetap mempertahankan eksistensinya

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. satunya menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor yang

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengendalian internal yang tepat dan memadai sangatlah diperlukan

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaporan keuangan adalah laporan keuangan itu sendiri. Menurut Belkaui

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menentu, hal ini dikarenakan ketidakpastian keadaan politik dan perekonomian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi dalam era globalisasi saat ini mengalami

PT DUTA ANGGADA REALTY TBK. PIAGAM KOMITE AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara pengeskpor kedua terbesar karet alam di dunia. (Vagha.

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal tahun 2010, Indonesia bersama lima negara ASEAN (Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam) serta China terjalin dalam suatu kerja sama khusus dalam bidang ekonomi yang dituangkan dalam suatu perjanjian perdagangan bebas yang diberi nama perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) (Edratna, 2010). Hal ini menyebabkan masing-masing negara berusaha untuk memajukan negaranya dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang perekonomian sehingga berdampak pada perusahaan-perusahaan yang sedang beroperasional. Perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk menciptakan produk maupun jasa yang dapat dijual dengan harga dan kualitas yang dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Selain itu, perusahaan juga dituntut untuk meningkatkan efektivitas dalam berbagai aktivitas perusahaan melalui perancangan dan penerapan strategi oleh manajemen sehingga laba perusahaan dapat ditingkatkan. Adapun tujuan pendirian perusahaan didasarkan pada beberapa alasan. Namun, perolehan laba menjadi alasan utama mengapa suatu perusahaan berdiri. Laba juga menentukan kelangsungan hidup perusahaan agar berbagai aktivitas dapat dijalankan di dalam suatu perusahaan. 1

Bab I Pendahuluan 2 Perolehan laba pada suatu perusahaan didasarkan pada pendapatan yang didapatkan melalui aktivitas penjualan dikurangi dengan biaya-biaya operasional yang dikeluarkan. Oleh karena itu, aktivitas penjualan merupakan aktivitas yang dianggap penting di dalam perusahaan. Agar aktivitas penjualan dapat dilaksanakan secara efektif diperlukan suatu alat pengendalian yang memadai untuk menjamin kelangsungan aktivitas penjualan tersebut. Pengendalian yang dimaksud berupa pengendalian internal terhadap sistem dan prosedur penjualan. Manajemen bertanggungjawab terhadap aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Namun, salah satu kelemahan manajemen terletak pada ketidaksanggupan manajemen untuk memantau dan menilai keseluruhan aktivitas dari karyawan terhadap operasional yang dilakukan di masing-masing aktivitas yang ada diperusahaan. Ada kecurangan-kecurangan yang dilakukan manakala ada tekanan (pressure), ada kesempatan (opportunity) dan moral seseorang yang tidak dapat dinilai hanya melalui proses wawancara penerimaan tenaga kerja (razionalization) (Arens et al., 2008:432). Menurut Koesmana et al. (2007:59), semua organisasi dilihat dari jenis, skala dan jenis aktivitas tidak terhindar dari risiko terjadinya kecurangan (fraud). Hal ini disebabkan lemahnya pengendalian internal yang terdapat pada organisasi tersebut. Pada aktivitas penjualan, kecurangan (fraud) yang biasa dilakukan oleh karyawan adalah dalam hal penipuan kualitas barang yang akan dijual, pemalsuan dokumen, pelaporan piutang yang salah dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pengendalian internal diperlukan manajemen untuk menjadi alat yang dapat menutupi kelemahan manajemen.

Bab I Pendahuluan 3 Menurut Ratliff et al. (1988:91) menyatakan bahwa adapun fungsi utama dari suatu pengendalian internal adalah untuk memantau dan memastikan suatu sistem pengendalian telah dijalankan secara baik dan efektif di dalam suatu organisasi. Selain itu, tujuan pengendalian intern diberlakukan di dalam suatu perusahaan adalah untuk memberikan informasi yang sesuai dengan fakta dan berintegritas (reliability and integrity of information) kepada manajemen dalam pengambilan suatu keputusan mengenai operasional perusahaan, menjamin kepatuhan manajemen perusahaan terhadap kebijakan, hukum dan peraturan (compliance with policies, plans, procedures, laws and regulations) baik peraturan perusahaan maupun peraturan pemerintah, melindungi harta perusahaan (safeguarding asset) dari kemungkinan kecurangan (fraud) yang dapat terjadi, menjamin penggunaan sumber daya perusahaan secara ekonomis dan efisien (economy and efficiency of operations) serta mengusahakan pencapaian tujuan perusahaan baik dalam hal operasional maupun visi misi perusahaan (Accomplishment of organizational objectives goals for operations and programs). Namun, sistem pengendalian internal yang telah dirancang sedemikian rupa tidak menjamin bahwa aktivitas perusahaan secara keseluruhan telah berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam struktur pengendalian seperti persengkongkolan antar karyawan pada aktivitas perusahaan dan manakala sistem pengendalian internal tidak diterapkan secara tegas dan menganggap pengendalian internal hanya merupakan formalitas dalam suatu prosedur di perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada fenomena yang pernah terjadi pada PT. Kimia Farma Tbk. Kimia Farma berbentuk perseroan terbatas sejak tahun 1971 dan baru

Bab I Pendahuluan 4 terdaftar sebagai perusahaan terbuka atau perusahaan publik (Tbk.) pada bulan Juli 2001 di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (Wikipedia.org, 2012). Sebagai perusahaan terbuka tentu terdapat komite audit di dalam struktur organisasi perusahaan yang biasanya terdiri dari audit eksternal maupun audit internal untuk merancang serta menerapkan pengendalian internal pada berbagai aktivitas perusahaan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Muh. Arief Effendi (2012) yang menyatakan bahwa berdasarkan surat edaran BAPEPAM No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan agar perusahaan-perusahaan publik memiliki komite audit. Namun demikian, pada akhir tahun 2001, kecurangan (fraud) tetap terjadi dalam bentuk perekayasaan laporan keuangan bahwa perusahaan meningkatkan laba melalui aktivitas penjualan. Padahal sesuai fakta, aktivitas penjualan tidak ditingkatkan, melainkan penyajian yang salah mengenai penjualan yaitu pencatatan ganda ketika transaksi penjualan terjadi sehingga berakhir dengan adanya kerugian berupa denda serta sanksi yang diberikan kepada pihak perusahaan (Herwidayatmo, 2002:4). Fenomena lain yang terjadi yaitu salah seorang direktur penjualan dari sebuah perusahaan elektronik yang terlibat dalam proses penjualan fiktif. Kecurangan (Fraud) yang dilakukan dalam bentuk pemalsuan kuitansi konsumen, tagihan palsu yang dikeluarkan oleh perusahaan, produk yang dikeluarkan dari gudang penyimpanan seolah-olah akan dikirimkan kepada pembeli yang akhirnya dijual secara pribadi oleh direktur tersebut dan hasil penjualan dipergunakan untuk kepentingan pribadi, serta transaksi penjualan yang dicatat dalam sistem akuntansi yang tidak benar (wordpress. com, 2008). Kedua fenomena tersebut membuktikan bahwa di dalam perusahaan terdapat audit internal yang merancang dan menerapkan

Bab I Pendahuluan 5 pengendalian internal namun tidak menjamin aktivitas perusahaan berjalan secara efektif dan perusahaan dapat terhindar dari kecurangan (fraud). Hal ini juga diungkapkan oleh Djanegara H.Moermahadi S. dan Haryadi Maicella C. (2007:2) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian yang efektif belum tentu aktivitas penjualan dapat berjalan secara efektif. Agar pengendalian internal dapat berjalan dengan efektif diperlukan orang atau bagian yang independen untuk melaksanakan pemeriksaan atas berbagai aktivitas internal perusahan. Bagian tersebut dinamakan dengan Auditor Internal. Gabungan dari kompetensi, independensi serta integritas yang tinggi menjadikan seorang auditor internal fokus terhadap pemeriksaan internal dalam berbagai aktivitas perusahaan seperti administrasi, operasi, penjualan, akuntansi dan keuangan (Ratliff et al., 1988:7). Auditor internal memiliki kewajiban untuk melakukan pemeriksaan internal sehingga dapat memperoleh kelengkapan informasi dan menilai efektivitas sistem pengendalian internal perusahaan untuk dijadikan rekomendasi kepada manajemen perusahaan sehingga dengan demikian, diharapkan dengan adanya auditor internal dalam meningkatkan efektivitas atas aktivitas perusahaan, kecurangan (fraud) tidak akan terjadi sehingga dapat merugikan perusahaan. Atas dasar pemikiran dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti judul : PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN Studi Kasus pada PT. PINDAD (PERSERO) Bandung

Bab I Pendahuluan 6 1.2. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apakah audit internal yang diterapkan oleh perusahaan telah memadai? 2. Apakah audit internal berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pengendalian internal penjualan perusahaan? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data perusahaan yang berhubungan dengan pengendalian internal penjualan sehingga data tersebut akan diolah untuk mendapatkan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui sejauh mana penerapan audit internal dalam suatu perusahaan dalam menilai efektivitas aktivitas penjualan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui apakah audit internal yang diterapkan oleh perusahaan telah memadai. 2. Untuk mengetahui apakah audit internal berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pengendalian internal penjualan perusahaan. 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat bagi akademisi Adapun kegunaan penelitian ini bagi akademisi adalah diharapkan hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang membahas permasalahan yang sama dan menambah pengetahuan pengguna hasil penelitian tersebut.

Bab I Pendahuluan 7 2. Manfaat bagi praktisi Adapun kegunaan penelitian ini bagi praktisi adalah diharapkan hasil penelitian tersebut dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran mengenai pentingnya audit internal sebagai suatu alat untuk meningkatkan efektivitas pengendalian internal penjualan perusahaan.