1 BAB I PENDAHULUAN. setiap sektor bisnis. Di dalam menghadapi persaingan tersebut maka, suatu perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS RELATIF DAN ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

Yth. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota se-jawa Barat. Disampaikan dengan hormat, terima kasih. T April 2017 antor Wilayaha

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB IV REGULASI UPAH MINIMUM SEKTOR PERKEBUNAN (UMSP) DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

Draft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,

BERITA RESMI STATISTIK

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Ada yang berpendapat bahwa manajemen adalah seni atau ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

1. COOPERATIVE FAIR KE-1

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

KATA PENGANTAR Drs. Helmizar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sistem penjualan, sistem pembelian, sistem persediaan bahan baku, sistem

BAB IV GAMBARAN UMUM

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. UU RI No.20 pasal 51 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

UPAH MINIMUM KABUPATEN CIREBON

Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PERTEMUAN ADINKES PROVINSI JAWA BARAT. Bandung, 10 Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan kegiatan operasi perusahaan diperlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur penggajian yang ditetapkan. pemotongan gaji dan pembayaran gaji yang salah. Hal tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan dapat mengembangkan usahanya. Dalam persaingan yang sangat ketat di

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-

LAPORAN KETUA PENTAS PAI III TINGKAT PROPINSI JAWA BARAT SOREANG, APRIL 2011

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan, sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian di Indonesia sedang berkembang, ditandai dengan persaingan sengit di setiap sektor bisnis. Di dalam menghadapi persaingan tersebut maka, suatu perusahaan berusaha untuk mempertahankan sekaligus mengembangkan bisnis mereka. Pada dasarnya, tujuan utama setiap perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah, baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan ataupun perindustrian, cenderung untuk mendapatkan laba sehingga dapat mengembangkan perusahaannya menjadi perusahaan yang lebih besar. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dan sasaran, setiap perusahaan dituntut untuk memiliki suatu sistem pengendalian intern yang baik. Dalam melaksanakan kegiatan operasi perusahaan diperlukan adanya manajemen perusahaan yang baik dengan ditunjang oleh personil yang berkualitas agar dapat berkarya secara efisien (Liusnardo 2010). Hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah sumber daya. Sumber daya tersebut dapat berupa modal, bahan baku, informasi, teknologi, dan juga sumber daya manusia. Sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan. Sumber daya manusia dalam hal ini adalah salah satu faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan yang akan menjalankan usahanya. Karyawan merupakan orang pribadi yang dipekerjakan dalam perusahaan (pemberi kerja) yang melakukan pekerjaan berdasarkan suatu perjanjian kerja baik tertulis maupun tidak tertulis. Peran serta karyawan dalam melaksanakan tugasnya sangat mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

Penghargaan atas kinerja karyawan diberikan melalui gaji. Sistem penggajian adalah serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pengolahan data yang terkait yang berhubungan dengan pengelolaan karyawan perusahaan secara efektif (Krismiaji, 2010: 422). Dalam memberikan gaji, setiap perusahaan memiliki sistem yang berbeda-beda. Gaji yang diberikan kepada karyawan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendidikan, jabatan dan lama bekerja Ini merupakan suatu hubungan timbal balik antara perusahaan dengan karyawan. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha, maka semakin beragam pula masalahmasalah yang terjadi didalam perusahaan. Salah satu masalah manajemen adalah terbatasnya kemampuan pimpinan perusahaan dalam mengelola pengendalian dan pengawasan dalam perusahaan. Dengan bertambahnya aktivitas perusahaan serta adanya perluasan dan perkembangan perusahaan maka seorang pimpinan perusahaan tidak mungkin mengawasi seluruh aktivitas perusahaannya secara langsung. Seorang pimpinan perusahaan pasti membutuhkan alat bantu yang dapat membantunya demi keberhasilan dan tercapainya tujuan perusahaan. Sistem informasi akuntansi penggajian dan pengupahan diperlukan supaya perusahaan dapat meminimalkan kekeliruan perhitungan dalam memproses penghitungan gaji dan upah yang akan dibayarkan dan mengevaluasi hasil yang diterima perusahaan dengan dana yang dikeluarkan untuk upah dan gaji. Tujuan lainnya yaitu pimpinan juga dapat memperoleh laporan yang berkaitan dengan penggajian dan pengupahan secara lebih cepat dan akurat (Sitepu 2013). Gaji merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan setiap pekerja untuk mendapatkan upah kerja yang layak dan mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Seperti dalam kasus sebuah perusahaan garmen yang berlokasi di Cakung, Jakarta Utara. Perusahaan garmen ini

telah memproduksi banyak pakaian untuk brand ADIDAS, dimana pakaian tersebut akan diekspor ke luar negeri dan telah memiliki 800 orang pekerja, hanya 80 orang diantaranya yang berstatus pekerja tetap. Perusahaan Garmen ini tergolong besar, akan tetapi perusahaan ini masih saja melalaikan kewajibannya untuk membayar pekerjanya sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Upah Minimum Sektoral Provinsi (Aprilia 2015). Selain itu sebanyak 3.000 karyawan PT Kizone, produsen jaket dan kaos merek Reebok yang berlokasi di Desa Kadu, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, nasibnya terabaikan setelah ditinggal kabur oleh bosnya Mr Cin Wookin, warga negara Korea Selatan yang meninggalkan ribuan karyawannya dan gaji belum dibayarkan selama dua bulan (Warta dan Joniansyah 2011). Pada kasus di atas menjelaskan bahwa gaji karyawan diberikan sesuai dengan kesepakatan dengan karyawan yang digunakan perusahaan sebagai sarana untuk mempertahankan karyawan dan kelansungan hidup karyawan dimana merupakan suatu hubungan timbal balik antara perusahaan dengan karyawan. Sistem penggajian yang baik tidak hanya membedakan karyawan berprestasi dengan yang biasa-biasa saja atau malas. Lebih dari itu, juga perlu mempertimbangkan keseimbangan, baik internal maupun eksternal. Sistem penggajian yang baik tidak hanya akan memotivasi karyawan. Melainkan, juga merupakan salah satu faktor penting terciptanya suasana kerja yang kondusif, yang pada gilirannya akan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Angka turnover karyawan yang rendah, belum tentu mencerminkan sistem penggajian yang bagus (Djoko 2008). Dalam suatu sistem, sering kali terjadi kecurangan, manipulasi, dan keterlambatan dalam pemberian gaji karyawan. Pada kasus PT. Yee Woo adalah perusahaan garmen yang berlokasi di kawasan industri Tunas, Batamcenter, Ratusan buruh pabrik PT. Yee Woo mendemo perusahaanya dikarenakan terlambat dalam pembayaran gaji karyawan dan

perusahaan selalu memberikan alasan yang tidak masuk akal, salah satu alasannya adalah adanya keterlambatan pengiriman keuangan dari induk perusahaan di Singapura, maka pembayaran gaji ditunda hingga tanggal 10 yang sebelumnya menerima gaji pada tanggal 7 (Arianto 2010). Sistem penggajian harus dirancang sesuai dengan peraturan pemerintah dan sesuai dengan kebutuhan informasi manajamen. Dimana Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Kota Bekasi Purnomo Narmia mencatat sedikitnya lima perusahaan di wilayah setempat mulai mengurangi karyawannya. Dikarenakan, kenaikan upah minimum sebesar Rp 2,9 juta dinilai memberatkan pengusaha, khususnya perusahaan yang bergerak di bidang garmen. Sejumlah perusahaan memilih menjalin kesepakatan dengan para pekerjanya dimana karyawan menerima gaji di bawah UMK dan tidak diperbolehkan untuk memprotes (Warsono 2014). Disamping itu Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Depok menerima laporan penangguhan pembayaran Upah Minimum Kota (UMK) oleh sejumlah perusahaan. Kenaikan UMK menjadi Rp2,732 juta dibanding tahun lalu yang hanya Rp2,4 juta memberatkan sejumlah pabrik garmen di Depok dimana sedikitnya ada empat pabrik garmen di Depok yang tak sanggup membayar gaji karyawan sesuai UMK (Virdhani 2015). Untuk menghindarinya maka dibutuhkan suatu sistem yang memadai dan efektif, sehingga perusahaan dapat melakukan sistem pengendalian intern terhadap aktivitas perusahaan bagian penggajian. Dengan adanya sistem pengendalian intern, perusahaan mendapat keyakinan bahwa sumber-sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan sistem pengendalian intern itu sendiri, selain itu pengendalian aktivitas penggajian bertujuan agar perusahaan hanya membayar kepada karyawan yang benar-benar ada dan telah diotorisasi sesuai kriteria perusahaan, dan waktu kerjanya telah disetujui oleh atasannya (Kristiani 2011).

Sistem pengendalian yang tidak memadai dapat menyebabkan terjadinya kesalahan atau kecurangan dalam aktivitas penggajian suatu perusahaan dan mengakibatkan kerugian bagi karyawan, pemerintah, dan perusahaan. Pengendalian internal (Internal Control) adalah rencana organisasi dan metoda yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen (Krismiaji, 2010 : 218). Pada umumnya pengendalian tidak menjamin kesalahan dan kecurangan dapat dihilangkan, tetapi hanya berupaya untuk meminimalkan kecurangan dan kesalahan itu. Namun dengan adanya sistem pengendalian yang memadai dapat membantu perusahaan untuk memperoleh semua informasi yang benar, relevan, mudah dimengerti, tepat waktu dan andal. Informasi seperti ini dapat digunakan sebagai dasar pembayaran gaji sehingga pembayaran gaji tersebut dapat diberikan tepat pada waktunya dan sesuai jumlahnya. PT. GISTEX adalah salah satu pengekspor produk tekstil terbesar di Indonesia yang memproduksi kain yang mengandung 100% bahan Polyester. Kinerja penjualan PT. GISTEX telah mencapai 3 juta yards per bulan dan telah diekspor ke banyak negara di dunia. PT. GISTEX selalu menjaga kualitas produk-produknya dengan melakukan perbaikan secara terus-menerus dalam hal manajemen, mengimpor mesin berkualitas tinggi, memilih bahan baku berkualitas tinggi dan terus mengembangkan sumber daya manusia. Dalam proses pembuatan produk-produk tersebut dibutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Salah satu aspek penting dalam aktivitas perusahaan adalah perhitungan dan penetapan gaji tenaga kerja, sehingga penulis tertarik untuk meneliti sistem gaji pada PT. GISTEX. Sebagaimana penelitian menurut Nurftriani (2012) pada PT Nusantara Card Semesta telah menerapkan sistem informasi akuntansi penggajian dan pengupahan yang lumayan baik sehingga dapat meningkatkan kinerja para karyawan dan hasil yang diperoleh dari penelitian

Felix Kurniawan Liusnardo (2010) menyatakan PT. SJ. EMBROIDERY memiliki sistem informasi akuntansi yang berpengaruh sifnifikan terhadap keakuratan pembayaran gaji di PT. SJ. EMBROIDERY. Keakuratan pembayaran gaji PT. SJ. EMBROIDERY salah satunya dilihat dari ketepatan jumlah gaji yang diberikan, ketepatan waktu penggajian, pemisahan tugas yang memadai atau prosedur dan otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas. Sistem Informasi Akuntansi proses penggajian dan pengupahan dapat mendukung keakuratan pembayaran gaji, hal ini ditinjau dari pelaksanaan pengendalian internal perusahaan yang cukup baik dan memadai sehingga memperkecil adanya kemungkinan kesalahan perhitungan. Salah satu kontribusi pemerintah dalam hal penggajian dan pengupahan tenaga kerja tergambar dalam UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Peraturan ini dibuat oleh pemerintah untuk mengatur hak dan kewajiban tenaga kerja maupun pengusaha yang memperkerjakan karyawannya. Agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan baik karyawan, karyawati, maupun pengusaha. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) menyatakan seluruh provinsi di Indonesia telah menetapkan upah minimum provinsi atau UMP dan upah minimum kabupaten/kota atau UMK 2015. Dasar penetapan UMK UMP 2015 adalah No.9 tahun 2013 tentang Kebijakan penetapan Upah Minimum dalam Rangka Keberlangsungan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan Pekerja serta Permenakertrans No. 7 tahun 2013 tentang Upah Minimum. Besaran nilai UMK untuk 27 Kabupaten dan Kota sudah di sahkan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada tanggal 21 Nopember 2014, Dasar penetapan UMK adalah Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 561/Kep.1581- Bangsos/2014 tentang Upah Minimum Kabupaten / Kota di Jawa Barat tahun 2015. Berikut ini adalah tabel besaran kenaikan upah mininum kabupaten/kota di seluruh Jawa Barat tahun 2015.

Tabel 1.1 Upah Minimum Kabupaten/Kota Jawa Barat Tahun 2015 No Kota/Kabupaten Upah Lama Upah Baru Tahun 2014 Tahun 2015 UP (%) 1 Kabupaten Garut Rp 1.085.000 Rp 1.250.000 15,21 2 Kabupaten Tasikmalaya Rp 1.279.329 Rp 1.435.000 12,17 3 Kota Tasikmalaya Rp 1.237.000 Rp 1.450.000 17,22 4 Kabupaten Ciamis Rp 1.040.928 Rp 1.131.862 8,74 5 Kota Banjar Rp 1.025.000 Rp 1.168.000 13,95 6 Kabupaten Pangandaran Rp 1.040.928 Rp 1.165.000 11,92 7 Kabupaten Majalengka Rp 1.000.000 Rp 1.245.000 24,50 8 Kota Cirebon Rp 1.226.500 Rp 1.415.000 15,37 9 Kabupaten Cirebon Rp 1.212.750 Rp 1.400.000 15,44 10 Kabupaten Indramayu Rp 1.276.320 Rp 1.465.000 14,78 11 Kabupaten Kuningan Rp 1.002.000 Rp 1.206.000 20,36 12 Kota Bandung Rp 2.000.000 Rp 2.310.000 15,50 13 Kabupaten Bandung Rp 1.735.000 Rp 2.001.195 15,31 14 Kabupaten Bandung Barat Rp 1.738.476 Rp 2.004.637 15,31 15 Kabupaten Sumedang Rp 1.735 473 Rp 2.001.195 15,31 16 Kota Cimahi Rp 1.569.353 Rp 2.001.200 15,31 17 Kota Depok Rp 2.397.000 Rp 2.705.000 12,85 18 Kabupaten Bogor Rp 2.242.240 Rp 2.590.000 15,51 19 Kota Bogor Rp 2.352.350 Rp 2.658.155 13,00 20 Kabupaten Sukabumi Rp 1.565.922 Rp 1.940.000 23,89 21 Kota Sukabumi Rp 1.350.000 Rp 1.572.000 16,44 22 Kabupaten Cianjur Rp 1.500.000 Rp 1.600.000 6,67 23 Kota Bekasi Rp 2.441.954 Rp 2.954.031 20,97 24 Kabupaten Bekasi Rp 2.447.445 Rp 2.840.000 16,04 25 Kabupaten Karawang Rp 2.447.450 Rp 2.957.450 20,84 26 Kabupaten Purwakarta Rp 2.100.000 Rp 2.600.000 23,81 27 Kabupaten Subang Rp 1.577.959 Rp 1.900.000 20,41 (Sumber: Fauzi, 2015)

Pengaruh sistem informasi akuntansi penggajian dan pengupahan terhadap sistem pengendalian internal penggajian dan pengupahan adalah searah (positif) dan tergolong kuat, yang artinya apabila sistem informasi akuntansi penggajian dan pengupahan mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan pula kenaikan terhadap sistem pengendalian internal penggajian dan pengupahan dan sebaliknya (Aryani 2012). Dengan adanya sistem informasi akuntansi yang baik diharapkan dapat menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di perusahaan. Selain itu suatu sistem yang baik juga akan mendorong produktivitas yang tinggi dan memberikan kontribusi atas tercapainya tujuan perusahaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan ada hubungan yang erat antara sistem informasi akuntansi dengan prosedur penggajian dan pengupahan. Mengacu pada fenomena dan penelitian sebelumnya di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Penggajian terhadap Akurasi Pembayaran Gaji (Studi Kasus Pada PT. GISTEX). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat diidentifikasi pokok masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem pengendalian internal penggajian pada PT. GISTEX. 2. Bagaimana akurasi pembayaran gaji pada PT. GISTEX. 3. Seberapa besar pengaruh sistem pengendalian internal penggajian terhadap akurasi pembayaran gaji PT. GISTEX. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sistem penggajian pada PT. GISTEX.

2. Mengetahui sistem pengendalian internal penggajian pada PT. GISTEX. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh sistem pengendalian internal penggajian terhadap akurasi pembayaran gaji PT. GISTEX. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penulis Penelitian ini bagi penulis untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep, sistem pengendalian internal penggajian terhadap akurasi pembayaran gaji. 2. Pihak Lain Diharapakan dapat memberikan tambahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya terutama bagi mereka yang tertarik untuk meneliti mengenai sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh sistem pengendalian internal penggajian terhadap akurasi pembayaran gaji. 3. Bagi Perusahaan Dapat memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh sistem pengendalian internal penggajian terhadap akurasi pembayaran gaji dan dengan penelitian ini juga berharap perusahaan dapat meningkatkan pengendalian internal perusahaannya. 1.5 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan tekstil yaitu PT. GISTEX yang beralamat di Jalan Nanjung No. 82, Cimahi 40216.