BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: log total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu : perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Edy Suwito dan Arleen Herawaty, 2005: 138). Terkait dengan tingkat kepercayaan kreditur pada perusahaanperusahaan besar. Perusahaan besar yang ternama akan memudahkan kreditur untuk melakukan konfirmasi dan penjaminan atas kewajibankewajibannya. Sehingga perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk mendapatkan dana pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Net profit margin adalah rasio yang menunjukkan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini semakin buruk, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba semakin rendah. 1
2 Cara mengukur rasio ini adalah dengan membagi laba bersih dengan penjualan bersih (Arief, 2009 : 80). Jika profit margin suatu perusahaan lebih rendah dari rata-rata industrinya, hal itu dapat disebabkan oleh harga jual perusahaan yang lebih rendah daripada perusahaan pesaing, atau harga pokok penjualan lebih tinggi daripada harga pokok penjualan perusahaan pesaing. Besarnya presentase keuntungan baik laba kotor maupun laba bersih bergantung pada jenis usaha perusahaan dan ukuran perusahaan. Jenis perusahaan perdagangan biasanya mempunyai presentase laba yang lebih kecil jika dibandingkan dengan presentase laba perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan oleh faktor risiko. Perusahaan perdagangan mempunyai risiko yang lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Perusahaan yang besar cenderung memperoleh laba bersih yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar yang memiliki pangsa pasar yang lebih luas daripada pangsa pasar perusahaan kecil. Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Ahmad, 2010 : 138). Stuktur modal dapat diukur dengan cara membandingkan jumlah utang dengan jumlah modal yang dimiliki. Struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sumber pendanaan bagi suatu perusahaan berasal dari dua sumber, yaitu sumber eksternal atau pinjaman yang berasal dari kreditur. Sedangkan sumber yang
3 satunya berasal dari internal atau modal sendiri yaitu berasal dari pemilik perusahaan. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga.. Biaya modal perusahaan adalah rata-rata tertimbang pengembalian yang diminta oleh investor utang maupun ekuitas (Brealeys, Myers and Marcus, 2007 : 357). Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa deviden. Perusahaan akan memilih sumber dana yang paling rendah biayanya di antara berbagai alternatif sumber dana yang tersedia. Komposisi hutang dan ekuitas yang tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya. Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat melaksanakan aktivitasnya. Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya selalu berupaya untuk menjaga keseimbangan finansialnya. Menurut Brigham (2006 : 457) terkait dengan struktur modal yaitu : Penentuan struktur modal merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Keputusan yang diambil oleh manajemen dalam pencarian sumber dana tersebut sangat dipengaruhi oleh para pemilik/ pemegang saham. Sesuai dengan tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham, maka setiap kebijakan yang akan diambil oleh pihak manajemen selalu dipengaruhi oleh keinginan para pemegang saham. Penelitian mengenai ukuran perusahaan, net profit margin, dan struktur modal telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang terdahulu. Marwan Effendy, Tarida Marlin, dan Mumun Mulyana melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Modal Terhadap Resiko Keuangan Perusahaan
4 dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dari tahun 1994-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kurang erat antara Debt Ratio dengan EPS. Arah hubungan yang negatif menunjukkan semakin besar Debt Ratio akan membuat EPS cenderung menguat dan begitupun sebaliknya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap resiko keuangan. Khaira Amalia Fachrudin juga telah melakukan penelitian tentang struktur modal dengan judul Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan dengan menggunakan data laporan keuangan dari 42 perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap agency cost. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agency cost. Secara simultan stuktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan utang meningkatkan beban, namun tidak signifikan meningkatkan kinerja. Manajemen perusahaan melakukan analisis dari berbagai faktor yang mempengaruhi, baik yang mempengaruhi struktur modal maupun yang mempengaruhi biaya modal. Kemudian menentukan target struktur modal yang optimal. Tentu saja target ini bisa berubah-ubah sesuai dengan perubahan kondisi ekonomi, karena perubahan kondisi ekonomi akan mempengaruhi komposisi struktur modal. Tetapi pihak manajemen perusahaan selalu menginginkan bahwa target struktur modal optimal yang sudah ditentukan dapat tercapai.
5 Namun, pada tahun 2008 terjadi krisis global yang memberikan dampak yang cukup besar terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak terkecuali perusahaan industri sub sektor semen. Selain itu, melihat harga saham sektor semen pada akhir tahun 2011 yang mengalami penurunan. Berubahnya harga saham akan mempengaruhi return saham, yaitu semakin tinggi harga saham berarti semakin meningkat return yang diperoleh investor, begitu pun sebaliknya semakin rendah harga saham berarti semakin menurun return yang diperoleh investor. Dalam kasus ini, harga saham cenderung mengalami penurunan, begitu pula penjualan perusahaan. Ketika penjualan perusahaan menurun, para investor tidak akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, yang berujung dengan penurunan harga saham dan return saham. Jika terjadi seperti itu, maka manajemen perusahaan biasanya melakukan pinjaman jangka panjang. Untuk mendapatkan pinjaman jangka panjang dari kreditur, perusahaan harus dapat meyakinkan kreditur bahwa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya. Karena kreditor biasanya mempertimbangkan dengan melihat seberapa besar perusahaan yang ingin melakukan peminjaman dan seberapa banyak laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan setiap tahunnya melalui laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian manajemen perusahaan harus membuat suatu keputusan yang mengharuskan perusahaan untuk memilih struktur modal yang dapat memaksimumkan harga saham perusahaan. Struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risk dan return sehingga
6 memaksimalkan harga saham adalah struktur modal yang optimal (Farah, 2011 : 112). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI SEMEN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA. Dimana struktur modal dapat memberikan acuan untuk perkembangan perusahaan yang berkelanjutan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis ingin mengangkat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan industri semen yang go public? 2. Apakah terdapat pengaruh net profit margin terhadap struktur modal pada perusahaan industri semen yang go public? 3. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara ukuran perusahaan dan net profit margin terhadap struktur modal pada perusahaan industri semen yang go public?
7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk memahami adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan industri semen yang go public. 2. Untuk memahami adanya pengaruh net profit margim terhadap struktur modal pada perusahaan industri semen yang go public. 3. Untuk memahami adanya pengaruh secara simultan antara ukuran perusahaan dan net profit margin terhadap struktur modal pada perusahaan industri semen yang go public. Penulis melakukan penelitian ini dengan kegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis Penulis mengharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap bidang studi Akuntansi, terutama mahasiswa dalam menganalisis struktur modal di perusahaan khususnya industri semen yang go public di Bursa Efek Indonesia. 2. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian yang dilakukan dapat digunakan untuk kepentingankepentingan praktis yang berguna untuk manajemen perusahaan dimana penelitian dilakukan, yaitu sebagai pengetahuan tentang analisis struktur modal sebagai acuan bagi perusahaan untuk dapat semakin berkembang.