9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan memegang peranan sangat penting dalam bidang perekonomian seiring dengan fungsinya sebagai penyalur dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank sebagai penyedia permodalan dan juga sebagai perantara keuangan, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional serta pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sistem keuanganya, dan lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara 1 Mengingat sangat pentingnya peranan Bank di Indonesia saat ini, maka kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan harus tetap dijaga, Oleh karena itu, menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya UU Perbankan) bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank, sesuai dengan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas management, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melaksanakan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. 2 Kredit menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan atas kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Kencana, Jakarta, 2011), hal.7. 2 5Sulistyandari, Hukum Perbankan Perlindungan Hukum Terhadap Penyimpanan Melalui Pengawasan Perbankan Di Indonesia, (Laras, Sidoarjo, 2012), hal. 292.
10 mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian kredit berasal dari bahasa Yunani credere artinya percaya. Kredit merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang, apabila debitur yang tidak dapat membayar lunas hutang setelah jangka waktunya habis adalah wanprestasi. Wanprestasi atau cidera janji berarti tidak terlaksananya perjanjian karena kesalahan pihak debitur dapat terjadi dalam beberapa bentuk, yaitu: tidak berprestasi sama sekali atau berprestasi tapi tidak bermanfaat lagi atau tidak dapat diperbaiki, terlambat memenuhi prestasi, memenuhi prestasi secara tidak baik atau tidak sebagaimana mestinya dan melakukan sesuatu namun menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. 3 Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya harus dapat memberikan perlindungan hukum bagi pemberi dan penerima kredit. Agar pihak yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan dapat memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. Karena dalam perjanjian kredit biasanya diikuti dengan perjanjian jaminan maka perjanjian kredit sifatnya pokok sedangkan perjanjian jaminan bersifat ikutan atau assesoir artinya ada dan berakhirnya perjanjian jaminan tergantung dari perjanjian pokok. Perjanjian kredit biasanya pihak-pihak telah memperjanjikan dengan tegas bahwa apabila debitur wanprestasi, maka kreditur berhak mengambil sebagian 3 Handri Raharjo. Hukum Perjanjian di Indonesia. (Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009), hal 80-81.
11 atau seluruh hasil penjualan harta jaminan tersebut sebagai pelunasan utang debitur. 4 Ketentuan tentang hypotheek dan credietverband sudah tidak sesuai dengan asas-asas hukum tanah nasional dan dalam kenyataannyapun tidak dapat menampung perkembangan yang terjadi dalam bidang perkreditan dan hak jaminan sebagai akibat dari pesatnya kemajuan pembangunan ekonomi sehingga peraturan perundang-undangan tersebut dirasa kurang memberikan jaminan kepastian hukum dalam kegiatan perkreditan, 5 maka lahirlah undang-undang yang mengatur hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Sebelum lahirnya Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (selanjutnya disebut UUHT) ini masih menggunakan peraturan yang lama sebagaimana disebutkan dalam Pasal 57 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, (selanjutnya disebut UUPA) bahwa selama undang-undang mengenai Hak Tanggungan sebagaimana dikehendaki dalam Pasal 51 belum terbentuk, maka yang berlaku adalah ketentuan mengenai hypotheek dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) dan credietverband dalam Staatsblad 1908-542 sebagai yang telah diubah dengan Staatsblad 1937-190. 6 Sehubungan dengan hal tersebut dalam hukum perdata dikenal dua jenis hak kebendaan berdasarkan sifatnya, yaitu hak kebendaan yang memberikan kenikmatan dan hak kebendaan yang memberikan jaminan. Hak kebendaan yang 4 Soewarso Indrawati,, Aspek Hukum Jaminan Kredit, (Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 2002), hal 8. 5 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Penjelasan Umum angka 2. 6 Ibid.
12 bersifat memberi jaminan ini senantiasa tertuju pada benda orang lain, baik benda bergerak atau tidak bergerak. 7 Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam perjanjian dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut. Hak tanggungan wajib didaftarkan pada kantor pertanahan. Pendaftaran tersebut dilakukan selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah penandatanganan akta pemberian hak tanggungan (selanjutnya disebut APHT). Jaminan kebendaan mempunyai posisi paling penting dan strategis dalam penyaluran kredit bank. Jaminan kebendaan jaminan (collateral) yang paling banyak diminta oleh bank adalah berupa tanah karena secara ekonomi tanah mempunyai prospek yang menguntungkan. Jaminan yang oleh lembaga perbankan dianggap paling efektif dan aman adalah tanah dengan jaminan hak tanggungan. Perspektif tersebut didasari oleh adanya kemudahan dalam mengidentifikasi objek hak tanggungan, serta jelas dan pasti dalam eksekusinya. Perspektif yang lain bahwa hutang yang dijamin dengan hak tanggungan harus dibayar terlebih dahulu dari tagihan lainnya dengan uang hasil pelelangan tanah yang menjadi objek hak tanggungan. Pertimbangan lain karena sertifikat hak tanggungan mempunyai title eksekutorial, dan yang lebih penting adalah hak tanggungan telah diatur dalam undang-undang, serta harga dari tanah yang menjadi objek hak tanggungan cenderung terus meningkat. Dalam perbankan, perjanjian kredit yang tidak diikuti 7 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata, Hukum Benda, (Liberty, Yogjakarta, 2000), hal. 96
13 dengan perjanjian hak tanggungan akan mempunyai risiko yang tinggi terhadap bank itu sendiri (kreditur). Kreditur pemegang hak tanggungan merupakan kreditur separatis yang mempunyai preferensi terhadap hak tanggungan yang dipegangnya. Dalam perjanjian hak tanggungan disebutkan bahwa apabila debitur wanprestasi, kreditur dengan kekuasaan sendiri dapat menjual objek hak tanggungan, sebagai salah satu ciri danpreferensi hak tanggungan dan merupakan perwujudan dari asas droit de preference. Asas ini berlaku bagi. hipotik yang telah digantikan oleh hak tanggungan sepanjang yang menyangkut tanah. 8 Konsep hak-hak atas tanah yang tedapat dalam hukum agraria nasional membagi hak-hak atas tanah dalam dua bentuk : 1. Hak primer yaitu hak yang bersumber langsung pada hak bangsa Indonesia yang dapat dimiliki atau dikuasai secara langsung oleh seseorang atau badan hukum seperti Hak Milik (HM), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU), dan Hak Pakai (HP). 2. Hak sekunder yaitu hak-hak atas tanah yang bersifat sementara seperti hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, dan hak menyewa atas tanah pertanian. 9 Berbagai macam hak atas tanah tersebut, hak milik merupakan satusatunya hak primer yang mempunyai kedudukan paling kuat dibandingkan dengan hak-hak yang lainnya. Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUPA yang berbunyi: Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat, terpenuh, yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6. Turun 8 Sultan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan Asas-asas. Ketentuan-ketentuan Pokok dan Masalah Yang dihadapi oleh Perbankan. (Alumni, Bandung,1999), hal. 17. 9 Rinto Manulang, Segala Hal Tentang Tanah Rumah dan Perizinannya, (Buku Pintar,Suka Buku, Yogyakarta, 2011), hal 11.
14 Temurun artinya hak milik atas tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya masih hidup dan bila pemiliknya meninggal dunia, maka hak miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya sepanjang memenuhi syarat sebagai subjek hak milik. Terkuat artinya hak milik atas tanah lebih kuat dibandingkan dengan hak atas tanah yang lainnya, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan dari gangguan pihak lainnya dan tidak mudah hapus. Para pihak yang ada dalam pembebanan hak tanggungan adalah pemberi hak tanggungan dan penerima hak tanggungan. Pemberi hak tanggungan adalah orang yang berhutang sedangkan penerima hak tanggungan adalah pihak yang berpiutang. Pembebanan hak tanggungan harus dilakukan oleh orang yang berwenang terhadap objek hak tanggungan yang dijaminkan. Pasal 8 ayat (1) UUHT menyatakan bahwa pemberi hak tanggungan adalah orang perorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan yang bersangkutan. Hal tersebut sejalan dengan amanat UUPA, khususnya Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa hak-hak atas tanah ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi. Wewenang untuk mempergunakan tanah tersebut, termasuk untuk menggunakan tanah sebagai jaminan utang, dibuktikan dengan adanya suatu tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat yang termaktub dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA.
15 Surat tanda bukti hak tersebut dikenal dengan nama sertifikat Pasal 1 butir 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Sertifikat memuat data fisik dan data yuridis tanah yang bersangkutan. Salah satu isinya adalah nama pemegang hak atas tanah. Nama yang tercantum dalam data yuridis dalam sertifikat tersebut merupakan pemegang hak atas tanah dan ia berwenang atas tanah tersebut. Kewenangan ini penting untuk memberikan perlindungan hukum bagi pihak kreditur (penerima hak tanggungan). Kreditur mendapatkan kepastian hukum atas objek yang dijaminkan apabila di kemudian hari debitur (pemberi hak tanggungan) wanprestasi. Ketika debitur wanprestasi, maka pihak kreditur dapat mengeksekusi objek jaminan tanpa hambatan karena debitur memang berwenang atas objek yang bersangkutan. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dinyatakan bahwa pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Terpenuh artinya hak milik atas tanah memberi wewenang kepada pemiliknya lebih luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain, dapat menjadi induk bagi hak atas tanah yang lain, dan penggunaan tanahnya lebih luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain. 10 10 Urip Santoso., Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, (Prenada Media Group, Jakarta 2010), hal 90-91.
16 Bank hanya akan mengabulkan permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah jika ada suatu keyakinan akan kepastian debitur dapat mengembalikan kreditnya. Keyakinan dapat diperoleh bank selaku kreditur dengan menerapkan prinsip kehati-hatian sesuai ketentuan Pasal 2 UU Perbankan. Salah satu yang mendapat penilaian secara seksama oleh bank sebelum memberikan kredit adalah jaminan. Oleh karenanya dalam kegiatan kredit perbankan, dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan utang oleh peminjam (debitur) kepada pihak pemberi pinjaman (kreditur) yang dalam hal ini adalah bank. Kewajiban pemberian jaminan sejalan dengan prinsip jaminan umum sebagaimana ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata, bahwa harta debitur sepenuhnya merupakan jaminan atas utangnya. Dengan ketentuan ini, maka kreditur akan dapat menuntut pelunasan utang pihak peminjam dari semua harta bersangkutan termasuk harta yang masih akan dimilikinya. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka merasa tertarik memilih judul Kedudukan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik Jika Terjadi Wanprestasi (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan). B. Permasalahan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang dipasang hak
17 tanggungan jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan? 3. Bagaimana penyelesaian perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang dipasang hak tanggungan jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan 2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang dipasang hak tanggungan jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan 3. Untuk mengetahui penyelesaian perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang dipasang hak tanggungan jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan. D. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan skripsi ini adalah: 1. Manfaat teoretis Diharapkan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum perdata dan jaminan sehingga dapat memberikan bahan, masukan serta referensi bagi penelitian yang dilakukan selanjutnya.
18 2. Manfaat praktis. Diharapkan dapat mengetahui permasalahan atau kendala-kendala yang dihadapi dan cara mengatasi penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit menggunakan Hak Tanggungan di PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan. E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian empiris yang mengacu pada perumusan masalah dan ditinjau dari tujuan penelitian hukum yaitu menggunakan jenis penelitian normatif dan empiris. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, di mana penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dipandang dari sisi normatifnya. 11 Penelitian hukum empiris merupakan penelitian yang menggunakan data primer sebagai data utama, dimana harus melakukan penelitian kelapangan (field research). 12 2. Sifat penelitiaan Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atas gejala-gejala lain dan maksud penelitian bersifat kualitatif. 13 Penelitian deskriptif, karena ingin menggambarkan sejelas mungkin mengenai Kedudukan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik Jika Terjadi Wanprestasi. 11 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta:UI-Press, 2010), hal 9 12 Ibid., hal 9 13 Ibid., hal 10
19 3. Sumber data Bahan atau materi yang dipakai dalam skripsi ini diperoleh melalui penelitian kepustakaan. Dari hasil penelitian kepustakaan diperoleh data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam konteks ini, data sekunder mempunyai peranan, yakni melalui data sekunder tersebut akan tergambar penerapan peraturan perundang-undangan tentang jaminan. Penelitian yuridis normatif dan empiris lebih menekankan pada data sekunder atau data kepustakaan dan lapangan yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan berupa Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. b. Bahan hukum skunder berupa bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, terdiri dari buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah hasil penelitian para ahli. c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.
20 4. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara kepada Pimpinan PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan yaitu melalui wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti serta studi kepustakaan untuk mendapatkan data-data sekunder. Peneliti mengumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti untuk kemudian diklarifikasi dan dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tujuan dan permasalahan yang ada. 5. Teknis analisis data Setelah data terkumpul secara lengkap, maka tahap selanjutnya adalah analisis data. Seluruh data yang terkumpul diolah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu kesimpulan. Mengingat data yang ada sifatnya beragam, maka teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang telah diperoleh, kemudian dihubungkan dengan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kemudian dicari pemecahannya dengan cara menganalisa, yang pada akhirnya akan dicapai kesimpulan untuk menentukan hasilnya. F. Keaslian Penulisan Keaslian penelitian skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan judul dari skripsi penulis, ditambah sumber riset dari lapangan di PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan. Dalam kesempatan ini akan dibahas
21 tentang Kedudukan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik Jika Terjadi Wanprestasi (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan). Adapun judul-judul yang ada diperpustakaan antara lain : Saddam Yafizham Lubis, (2014) NIM 090200273 dengan judul penelitian (Penyelesaian Kredit Macet dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Sebab-Sebab Timbulnya Kredit Macet Pada bank Tabungan Negara Cabang Medan. Upaya Penyelesaian Kredit Macet Dalam PerjanjianKredit Pemilikan Rumah Pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan. Inka Fitra Donna Rambe, (2013) NIM 090200278, dengan judul Aspek Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Hak Milik Rumah (Studi Pada PT.Bank Rakyat Indonesia,Tbk Unit Titi Kuning Cabang Medan). Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Akibat Hukum terhadap jaminan hak milik rumah jika debitur meninggal dunia dan Eksekusi terhadap jaminan hak milik rumah, apabila debitur wanprestasi. Berkenaan dengan penulisan ini yang ditekankan yaitu bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang dipasang hak tanggungan jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan serta Bagaimana penyelesaian perjanjian kredit
22 dengan jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang dipasang hak tanggungan jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan. Penulisan ini disusun berkaitan dengan hukum perdata, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan serta Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Kedudukan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Sertifikat Hak Milik Jika Terjadi Wanprestasi. G. Sistematika Penulisan Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam lima bab yang masingmasing bab terdiri dari sub bab yang dikembangkan jika memerlukan pembahasan yang lebih terperinci. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran umum yang menguraikan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT Bab ini berisikan mengenai perjanjian kredit, asas-asas perjanjian kredit, syarat-syarat sah perjanjian kredit dan berakhirnya perjanjian kredit. BAB III JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH Bab ini berisikan mengenai tinjauan umum tentang jaminan yang berisikan pengertian jaminan, objek jaminan dan jenis-jenis jaminan serta tinjauan umum tentang sertifikat hak milik yang
23 berisikan pengertian dan dasar hukum sertifikat hak milik, jenis sertifikat, sertifikat sebagai jaminan dan hak tanggungan BAB IV KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK JIKA TERJADI WANPRESTASI (STUDI PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA, SKK CABANG MEDAN). Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang membahas mengenai pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan. Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang dipasang hak tanggungan jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan dan penyelesaian perjanjian kredit dengan jaminan sertifikat hak milik atas tanah yang dipasang hak tanggungan jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, SKK Cabang Medan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini menguraikan mengenai simpulan yang dapat diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan dan proses meneliti, serta saran-saran yang dapat dikemukakan yang terkait dengan bahasan penulisan hukum ini.