BAB I PENDAHULUAN. kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sendirinya. Mereka membutuhkan orang tua dan lingkungan yang kondusif

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Madrasah Ibtida iyyah Miftahul Ulum

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kecerdasan Emosional Siswa SMPN 2 Desa Kelampok Singosari Kabupaten Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang di buat keluarganya dapat mempengaruhi anak begitupun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

PENDAHULUAN. Masa1 usia dini merupakan golden ageperiode, artinya merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakat industri dan nantinya ke masyarakat informasi, dimana untuk

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi berpikir, mengolah data seputar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk jawaban-jawaban

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI DI DESA TANIMULYA KECAMATAN NGAMPRAH KABUPATEN BANDUNG BARAT.

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Pada umumnya kebanyakan

3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari manusia merupakan suatu hal yang menarik. Banyak hal yang tak terduga

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi interaksi diantara para anggotanya. bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perilaku hidup bersih dan sehat yang selanjutnya dalam penilitian ini

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang pengaruh pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan bertanggung jawab, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan atau hambatan akan muncul dan mempengaruhi suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anakanak yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak. (Kartono, 1992, hal. 19) Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orangtua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orangtua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persolan yang amat menarik bagi seorang pendidik dan ibu-ibu yang setiap saat menghadapi anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Mengasuh dan membesarkan anak berarti memelihara kehidupan dan kesehatannya serta mendidiknya 1

2 dengan penuh ketulusan dan cinta kasih. Harapan setiap orang tua adalah memiliki anak yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah, sehingga orang tua harus memberikan cara yang tepat dalam memberikan pengasuhan, memelihara, membimbing, dan mendidik anak, karena perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, cara berpikir, bahkan kecerdasan anak baik kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, maupun kecerdasan emosional. Suasana emosional di dalam rumah, dapat sangat merangsang perkembangan otak anak yang sedang tumbuh dan mengembangkan kemampuan mentalnya. Sebaliknya, suasana tersebut bisa memperlambat perkembangan otak. Joan Beck dalam bukunya. Asih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak Agar Cerdas. Mengungkapkan banyak proyek riset jangka lama menunjukkan bahwa intelegensi anak akan berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, bila sikap di rumah terhadap anak hangat dan demokratis daripada dingin dan otoritas. (Beck, 1992, hal. 50) Dalam kehidupan sehari-hari setiap orangtua mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan pengasuhan kepada anaknya, tergantung status sosial, budaya tempat tinggal, serta latar belakang pekerjaan orang tua. Dan pasti ada kelebihan dan kekurangan dalam setiap pola asuh. Di bawah ini merupakan beberapa pola asuh: 1. Pola asuh otoriter, pola ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi.

3 2. Pola asuh demokratik, pola ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya. 3. Pola asuh permisif, pola asuhan ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berprilaku sesuai dengan keinginannya. 4. Pola asuhan dengan ancaman, ancaman atau peringatan yang dengan keras diberikan pada anak akan dirasa sebagai tantangan terhadap otonomi dan pribadinya. Ia akan melanggarnya untuk menunjukkan bahwa ia mempunyai harga diri. (Yatim-Irwanto, 1991, hal. 94) Sedangkan Markum menggolongkan pola asuh orang tua terhadap anak menjadi tiga: Pertama pola asuh otoriter yaitu orang tua sangat menanamkan disiplin dan menuntut prestasi yang tinggi pada anaknya. Tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk berpendapat, sekaligus menomorduakan kebutuhannya. Kedua pola asuh permisif yaitu orang tua bersikap demokratis dan penuh kasih sayang. Namun, kendali orang tua dan tuntutan berprestasi rendah. Anak dibiarkan berbuat sesukanya tanpa ada tanggung jawab dan beban. Ketiga, pola asuh demokratis yaitu orang tua menuntut prestasi tinggi, tapi dibarengi sikap demokratis dan kasih sayang tinggi pula. Pola asuh ini kuat dalam kontrol dan pengawasan, tetapi tetap memberi tempat untuk anak berpendapat. (Markum, 1999, hal. 85) Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, penulis hanya akan mengemukakan tiga macam saja, yaitu pola asuh otoriter, permisif, dan demokratis. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pembahasan menjadi lebih terfokus dan jelas.

4 Kesuksesan seseorang tidak hanya dilihat dari kecerdasan intelektualnya (IQ). Namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat mengelola emosionalnya. Yang selanjutnya dikenal dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional atau dikenal dengan istilah emotional intellegent (EI) adalah kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain di sekitarnya. Kecerdasan emosional tidak bertabrakan dengan kecerdasan intelektual karena masing-masing hal tersebut mempunyai wilayah yang berbeda. Kecerdasan intelektual umumnya berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis, dan diasosiasikan dengan otak kiri. Sementara, kecerdasan emosional lebih banyak berhubungan dengan perasaan dan emosi yang diasosiasikan dengan otak kanan. Menurut Suharsono, Inteligensi emosional adalah kemampuan untuk melihat, mengamati, mengenali bahkan mempertanyakan tentang diri sendiri: who am I? Jika anak-anak dalam usia yang relatif dini sudah bertanya kepada orang tuanya, berkenaan dengan dirinya sendiri, bagaimana saat bayi, mulai berjalan, apa kesukaannya dan berbicara tentang rencana dan keinginannya hal itu menandakan kecerdasan emosional yang dimilikinya. (Suharsono, 2005, hal. 114) Menurut Salovey (Goleman, 2004, hal. 58-59) menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki lima unsur kemampuan yaitu:

5 1. Mampu mengenali emosi diri sendiri 2. Mampu mengelola emosi 3. Mampu memotivasi diri sendiri 4. Mampu mengenali emosi orang lain 5. Mampu membina hubungan baik dengan orang lain. Menurut Agoes keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan kecerdasan emosional. Para ahli mengemukakan bahwa pola asuh orangtua amat mempengaruhi kepribadian anak dan prilaku anak. (Dariyo, 2004, hal. 97) Maka dari itu dimana dalam setiap keluarga ada pola asuh yang diterapkan kepada anaknya sehingga dapat mempengaruhi kecerdasan emosionalnya. Dan dari sini kita dapat mengetahui bahwa kecerdasan emosional pertama kali dibentuk itu dalam keluarga. Karena Orang tua merupakan modelling bagi anak. Hal tersebut sesuai dengan Zakiyah darajat yang mengungkapkan bahwa hubungan orang tua terhadap pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang, akan membawa kepada pembinaan pribadi yang tenang dan mudah dididik, karena mendapatkan kesempatan yang cukup baik untuk tumbuh dan berkembang. Tapi hubungan orangtua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan akan membawa anak pada pertumbuhan yang sukar dan tidak mudah dibentuk. (Darajad, 1996, hal. 56)

6 Penelitian terdahulu tentang pola asuh oleh (Bety Bea Septiara:2008) di TK ABA Musholla Kotagede Kota Yogyakarta menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pola asuh orangtua dan kecerdasan emosional(eq) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun), dengan hasil uj korelasi sebesar 0,472. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pola asuh orangtua di TK ABA Musholla Kotagede Kota Yogyakarta ini menerapkan berbagai macam pola asuh. Rata-rata orangtua menggunakan pola asuh demokratis, dan dari penerapan pola asuh demokratis menghasilkan 3 macam kecerdasan emosi. Penelitian terdahulu tentang perkembangan emosi oleh (Novi Puspita Anggraini: 2010) di TK Surya Buana Merjosari Malang, menunjukkan bahwa pola asuh (otoriter, demokratis, dan permisif) orangtua berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak dengan nilai Fhit lebih besar dari Ftab (75.741 2.33). MI (Madrasah Ibtida iyah) Miftahul Ulum merupakan salah satu jenjang pendidikan Sekolah Dasar di Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. Saat ini pada tahun ajaran 2011/2012. Madrasah Ibtida iyah ini memiliki siswa sebanyak 65 orang. Dari observasi yang telah peneliti lakukan sebelumnya, diketahui bahwa para siswa-siswi memiliki kecerdasan emosional yang beragam. Misalnya, ada siswa yang memiliki banyak sekali teman dan ada juga yang tidak punya teman atau dijauhi. Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh kecerdasan emosional yang dimiliki

7 masing-masing anak, ada kalanya anak itu mudah sekali bergaul dan ada juga yang sulit bergaul, dan beragam pula tingkat motivasi yang ada dalam diri anak. ini juga dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan oleh para orangtua kepada anak sejak dia masih usia dini. Dengan demikian sangat perlu untuk diteliti seperti dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa kecerdasan emosional itu harus ditanamkan sejak dini. Hal tersebut tentunya sangat penting untuk diteliti, sehingga peneliti mengambil tema Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Kecerdasan Emosional Siswa di MI Miftahul Ulum Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana jenis pola asuh orang tua siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012? 2. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012? 3. Apakah ada Pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012?

8 C. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana jenis pola asuh orang tua siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012? 2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012? 3. Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa-siswi di MI Miftahul Ulum Payaman Solokuro Lamongan Tahun Pelajaran 2011-2012? D. Manfaat 1. Secara Teoritis a. Bagi Peneliti: merupakan pengalaman, dan wawasan yang luar biasa mengenai pengetahuan tentang pola asuh dan kecerdasan emosional b. Bagi guru: sebagai tambahan acuan dalam memberikan bimbingan pada siswa terutama tentang kecerdasan emosional c. Bagi orang tua: sebagai sumbangan informasi agar memilih pola asuh yang efektif untuk diterapkan pada anaknya 2. Secara Praktis Bagi keilmuan: diharapkan dapat emanmbah wawasan dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan sebagi sumber referensi bagi mahasiswa.