BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1986 Tanggal 22 Maret 1986

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BEJANA UKUR. Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 2010);

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 1983 TENTANG TARIF BIAYA TERA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

daerah dalam melaksanakan pengawasan UTTP melalui kegiatan pos ukur ulang. Adapun tujuan penerbitan Petunjuk Teknis Pelaksanaan POSKUR adalah:

2015, No Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG JENIS TERA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

Analisis Kebenaran Pengukuran Pompa Ukur BBM Dengan Metode Taguchi

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGAWASAN TERHADAP TERA ULANG POMPA UKUR BAHAN BAKAR MINYAK OLEH DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan.

PROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

R adalah selisih massa bejana dalam keadaan terisi dan dalam keadaan kosong,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TARIF RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

ctarif BIAYA TERA Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 Tanggal 11 Juli 1983 Presiden Republik Indonesia,

PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

WALIKOTA LANGSA QANUN KOTA LANGSA NOMOR 14 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DALAM KOTA LANGSA

Pengujian/ No Jenis Retribusi Satuan Pengesahan/ Pembatalan. buah 18, buah 3, d. Tongkat duga

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 2 TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011

KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR fi/my/kr'e/t/2010 TENTANG SYARAT TEKNIS POMPA UKUR BAHAN BAKAR GAS

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sandaran nilai ibadah di dalamnya. 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 639/MPP/Kep/10/2004 TENTANG KETENTUAN DAN SYARAT TEKNIS TANGKI UKUR MOBIL

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 10 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

LOGO KONSEP DASAR MASSA

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

I. PENDAHULUAN. bahan bakar kendaraan terus meningkat. SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

Gambar 1 menunjukkan komponen-komponen yang menjalankan mobil kriogenik (cryocar) ini. Nitrogen cair yang sangat dingin disimpan dalam tangki

BAB I PENDAHULUAN. Table 1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun

KATA PENGANTAR. optimal akan dapat diperbaiki di tahun berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

TARIF RETRIBUSI TERA ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP)

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN I-1


BAB 1 PENDAHULUAN. dan tidak mengenal lelah. Sistem otomatisasi dapat menggantikan manusia untuk

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tahun 2007 yang berbentuk

Paparan Rancangan Undang-Undang Tentang Metrologi. Disampaikan Pada Acara Workshop Metrologi Lingkungan Tangerang, Oktober 2016

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG TANDA TERA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

TUGAS AKHIR. Oleh: EKO PRIYANTO NIM : D

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian saat ini sangat tergantung pada pengukuran dan pengujian yang handal, terpercaya, dan diakui secara internasional. Jadi secara langsung maupun tidak langsung perekonomian suatu negara dipengaruhi oleh alat ukur yang digunakan oleh negara tersebut. Kemajuan teknologi dibidang pengukuran telah demikian pesatnya, hal ini ditandai dengan perkembangan alat-alat ukur dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Di negara-negara maju urusan metrologi sangat didukung oleh teknologi. Baik metrologi ilmiah, industri, maupun metrologi legal yang sangat berkaitan erat dengan perdagangan. Metrologi berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan secara umum. Metrologi legal harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Hanya dengan penelitian dan pengembangan, metrologi tetap menjadi relevan dan berguna bagi kehidupan manusia. Masalah ukur mengukur merupakan kebutuhan yang sangat vital sifatnya. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu kegiatan masyarakat memerlukan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor memerlukan bahan bakar minyak (BBM) untuk dapat berjalan atau bekerja dengan baik. Kebutuhan masyarakat akan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) didalam kehidupan sehari-hari setiap tahunnya terus meningkat. Proses penyaluran bahan bakar minyak ke tangki kendaraan bermotor dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang disebut Pompa Ukur BBM. Proses penyaluran bahan bakar minyak ini dihitung dalam satuan volume. Karena berfungsi sebagai alat transaksi antara pengendara kendaraan dengan SPBU, maka Pompa Ukur BBM termasuk Alat Ukur, Takar, Timbang dan 1

2 Perlengkapannya (UTTP) yang wajib tera dan tera ulang. Kegiatan tera dan tera ulang Pompa Ukur BBM dilakukan oleh instansi kemetrologian. Dalam pelaksanaan tera dan tera ulang Pompa Ukur BBM (nozel) menggunakan sebuah bejana ukur kapasitas 10 L. Bejana ukur merupakan salah satu alat ukur volume dan dikategorikan sebagai alat standar (pembanding alat ukur volume lainnya). Bejana ukur standar digunakan mulai menguji dari UTTP volume statis sampai dengan volume dinamis. Bejana ukur juga harus ditera dan ditera ulang setiap tahunnya. Pengujian bejan ukur dapat dilakukan dengan metode gravimetri dan volumetri. Pada OIML R120 Standard Capacity Measure for Testing Measuring System dikatakan bahwa bejana yang memiliki nominal 5 10 20 L merupakan standar measure. Dikarenakan memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, bejana ukur diuji dengan metode gravimetri. Metode gravimetri adalah metode pengujian volume secara tidak langsung menggunakan massa cairan yang ditampung. Dengan mengetahui massa jenis dan massa air, maka volume benda dapat diketahui. Pengujian volume menggunakan metode gravimetri dipengaruhi oleh banyak faktor seperti temperatur udara, temperatur air, bahan dari wadah, timbangan, dan lain-lain. Pada metode gravimetri memerlukan timbangan yang berfungsi sebagai alat penentu massa. Timbangan dapat berupa timbangan elektronik maupun neraca. Pada KEPDJPDN No.23 tentang Syarat Teknis Bejana Ukur, menyebutkan timbangan yang digunakan adalah neraca sama lengan. Namun pada beberapa instansi menggunakan timbangan elektronik dikarenakan lebih cepat dan tidak rumit dibandingkan dengan neraca. Kedua cara pengujian metode gravimetri ini memiliki prosedur dan langkah kerja yang berbeda yang akan meberikan hasil volume yang berbeda yang menyebabkan nilai koreksi juga berbeda. Sehingga hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengambil tugas akhir dengan judul analisis perbandingan hasil pengujian kebenaran bejana ukur standar 10 liter menggunakan neraca dan timbangan elektronik.

3 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam laporan ini adalah : 1. Bagaimana proses pengujian bejana ukur standar kapasitas 10 L metode gravimetri dengan timbangan elektronik dan neraca? 2. Bagaimana volume sebenarnya bejana ukur standar 10 L dari metode gravimetri menggunakan timbangan elektronik dan neraca? 3. Bagaimana tingkat ketelitian (volume koreksi) bejana ukur standar 10 L dari metode gravimetrik menggunakan timbangan elektronik dan neraca? 1.3 Tujuan Tujuan dan manfaat dari penelitian Analisis Perbandingan Hasil Pengujian Kebenaran Bejana Ukur Standar 10 liter menggunakan Neraca dan Timbangan Elektronik ini dapat menjadi informasi untuk semua kalangan, baik sektor industri, instansi, maupun masyarakat umum untuk : 1. Mengetahui proses atau tahap-tahap pengujian bejana ukur standar kapasitas 10 L metode gravimetri dengan timbangan elektronik dan neraca. 2. Mengetahui hasil volume sebenarnya bejana ukur 10 L dari metode gravimetri menggunakan timbangan elektronik dan neraca. 3. Membandingkan tingkat ketelitian (volume koreksi) bejana ukur 10 L dari metode gravimetri menggunakan timbangan elektronik dan neraca. 1.4 Manfaat Penelitian ini memberikan manfaat terkait Tri Dharma Perguruan Tinggi (PT) yaitu : pendidikan dan pengujian (dikjar), penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 1. Memberi pengalaman dan pemahaman penulis tentang pengujian kebenaran bejana ukur standar 10 liter menggunakan neraca dan timbangan elektronik. 2. Memberi pengalaman penulis tentang prosedur penulisan penelitian yang baik dan benar.

4 3. Memberi pengetahuan bagi masyarakat tentang pengujian bejana ukur standar 10 liter yang digunakan dalam pengujian pompa ukur BBM supaya SPBU tidak melakukan kecurangan. 1.5 Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan dalam batasan-batasan : 1. Bejana ukur yang diteliti terbuat dari bahan stainless steel memiliki kapasitas 10 L dengan daya baca 0,5 ml. 2. Bejana Ukur Standar yang digunakan adalah bejana ukur tipe basah. 3. Penelitian menggunakan metode gravimetri dengan timbangan elekronik dan neraca. 4. Timbangan elektronik yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan elektronik merk AND tipe GP 30K kapasitas 31 kg kelas II dengan daya baca 0,1 g. 5. Neraca yang digunakan dalam penelitian adalah neraca sama lengan tipe A dengan kapasitas 75 kg. 6. Acuan yang digunakan adalah OIML R120 tentang standard capacity measure for testing system for liquids othe than water, edisi 1996 (E) dan SK Dirjen PDN No. 23/PDN/KEP/2010 tentang syarat teknik bejana ukur. 7. Nilai yang dicari hanya nilai volume sebenarnya dan volume koreksi. 8. Perhitungan perbedaan volume koreksi hanya mengambil data pada timbangan elektronik kelas II dengan kapasitas 31 kg yang memiliki daya baca 0,1 g, dan neraca tipe A dengan kapasitas 75 kg. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulis yang dilakukan dalam menyusun laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjaun Pustaka

5 Dalam bab ini menjelaskan mengenai beberapa peneletian yang hampir sama dan berhubungan dengan penelitian yang akan dilalukan. Penelitian tersebut adalah penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain dan telah teruji. BAB III Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang konsep-konsep dan teori-teori penunjang yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan yang diambil dari beberapa referensi. BAB IV Proses Pengujian Berisi mengenai langkah-langkah dan metode dalam proses pengujian selama proses pengujian. BAB V Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari data-data yang diperoleh selama proses pengujian serta perhitungan serta membahas data yang didapatkan. BAB VI Penutup Bab ini berisi mengumukakan kesimpulan dari pembahasan yang telah dibahas dan saran yang merupakan tindak lanjut dari kesimpulan yang penulis ambil.