BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

BAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih cukup tinggi (Pintauli dan Taizo, 2008). Penyakit periodontal dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Al Shamrany, 2006). Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi di Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawatan, penyakit ini dapat berlanjut dan terjadi pembentukan poket

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perhatian. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko dan fokal infeksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Bunga Rosella Rosella (Hibiscus sabdariffa) memiliki lebih dari 300 spesies yang tersebar didaerah tropis dan no tropis. Pohon Rosella mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1922.Tanaman ini dapat tumbuh subur terutama pada musim hujan. Saat ini bunga Rosella menjadi begitu popular dikarenakan hampir seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk kebutuhan pengobataan. Rosella (Hibiscus sabdariffa) mempunyai beragam manfaat antara lain sebagai antikanker, antihipertensi, antidiabetes, antikolesterol dan antiplasmodik, dan antibakteri. 7 7,10 berikut : Gambar 2.1 : bunga Rosella 2.1.1 Taksonomi Bunga Rosella Taksonomi bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) diklasifikasikan sebagai 7 Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malvaceales Famili : Malvaceae 7

Genus : Hibiscus Spesies : Hibiscus sabdariffa L. Varietas : Hibicus sabdariffa var. sabdariffa L. Hibiscus sabdariffa var. ultissima Wester Rosella segar mengandung sangat tinggi vitamin C, selain itu Rosella juga kaya akan mineral seperti kalsium, phosphor, potassium dan zat besi yang sangat penting untuk tubuh. 10 Kelopak bunga Rosella sangat berkhasiat sebagai antiinflamasi, antiseptik, antibakteri, astringent, analgetik dan anti kanker, anti oksidan tinggi, menurunkan kolesterol dan asam urat. Kelopak bunga Rosella memiliki khasiat tersebut karena memiliki kandungan bahan aktif, antara lain flavonoid, fenol atau polifenol, asam sitrat, saponin, tannin, anti oksidan seperti gossypeptin, anthocyanin, glucide hibiscin. Flavoid berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme, karena mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen. Fenol atau polifenol berfungsi sebagai antibakteri dengan cara mengubah protein sel dan merusak membran plasma bakteri. Tanin bekerja dengan cara berikatan dengan adhesin mikroba, menghambat produksi enzim oleh mikroba, substrat deprivasi, berikatan dengan dinding sel, menghancurkan membran, kompleksasi ion logam. Saponin merupakan senyawa yang secara alami mengandung glikosida dan bersifat seperti sabun.saponin menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membrane sterol. Efek utama saponin adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel. 16 10 2.2 Plak Plak adalah bakteri biofilm perlekatan yang terbentuk pada jaringan keras dan lunak di dalam rongga mulut. Plak pada gigi merupakan faktor etiologi utama penyakit periodontal, baik dalam tahap inisiasi maupun tahap perkembangannya. 3,4 Plak dalam jumlah yang sedikit tidak dapat dilihat secara langsung, dibutuhkan zat

pewarna disclosing solution untuk melihatnya, sedangkan akumulasi plak yang cukup banyak dapat terlihat berwarna abu - abu atau kekuningan. 2.2.1 Struktur dan Komposisi Plak Gigi Plak gigi dapat diklasifikasikan sebagai plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva ditemukan pada atau di sekitar dan pada margin gingiva. Pembentukan plak supragingiva dipengaruhi oleh saliva dan asupan makanan. Plak subgingiva ditemukan di bawah margin gingiva, diantara gigi dan sulkus gingiva. Plak subgingiva dapat menyebabkan terjadinya periodontitis dan pembentukan poket periodontal. 11 Komposisi plak gigi disusun terutama oleh mikroorganisme. Bakteri yang terkandung dalam 1 gr plak sekitar 2 x 10 11. Bakteri diperkirakan lebih dari 325 spesies yang berbeda di temukan pada plak. Kadang kala dapat ditemukan mikro organisme non-bakteri di dalam plak meliputi spesies Mycoplasma, protozoa, virus dan ragi. Mikroorganisme yang terdapat dalam matriks intraseluler juga mengandung beberapa sel pejamu seperti sel epitelial dan leukosit. Kurang lebih 70 80% plak merupakan bakteri dan sisanya terdiri atas matriks ekstraseluler. Matriks intraseluler yang terdapat pada 20% massa plak, yang mengandung matriks organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkus gingiva dan produk bakteri. Unsur utama dari materi organik adalah polisakarida, protein, glikoprotein dan lemak.karbohidrat yang paling banyak diproduksi oleh bakteri adalah golongan dekstran, golongan levan dan galaktosa. Materi anorganik yang utama adalah kalsium, fosfor, sisa magnesium, natrium, kalium dan fluorida. 11 1,11 11 2.2.2 Mekanisme Terbentuknya Plak a. Pembentukan Pelikel Fase awal dari pembentukan plak adalah pembentukan pelikel pada permukaan gigi. Pada tahap awal ini, pelikel glikoprotein akan membalut permukaan gigi atau restorasi (cekat maupun lepasan). Pelikel tersebut dihasilkan dari saliva dan cairan sulkular, produk sel bakteri dan pejamu serta debris. Pelikel berfungsi sebagai

penghalang protektif, dan akan bertindak sebagai pelumas permukaan serta mencegah pengeringan jaringan. Pelikel juga merupakan substrat kemana bakteri dari sekitarnya akan melekat. 13,19 b. Kolonisasi Awal Bakteri Dalam waktu beberapa jam, bakteri akan dijumpai pada pelikel gigi. Bakteri yang pertama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah Actinomyces dan Streptococcus sanguis. Pengkolonian awal tersebut melekat kepelikel dengan bantuan adhesion, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel gigi. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologi pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri falkutatif gram positif menjadi lingkungan yang memiliki sedikit oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram negatif. 13,19 c. Kolonisasi Sekunder dan Maturasi Plak Pengkoloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai pengkoloni awal kepermukaan gigi bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella leoscheii, spesies Capnocytophaga, Fusobacterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke bakteri yang telah berada dalam massa plak. Proses perlekatannya adalah berupa interaksi stereochemical yang sangat spesifik dari molekul molekul protein dan karbohidrat yang berada pada permukaan bakteri, dan interaksi yang kurang spesifik yang berasal tekanan van der walls. Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder kebakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Koagregasi pengkoloni sekunder ke pengkoloni awal terjadi antara Fusobacterium nucleatum dengan Sterptococcus sanguis, Prevotella loescheii dengan Actinomyces viscsus, dan Capnocytophaga dengan Actinomyces viscosus. Pada stadium akhir pembentukan

plak, yang dominan adalah koagregrasi Porphyromonas gingivalis. 13,19 Fusobacterium nucleatum dengan 2.3 Kontrol Plak Kontrol plak merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: (a) Menyingkirkan dan mencegah pertumbuhan plak dan deposit lunak (materi alba dan debris makanan) pada permukaan gigi dan gingiva sekitarnya. (b) Menstimulasi atau memasase gingiva sehingga terjadi peningkatan tonus gingiva, keratinisasi permukaan, vaskularisasi gingiva dan sirkulasi gingiva. Kontrol plak secara mekanis seperti sikat gigi dan benang gigi merupakan alat bantu untuk menghilangkan plak. Kontrol plak secara mekanis merupakan metode yang sulit dilakukan bagi anak kecil dan orang orang yang kurang terampil. Sebagai akibatnya, plak tidak dapat dihilangkan secara sempurna apabila hanya menggunakan 7,11 metode mekanis. Oleh karena itu, diperlukan metode tambahan yaitu kontrol plak secara kimiawi berupa pasta gigi dan obat kumur. Namun, metode ini hanya sebagai penunjang kontrol plak mekanis karena memiliki kandungan zat aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan menghilangkan plak. 12,21 12,22 2.4 Obat Kumur Obat kumur merupakan bahan kimia yang dapat membunuh mikroorganisme atau menganggu kolonisasi bakteri dipermukaan gigi. Bahan kimia ini efektif sebagai bahan anti plak dan antibakteri. Bahan aktif yang terdapat dalam obat kumur dapat dikelompokkan menjadi bisguanide, senyawa amoniak, senyawa fenol, antiseptik dan ekstrak herbal. 4,21

2.5 Komposisi Obat Kumur Obat kumur umumnya terdiri dari beberapa bahan aktif yang dikombinasikan untuk menjaga kesehatan mulut seperti: 11 a) Humectant seperti sorbitol untuk mencegah kekeringan. b) Surfactant untuk menjaga bahan bahan tetap berada dalam larutan. c) Gliserol sebagai bahan pemanis. d) Flavorings agensebagai bahan perasa. e) Bahan pewarna. f) Air. Beberapa jenis obat kumur seperti klorheksidin, glukonate dan bisbiguanide masih dianggap sebagai bahan yang paling efektif untuk menghilangkan plak. Efek samping yang ditimbulkan oleh bahan-bahan tersebut seperti terbentuknya stain pada gigi, gangguan pengecapan, meningkatkan pembentukan kalkulus supragingiva dan deskuamasi mukosa oral, sehingga mulai banyak dilakukan penelitian untuk mencari bahan lain sebagai alternatif. 14 Saat ini produk natural yang dianggap lebih aman, lebih sehat dan tanpa zat kimia beracun atau bahan sintetik merupakan alasan mulai dikembangkannya penggunaan bahan herbal sebagai bahan utama obat kumur. Sebuah penelitian yang dilakukan Suwandi T tentang potensi antibakteri ekstrak bunga Rosella(Hibiscus sabdariffa) terhadap Streptococcus sanguis, hasil penelitian tersebut menyatakan ekstrak bunga Rosella memiliki efek antibakteri dan dapat menurunkan potensi pertumbuhan biofilm S. sanguis. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ekstrak etanol kelopak bunga Rosella mengandung senyawa fenol, flavonoid, tannin dan saponin yang bersifat sebagai anti bakteri. Uji aktivitas anti bakteri ekstrak etanol kelopak bunga Rosella terhadap bakteri S. sanguis mempunyai nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) yaitu pada konsentrasi 0,78% serta aman dan tidak toksik terhadap sel epitel maupun fibroblast pada pemakaian jangka pendek dan jangka panjang berdasarkan uji toksisitas akut dan uji toksisitas subkronis. 16 6 16

2.6 Kerangka Teori PLak Kontrol plak Mekanis Kimiawi Sikat gigi Pembersih interdental Obat kumur Pasta gigi Ekstrak obat kumur bunga Rosella 0,78% Flavonoid Fenol atau polifenol Tannin Saponin Menghambat pertumbuhan mikroorganisme, karena mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hydrogen Mendenaturasi protein sel dan merusak membran plasma bakteri Mengikat adhesin mikroba, menghambat produksi enzim oleh mikroba, substrat deprivasi, berikatan dengan dinding sel, menghancurkan membran, kompleksasi ion logam Menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membran sterol. Efek utama saponin terhadap bakteri adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel-sel Menghambat perlekatan bakteri utama pembentuk plak pada fase kolonisasi awal bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri

2.7 Kerangka Konsep Obat kumur ekstrak bunga Rosella 0,78% Indeks Plak Loe-Silnees Kondisi higiene oral sampel sebelum penelitian. Pengenceran obat kumur ekstrak bunga Rosella Frekuensi, waktu dan lama 2.8 Hipotesis Penelitian Hipotesis nol: Tidak ada efektifitas obat kumur ekstrak bunga Rosella dalam menghambat pertumbuhan plak. Hipotesis alpa: Ada efektifitas obat kumur ekstrak bunga Rosella dalam menghambat pertumbuhan plak.