EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi (1) (ndaabbo@yahoo.com) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya (2) (rinarudi@ymail.com) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya (3) (heryadiday63@yahoo.co.id) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran, fungsi, dan margin pemasaran, serta mengetahui besarnya farmer s share, dan saluran pemasaran yang paling efisien dalam pemasaran cabai merah di Desa Jayaratu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei pada petani cabai merah di Desa Jayaratu Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya yang dipilih secara purposive sampling, dan snowball sampling untuk penentuan sampel lembaga pemasaran. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013 sampai Juni 2013. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukan terdapat tiga saluran pemasaran cabai merah; Saluran I: petani pedagang pengumpul pedagang besar pedagang pengecer konsumen. Saluran II: petani pedagang besar pedagang pengecer konsumen. Saluran III: petani konsumen. Seluruh lembaga pemasaran yang terlibat melakukan fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Margin saluran pemasaran I sebesar Rp. 11.000, saluran pemasaran II Rp. 7.500. Margin pada saluran III tidak dapat ditentukan, karena saluran ini tidak melibatkan lembaga perantara. Farmer s share pada saluran III mencapai 100 persen, merupakan bagian tertinggi karena pada saluran ini petani menjual cabai merah langsung kepada konsumen. Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang paling efisien jika dilihat dari margin dan biaya pemasaran yang diperoleh, Sementara jika dilihat dari perolehan bagian harga yang diterima oleh petani (farmer s share), saluran III merupakan saluran pemasaran yang paling efisien. Kata kunci: Efisiensi, saluran, cabai. ABSTRACT This research was conducted with the aim of knowing the marketing channels of red chili, marketing functions, and marketing margins, it also aims to determine as well as know the amount of farmer s share, and the most efficient marketing channel in the marketing of red chili in the village of Jayaratu. The method used in this study was survey method at red chili farmers in the village of
Jayaratu, subdistrict of Sariwangi in Tasikmalaya District that selected by purposive sampling, and snowball sampling for the determination of sample marketing agency. The study was conducted in May 2013 to June 2013. The results showed there were three marketing channels of red chili ; Channels I: farmers collector wholesalers retailers consumers. Channels II: farmers wholesalers retailers consumer. Channels III: farmers consumers. Whole the marketing agencies of red chili in this study involved conduct marketing functions, such as exchange function namely buying and selling, physical functions include transport, packing and unloading cargo, and also conduct function consists of activities include supporting sorting, grading, payment, underwriting risk, and to gather market information. Margin of marketing channel I as big as Rp. 11.000, marketing channel II as big as Rp. 7.500. Margin on the marketing channel III can not be determined, because it does not involve channel intermediaries (marketing agency). Farmer s share on marketing channel III reaches 100 percent is the highest share of farmer because at this channel, the red chili farmers sell directly to consumers. Marketing channel II is the most efficient marketing channels if it is seen from the margins and marketing costs were obtained, while when seen from the acquisition of part of the price received by farmers (farmer's share), the third channel is the most efficient marketing channel. Keywords: Efficiency, channel, chili. PENDAHULUAN Hortikultura memiliki peranan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Komoditas hortikultura juga memiliki peranan yang besar bagi perekonomian nasional diantaranya sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sebagai sumber penghasilan, sebagai salah satu penyumbang devisa bagi negara melalui kegiatan ekspor komoditi hortikultura, serta memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Menurut data yang diperoleh dari Ditjen Hortikultura (2012) kontribusi subsektor hortikultura pada PDB berdasarkan harga yang berlaku di Indonesia mencapai Rp. 86.565 milyar. Hal ini menunjukkan peran penting subsektor hortikultura dalam mendukung perekonomian nasional, khususnya dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Ditjen Hortikultura (2008), menyatakan bahwa pemerintah telah menetapkan sepuluh prioritas komoditas hortikultura nasional, salah satunya adalah cabai merah. Cabai merah besar (Capsicum annuum L.) menjadi salah satu komoditi yang menjadi prioritas hortikultura nasional dan banyak mendapat
perhatian karena merupakan komoditi sayuran yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat. Kabupaten Tasikmalaya menjadi salah satu kawasan penanaman cabai cukup besar di Jawa Barat, hal tersebut disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti tanah, cuaca, iklim, dan ketersediaan air sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman cabai. Berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki maka Kabupaten Tasikmalaya mampu menghasilkan produksi cabai lebih banyak dibanding daerah-daerah penghasil cabai lainnya. Daerah penghasil cabai merah di Kabupaten Tasikmalaya salah satunya adalah daerah Sariwangi. Cabai merah yang dihasilkan dari Kecamatan Sariwangi memiliki kualitas yang sangat baik. Desa Jayaratu adalah salah satu Desa di Kecamatan Sariwangi yang memproduksi cabai merah dengan kualitas terbaik. Cabai yang diproduksi oleh petani di Desa Jayaratu setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan. Peningkatan produksi dan permintaan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan keuntungan petani. Selain itu sistem pemasaran yang dilakukan oleh petani juga dapat mempengaruhi pendapatan petani. Petani harus pandai memilih saluran pemasaran yang paling efisien yang akan digunakan untuk memasarkan produknya agar memperoleh pendapatan dan keuntungan yang maksimal. Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa sistem pemasaran cabai merah yang selama ini dilakukan petani selalu menempatkan mereka pada posisi tawar yang lebih rendah, sehingga menyebabkan harga jual di tingkat petani rendah. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, serta margin pemasaran dan bagian harga yang diterima oleh petani (farmer s share) untuk mengetahui saluran pemasaran yang paling efisien pada pemasaran cabai merah di Desa Jayaratu. Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui saluran dan fungsi pemasaran (2) mengetahui besarnya margin pemasaran dan bagian harga yang diterima oleh petani (farmer s share) (3) mengetahui saluran manakah yang paling efisien pada pemasaran cabai merah di Desa Jayaratu.
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode survei. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa Desa Jayaratu Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah penghasil cabai merah dengan kualitas terbaik. Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Kelompok tani Jaya Mukti yang diteliti di Desa Jayaratu memiliki anggota sebanyak 50 orang petani, dari jumlah tersebut diambil petani responden sebanyak lima orang secara purposive sampling. Teknik penentuan sampel terhadap lembaga pemasaran dilakukan dengan menggunakan snowball sampling. Saluran dan fungsi pemasaran dianalisis secara deskrptif, sementara margin pemasaran yang menjadi indikasi efisiensi pemasaran, serta keuntungan yang diperoleh setiap lembaga pemasaran dihitung menggunakan rumus menurut Anwar (1994) sebagai berikut: M = Hp Hb Keterangan : M = Margin pemasaran Hp = Harga penjualan Hb = Harga beli M = M1 Keterangan : M = Margin pemasaran Keuntungan pemasaran yang diperoleh setiap saluran pemasaran dirumuskan sebagai berikut: π = M - Bp Keterangan : π = Keuntungan pemasaran M = Margin pemasaran Bp = Biaya pemasaran Analisis efisiensi pemasaran dilihat dari bagian harga yang diterima produsen dari setiap saluran pemasaran (farmer s share) dihitung dengan menggunakan rumus: M1 = Jumlah margin dalam setiap mata rantai tataniaga Keterangan : FS = P X100% K FS = Farmer s share P = Harga di tingkat petani K = Harga di tingkat konsumen akhir
PEMBAHASAN - Identitas Responden Petani responden di Desa Jayaratu berjumlah lima orang, keadaan umur rata-rata responden petani adalah 47 tahun dengan pendidikan umumnya Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan telah berpengalaman dalam usahatani selama kurang lebih 20 tahun. Keadaan lembaga pemasaran berdasarkan umur, rata-rata lembaga pemasaran berusia 40 tahun, dengan pendidikan umumnya Sekolah Menengah Atas (SMA), dan telah menggeluti usaha ini selama lebih dari 15 tahun. - Saluran Pemasaran Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat tiga saluran pemasaran cabai merah di Desa Jayaratu (Gambar 1). Saluran pemasaran I dimulai dari petani ke pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer, lalu kepada konsumen. Saluran pemasaran II mulai dari petani ke pedagang besar, Pedagang pengecer dan konsumen. Saluran III tidak melibatkan pedagang perantara, karena petani produsen menjual produknya langsung kepada konsumen. Petani/Produsen I Pedagang Pengumpul Pedagang Besar II Pedagang Pengecer III Konsumen Gambar 1. Saluran Pemasaran Cabai Merah di Desa Jayaratu, 2013
Keterangan: : Saluran Pemasaran I : Saluran Pemasaran II : Saluran Pemasaran III Saluran pemasaran I terdiri dari tiga lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pada saluran ini petani menjual cabai merahnya kepada pedagang pengumpul dengan volume cabai merah sebanyak 990 kg. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa petani lebih banyak menjual cabai merah kepada pedagang pengumpul. Saluran pertama ini adalah saluran yang paling panjang dengan melibatkan tiga lembaga pemasaran dan termasuk pada saluran pemasaran tiga tingkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (1990), bahwa saluran pemasaran yang meliputi pedagang pengumpul, pedagang besar dan pengecer adalah saluran pemasaran yang paling panjang dan dikategorikan kedalam pemasaran tiga tingkat. Saluran pemasaran II melibatkan dua lembaga pemasaran sehingga dikategorikan kedalam saluran pemasaran dua tingkat. Kedua lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran ini adalah pedagang besar dan pedagang pengecer. Kotler (1990) menjelaskan saluran pemasaran dua tingkat sebagai saluran yang melibatkan dua lembaga pemasaran yang terdiri dari pedagang besar dan pengecer. Pada saluran kedua ini petani tidak menjual cabai merah kepada pedagang pengumpul, namun menjualnya langsung kepada pedagang besar yang ada di pasar, sehingga saluran pemasaran ini relatif lebih pendek jika dibandingkan dengan saluran pemasaran I. Dari kelima petani cabai merah yang menjadi responden, hanya satu petani yang memilih saluran pemasaran ini, sementara petani responden lainnya lebih memilih saluran pemasaran I dalam memasarkan produknya. Volume cabai merah yang dijual kepada pedagang besar adalah sebanyak 140 kg. Jumlah cabai merah yang dipasarkan oleh pedagang besar ratarata setiap harinya melalui pedagang pengecer adalah sebanyak lima hingga 10 kg. Saluran pemasaran III petani langsung menjual cabai merah kepada konsumen. Saluran ini merupakan saluran pemasaran paling pendek karena tidak
melibatkan lembaga pemasaran. Kotler (1990) menjelaskan bahwa saluran pemasaran yang tidak menggunakan pedagang perantara dikategorikan kedalam saluran pemasaran nol tingkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saluran pemasaran ini, volume cabai merah yang dijual oleh petani relatif kecil, dan tidak semua petani responden memiliki saluran pemasaran ini. Volume cabai merah yang di perdagangkan pada saluran ini hanya sebanyak tiga hingga lima kg. - Fungsi Pemasaran Pada pokoknya, fungsi pemasaran yang dilakukan meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi penunjang. Untuk lebih jelasnya tentang fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran cabai merah di Desa Jayaratu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Lembaga Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran Cabai Merah di Desa Jayaratu Lembaga Pemasaran Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer Fungsi Pemasaran Pertukaran Fisik Penunjang /Fasilitasi Pertukaran Fisik Penunjang / Fasilitasi Pertukaran Fisik Penunjang / Fasilitasi Saluran Pemasaran I - Pembelian - Penjualan - Penyimpanan - Pengemasan - Transportasi - Pengangkutann - Sortasi - Pembayaran - Penanggungan resiko - Informasi pasar - Pembelian - Penjualan - Transportasi - Bongkar muatan - Pengangkutan - Pengemasan - Sortasi - Pembayaran - Penanggungan resiko - Informasi pasar - Pembelian - Penjualan - Pengangkutan - Pengemasan - Sortasi - Pembayaran - Informasi pasar Aktifitas Saluran Pemasaran II - Pembelian - Penjualan - Bongkar muatan - Pengangkutan - Pengemasan - - - - - - - Sortasi - Pembayaran - Penanggungan resiko - Informasi pasar - Pembelian - Penjualan - Pengangkutan - Pengemasan - Sortasi - Pembayaran - Informasi pasar Saluran Pemasaran III - - - - - -
- Margin Pemasaran Margin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dihitung dari hasil pengurangan antara harga penjualan dengan harga pembelian. Semakin rendah margin pemasaran menunjukkan pemasaran yang efisien. Sementara itu margin pada masing-masing saluran pemasaran dianalisis dengan menjumlahkan besarnya margin pada setiap lembaga pemasaran. Hasil penelitian besarnya margin pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran secara rinci tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Rincian Margin Pemasaran Cabai Merah di Desa Jayaratu Saluran Pemasaran Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Nilai (Rp/kg) Nilai (Rp/kg) Nilai (Rp/kg) Pedagang Pengumpul Harga Beli 20.000 - - Harga Jual 23.000 - - Biaya Pemasaran 615 - - Margin Pemasaran 3.000 - - Keuntungan Pemasaran 2.385 - - Pedagang Besar Harga Beli 23.000 23.500 - Harga Jual 25.000 25.000 - Biaya Pemasaran 850 714 - Margin Pemasaran 2.000 1.500 - Keuntungan Pemasaran 1.150 786 - Pedagang Pengecer Harga Beli 25.000 25.000 - Harga Jual 31.000 31.000 - Biaya Pemasaran 518 205 - Margin Pemasaran 6.000 6.000 - Keuntungan Pemasaran 5.482 5.795 - Total Biaya Pemasaran 1.916 919 - Total Margin Pemasaran 11.000 7.500 - Total Keuntungan Pemasaran 9.017 6.581 - Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa saluran Pemasaran I merupakan saluran pemasaran yang memperoleh margin pemasaran paling besar yakni Rp. 11.000 per kg. Margin pemasaran pada saluran II adalah Rp. 7.500 per kg relatif lebih rendah dibandingkan dengan margin pemasaran pada saluran I.
Margin pemasaran pada saluran III tidak diketahui karena pada saluran pemasaran ini tidak ada satupun lembaga perantara yang terlibat karena petani langsung menjual produknya kepada konsumen. Indikator lainnya dalam menganalisis efisiensi pemasaran dapat dilihat dari pengeluaran biaya pemasaran yang ditanggung oleh masing-masing lembaga pemasaran. Biaya yang dikelurkan dalam proses pemasaran cabai merah oleh masing-masing lembaga pemasaran dapat menjadi indikasi efisiensi suatu pemasaran. Tabel 3. Perkembangan Biaya Pemasaran Cabai Merah di Desa Jayaratu Biaya Pemasaran (Rp/kg) No Keterangan Saluran Pemasaran I II III 1. Pedagang Pengumpul 615 - - 2. Pedagang Besar 850 714-3. Pedagang Pengecer 518 205 - Total biaya pemasaran 1.916 919 - Saluran I merupakan saluran dengan pengeluaran biaya yang paling tinggi yakni Rp. 1.916. Saluran pemasaran II hanya melibatkan pedagang besar dan pedagang pengecer, sehingga total biaya pemasaran pada saluran ini relatif lebih rendah dibandingkan pada saluran I yaitu Rp. 919. Tabel 4. Keuntungan Pemasaran Cabai Merah Keuntungan Pemasaran (Rp/kg) No Keterangan Saluran Pemasaran I II III 1. Pedagang Pengumpul 2.385 - - 2. Pedagang Besar 1.150 786-3. Pedagang Pengecer 5.482 5.795 - Total Keuntungan pemasaran 9.017 6.581 - Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa saluran I merupakan saluran pemasaran dengan keuntungan tertinggi yakni Rp. 9.017. Sementara lembaga pemasaran pada saluran pertama yang menikmati keuntungan tertinggi adalah pedagang pengecer sebesar Rp. 5.482 per kg dengan jumlah penjualan sebanyak lima hingga sepuluh kg setiap harinya. Keuntungan yang diperoleh pada saluran II adalah Rp. 6.581. Sama halnya dengan saluran pertama, pada saluran pemasaran kedua ini lembaga yang
memperoleh keuntungan terbesar adalah pedagang pengecer dengan nilai keuntungan sebesar Rp. 5.795 per kg. - Farmer s share Farmer s share merupakan analisis untuk menentukan efisiensi pemasaran. Farmer s share adalah bagian harga yang diterima petani produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk mengetahui besarnya bagian harga yang diterima oleh petani cabai merah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Farmer s share Pada Saluran Pemasaran Cabai Merah di Desa Jayaratu Saluran Pemasaran Harga di Tingkat Petani (Rp/kg) Harga di Tingkat Konsumen (Rp/kg) Farmer s share (%) I 20.000 31.000 64 II 23.500 31.000 75 III 24.000 24.000 100 Saluran I adalah saluran yang memberikan bagian harga terkecil bagi petani yaitu 64 persen. Bagian harga yang diterima petani pada saluran II mencapai 75 persen. Sementara farmer s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran III yakni sebesar 100 persen. - Efisiensi Saluran Pemasaran Soekartawi (1988), menjelaskan bahwa efisiensi pemasaran tidak akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar, dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu efisiensi pemasaran akan terjadi jika biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, tersedianya fasilitas fisik pemasaran, kompetisi pasar yang sehat, serta margin pemasaran rendah. Margin pemasaran dapat dijadikan sebagai indikasi efisiensi pemasaran. Margin pemasaran pada saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah margin pemasaran dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Semakin besar margin pemasaran akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen semakin kecil, hal tersebut mengindikasikan bahwa pemasaran yang dilakukan sangat tidak efisien. Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai nilai margin yang diperoleh pada masing-masing lembaga dan total margin pada setiap
saluran pemasaran dapat diketahui bahwa dari ketiga saluran pemasaran tersebut, nilai margin pemasaran yang paling kecil terdapat pada saluran pemasaran II, maka dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran II adalah saluran pemasaran yang efisien. Disamping itu, biaya pemasaran yang dikeluarkan pada saluran ini relatif lebih rendah dibandingkan biaya pemasaran pada saluran I. Mubyarto (1989), menjelaskan bahwa sistem tataniaga dianggap efisien bila memenuhi dua syarat, salah satunya adalah mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya. Pendapat tersebut menegaskan bahwa besar kecilnya biaya yang dikeluarkan menjadi indikator efisien tidaknya suatu pemasaran. Semakin kecil biaya yang digunakan dalam proses pemasaran, maka menunjukkan pemasaran yang efisien. Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang paling efisien jika dilihat dari perolehan margin dan biaya pemasaran. Saluran pemasaran kedua ini memiliki margin dan biaya pemasaran yang lebih kecil dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Farmer s share merupakan indikator lainnya dalam menentukan efisiensi saluran pemasaran. Farmer s share dapat memperlihatkan saluran manakah yang lebih efisien dari beberapa saluran yang ada. Semakin tinggi nilai farmer s share pada suatu saluran pemasaran mengindikasikan bahwa saluran pemasaran tersebut efisien. Berdasarkan besar kecilnya nilai farmer s share yang diperoleh maka saluran pemasaran III lebih efisien karena bagian harga yang diperoleh petani mencapai 100 persen, namun volume penjualan cabai merah pada saluran tiga ini relatif kecil yaitu berkisar antara tiga sampai lima kg. PENUTUP Kesimpulan: 1) Terdapat tiga saluran pemasaran cabai merah di Desa Jayaratu, yaitu: a. Saluran I: Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen. b. Saluran II : Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen.
c. Saluran III: Petani Konsumen. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat bervariasi, diantaranya meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, serta fungsi penunjang atau fasilitasi. 2) Margin pemasaran saluran I sebesar Rp. 11.000, saluran pemasaran II sebesar Rp. 7.500. Saluran pemasaran III tidak dapat ditentukan margin pemasarannya karena saluran ini tidak menggunakan lembaga perantara untuk memasarkan cabai merah. Saluran pemasaran III memperoleh farmer s share tertinggi yaitu sebesar 100 persen. 3) Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang paling efisien jika dilihat dari margin dan biaya pemasaran yang diperoleh, Sementara jika dilihat dari perolehan bagian harga yang diterima oleh petani (farmer s share), saluran III merupakan saluran pemasaran yang paling efisien. Saran: 1) Petani tidak hanya menyalurkan hasil produksinya kepada pedagang pengumpul saja, tetapi memilih alternatif saluran pemasaran yang dapat memberikan keuntungan paling besar. 2) Memperbaiki fasilitas fisik pemasaran untuk mencapai efisiensi pemasaran. Salah satu infrastruktur yang penting dalam sistem pemasaran adalah jalan dan jembatan sebagai prasarana dalam fungsi pengangkutan. Pada kondisi jalan yang baik distribusi barang lancar, serta dapat meminimalisir resiko. 3) Intervensi pemerintah sangat diperlukan dalam hal permodalan, sehingga para petani cabai merah tidak selalu meminjam modal usaha dari pedagang pengumpul. Petani yang memiliki keterikatan modal pinjaman dengan pengumpul tidak dapat menentukan harga jual produknya, sehingga menyebabkan pendapatan di tingkat petani rendah. Sebaliknya, jika petani tidak memiliki keterikatan modal pinjaman dengan pengumpul, mereka akan dapat menentukan harga jual serta memiliki peluang yang lebih besar melakukan transaksi kemanapun dan dengan siapapun.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, IM. 1994. Dasar-Dasar Marketing. Penerbit Alumni Bandung, Bandung. Badan Pusat Statistik. 2012. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia, 2007-2011, Jakarta Basu Swastha. 1979. Saluran Pemasaran, Edisi ke satu. BPFE UGM, Yogyakarta. Buchari Alma. 1992. Dasar-dasar Bisnis dan Pemasaran. CV Alfabeta, Bandung. Danang Sunyoto. 2012. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran. CAPS, Yogyakarta. Ditjen, Hortikultura. 2008. Membangun Hortikultura Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan. Departemen Pertanian. Kotler, P. 1990. Manajemen Pemasaran Edisi Ke lima Jilid II. Penerbit Erlangga, Jakarta. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ke tiga. LP3ES. Jakarta. Muhamad Syukur, Rahmi Yunianti dan Rahmanyah Dermawan. 2013. Sukses Panen Cabai Tiap Hari. Penebar Swadaya, Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2010. Program Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikutura. Kementrian Pertanian, Jakarta. Redaksi Agromedia,. 2008. Panduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai. PT Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.