BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Target Millenium Development Goals (MDGs) untuk penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) yang diakibatkan oleh berbagai masalah obstetri di Indonesia adalah sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2015, namun kondisi Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2014 masih sebesar 34 per 1.000 KH. 1 Dalam menghadapi tantangan dan target MDGs tersebut maka dikembangkan berbagai program kesehatan anak yang mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak. Beberapa program yang telah dilakukan dalam proses pelaksanaan percepatan penurunan AKB dan Angka Kematian Balita (AKABA) antara lain adalah program pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif dapat meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Meskipun ASI Eksklusif sudah diketahui manfaat dan dampaknya serta menjadi konstitusi, namun kecendrungan pada ibu untuk menyusui bayi secara Eksklusif masih rendah. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2014, persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat diberikan makanan pada umur 6 bulan hanya sebesar 30,2%. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kurang dari satu jam setelah bayi lahir hanya 34,5%. 2 Cakupan pemberian ASI di Indonesia pada tahun 2014 hanya 42% dan masih kurang dari angka
harapan sebesar 80%. Padahal, bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif memiliki risiko 6 kali lipat meninggal pada tahun pertama kehidupan bayi. Rendahnya pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, dan faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Para pemangku kepentingan bidang kesehatan menyimpulkan bahwa sebab dasar rendahnya cakupan ASI Eksklusif adalah akses bayi terhadap ASI Eksklusif yang rendah. Akses yang rendah tersebut sangat dipengaruhi oleh potensi spesifik ibu sebagai figur utama, yaitu perilaku ibu. Hasil kajian beberapa variabel dalam kaitannya dengan perilaku ibu menyimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, dan kepercayaan berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. 3 Pengetahuan dan sikap merupakan salah satu masalah yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Adanya persepsi yang salah tentang menyusui bayi akan membuat daya tarik seorang wanita akan menurun, serta faktor dorongan petugas kesehatan juga menjadi indikator dalam pemberian ASI Eksklusif. 3 Faktor pengetahuan, sikap & kepercayaan tersebut akan menjadi lebih berpengaruh ketika ibu menyusui mengalami masalah.
Ibu menyusui tidak jarang menghadapi berbagai masalah pemberian ASI, terutama yang berhubungan dengan manajemen laktasi. Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu untuk mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. 4 Alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif adalah karena bekerja di luar rumah, selama ibu bekerja bayi tidak diberikan ASI Eksklusif dan digantikan dengan susu formula. Hal ini ditunjang dengan peraturan pemberian cuti melahirkan yang hanya sampai 3 bulan. Kondisi fisik dan mental ibu yang lelah setelah bekerja sepanjang hari, dan tidak ada jadual khusus yang bisa diterapkan untuk pemberian ASI menjadikan bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif. 5 Selain itu, pemberian ASI Eksklusif juga sulit dilakukan oleh ibu yang bekerja diluar rumah karena tidak memiliki cukup waktu, cukup informasi, dan terbatasnya fasilitas seperti pojok ASI di tempat ibu bekerja. 6 Hasil menunjukkan bahwa hanya 32% pekerja sektor formal yang dapat memberikan ASI Eksklusif. Karyawan swasta yang tidak bisa memberikan ASI Eksklusif lebih banyak (78%) dibandingkan PNS (51,9%). 7 Bukti menunjukkan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, angka cakupan pemberian ASI Eksklusif masih kurang dari 40%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif di kota Yogyakarta masih jauh dari cakupan yang diharapkan pemerintah yaitu 80%. 6 Angka cakupan yang kurang dari harapan pemerintah ini disebabkan oleh pengetahuan yang dimiliki oleh ibu-ibu menyusui relatif rendah. 7 Pada
tahun 2014, cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Bantul merupakan yang terendah ketiga (42,34%) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 8 UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif, cara menyusui bayi yang benar merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orangtua dalam memberikan ASI Eksklusif. 9 Petugas kesehatan umumnya hanya memberikan konseling mengenai ASI Eksklusif ketika ibu berkunjung ke petugas kesehatan sehingga perlu adanya pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhan pendidikan kesehatan manajemen laktasi. Ibu sangat berperan penting dalam menentukan bagaimana perawatan terbaik untuk kesehatan anaknya, umumnya para orangtua mendapatkan informasi dari berbagai sumber, seperti tenaga kesehatan (bidan), buku/majalah, keluarga, temanteman, dan internet. 10 Informasi yang didapat oleh ibu akan berdampak pada tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Salah satu daerah yang berada di Bantul yang ditemukan mempunyai kendala ibu menyusui adalah desa Pajangan. Di desa tersebut, banyak ibu yang bekerja, menjadi buruh pabrik. Pada tahun 2015, belum ada pemberian pendidikan kesehatan mengenai manajemen laktasi kepada para ibu menyusui yang bekerja, sehingga banyak ibu yang tidak ASI Eksklusif. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, sebanyak 45 ibu pekerja yang masih menyusui dan telah habis masa cutinya. Dari 45 ibu tersebut sebayak 75% tidak tahu tentang manajemen laktasi dan ada 25% ibu yang sudah tidak ASI Eksklusif.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik mengambil judul Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Pekerja dalam Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di Desa Pajangan Kabupaten Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah Pengaruh Penyuluhan Manajemen Laktasi terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Pekerja dalam Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di Desa Pajangan Kabupaten Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penyuluhan manajemen laktasi terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu pekerja dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di Desa Pajangan Kabupaten Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik ibu pekerja yang masih menyusui di Desa Pajangan Kabupaten Bantul. b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu pekerja yang masih menyusui sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan manajemen laktasi di Desa Pajangan Kabupaten Bantul. c. Mengetahui sikap ibu pekerja yang masih menyusui sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan manajemen laktasi di Desa Pajangan Kabupaten Bantul.
d. Mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan dan sikap ibu pekerja yang masih menyusui sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di Desa Pajangan Kabupaten Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Ilmu Kebidanan Terkait dengan peran bidan sebagai pendidik, penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan kebidanan khususnya terkait dengan manajemen laktasi. 2. Manfaat Praktis a. Institusi Pendidikan Kesehatan Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan pada khususnya, maupun tenaga kesehatan pada umumnya tentang manajemen laktasi sehingga tidak hanya bidan yang mengetahui metode manajemen laktasi yang baik dan benar. b. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam penyuluhan mengenai pemberian ASI Eksklusif bagi ibu pekerja. c. Tenaga Kesehatan khususnya bidan di Puskesmas Pajangan Memberikan informasi mengenai perlunya penyuluhan kesehatan manajemen laktasi pada ibu menyusui yang bekerja agar dapat menyusui secara Eksklusif.
d. Ibu menyusui di Desa Pajangan Dapat menambah ilmu pengetahuan dan mendorong sikap positif ibu menyusui yang bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif dan manajemen laktasi. Sehingga ibu memiliki sikap positif. e. Peneliti Sebagai pengalaman analitik dengan mempelajari metode penelitian dan pemberian pendidikan kesehatan serta membangun kerangka pikir yang berkaitan dengan masalah manajemen laktasi. f. Peneliti Selanjutnya Dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam melakukan penelitian dalam hal penyuluhan manajemen laktasi pada ibu menyusui yang bekerja. E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Putri Setyani pada tahun 2009 dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Pekerja tentang Manajemen Laktasi Pada Ibu Pekerja di Kelurahan Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut terletak pada variabel penelitian, metode penelitian, tempat, dan waktu penelitian Penelitian tersebut meneliti pengetahuan ibu sedangkan pada penelitian ini meneliti tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan manajemen laktasi pada ibu pekerja. Pengumpulan data pada penelitian tersebut menggunakan analisis univariat sedangkan pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat. Tempat dan waktu penelitian
tersebut di Semarang pada tahun 2009, sedangkan penelitian ini berlangsung di Yogyakarta pada tahun 2015. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang bekerja. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan manajemen laktasi pada ibu menyusui yang bekerja. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widha Ayu Rima Merdhika tahun 2013 dengan judul Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dan Sikap Ibu Menyusui di Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan setelah diadakan penyuluhan dengan nilai (p value 0,02). Penelitian tersebut menggunakan metode quasi eksperimen dengan kelompok kontrol. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen dan tidak memakai kelompok kontrol. Penelitian tersebut mengambil sampel ibu pekerja dan tidak bekerja sedangkan penelitian ini menggunakan sampel ibu pekerja.