BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

BAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB I PENDAHULUAN. Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. politik rakyat dan sekaligus merupakan pendelegasian hak-hak tersebut oleh

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

BAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1960 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

PARTAI POLITIK ISLAM Teori dan Praktik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB V HASIL PEMILU A. PEMILU Bab ini menjelaskan tentang: Hasil Pemilu secara nasional mulai dari

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

BAB VII KESIMPULAN. penguatan institusi pesantren dan parti politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1. Yusuf Hamdan **

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa merupakan lembaga

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

FORMAT POLITIK ORDE BARU DAN KEBIJAKAN FUSI PARTAI POLITIK TAHUN 1973 SKRIPSI. Oleh: M. Iqbal Ibrahim Hamdani NIM

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

STRATEGI POLITIK DAN KEMENANGAN GOLKAR DI SEMARANG PADA PEMILU 1971

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga

BAB I PENDAHULUAN. dan yang akan datang akan dicatat dalam peristiwa sejarah. Dengan ketiga cakupan

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Ketua Divisi Pemungutan dan Perhitungan Suara, duduk dijajaran

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian akan berkecimpung dalam dunia politik. 2 Peranan figur

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting?

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH.

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB II PELAKSANAAN HAK-HAK PILIH PERSPEKTIF DEMOKRASI. yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

Presiden Seumur Hidup

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah satunya adalah dengan adanya pelaksanaan pemilihan umum. Esensi dari pemilihan umum adalah sebagai suatu sarana demokrasi yang bertujuan untuk membentuk sebuah sistem kekuasaan Negara yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat, sehingga benar-benar terbentuk kekuasaan Negara yang memancar ke bawah sebagai suatu kewibawan sesuai dengan keinginan rakyat, dan oleh rakyat, menurut sistem permusyawaratan perwakilan. 1 Begitu juga halnya penerapan Pemilu di Indonesia. Di Indonesia Pemilihan Umum merupakan pemilihan secara serentak oleh segenap rakyat yang dilakukan untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di parlemen, seperti pada pemilihan umum pertama yang dilakukan pada masa orde baru. Pemilihan umum bukan merupakan ukuran kedaulatan dan kehendak rakyat telah terpenuhi. 2 Hal ini dikarenakan proses pemilihan di Indonesia pada awalnya merupakan pemilihan dengan sistem tidak langsung dimana setiap pemilih hanya memilih satu lambing partai. Selanjutnya partailah yang memilih wakil yang duduk di parlemen atau legislatif. Walaupun demikian, kita harus melihat bahwa pemilihan umum merupakan bentuk partisipasi politik rakyat dalam menentukan pemerintahan dan program- 1 M. Rusli Karim, Pemilu Demokratis Kompetitif, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991, hal. 3 2 Bintan R. Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998, hal. 168

programnya. Pemilihan juga merupakan sebuah sarana untuk membentuk lembaga pengemban kedaulatan rakyat. Pemilihan umum menjadi penting karena memberikan legitimasi bagi kekuasaan yang ada dan bagi rezim yang baru. Pada masa orde baru sepuluh organisasi politik yang ada merupakan partai politik yang telah ada pada periode sebelumnya (Orde Lama). Kesepuluh organisasi politik tersebut adalah Partai Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Nasional Indonesia, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Islam Perti, Partai Murba, Partai IPKI, dan Golongan Karya. Organisasi politik tersebut dijadikan sebgai kendaraan politik untuk jalan mendapatkan kekuasaan. Akan tetapi, kekuatan organisasi politik tersebut tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan kekuatan pemerintah pada saat itu yang menganggap jika semakin banyak partai politik maka semakin banyak pula permasalahan dalam kancah perpolitikan Indonesia. Menjelang Pemilu 1977, Pemerintah bersama DPR mengeluarkan UU No. 3 Tahun 1975 yang mengatur penyederhanaan jumlah partai. Penyederhanaan jumlah partai tersebut menghasilkan 2 partai politik (PDI dan PPP) dan Golongan Karya. PDI merupakan gabungan dari beberapa partai politik, diantaranya Partai Katolik, PNI, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok Partai Politik yang bersifat nasionalis), sedangkan PPP merupakan fusi/gabungan dari NU, Parmusi, PSII dan Partai Islam Perti (kelompok Partai Politik Islam). Golkar adalah sebuah realisasi dari upaya yang telah dirintis sejak zaman demokrasi terpimpin. Organisasi ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Golkar berdiri pada 20 Oktober 1964 dengan nama Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar)

yang merupakan pusat konsentrasi hampir 300 organisasi fungsional non politis yang mempunyai orientasi kekaryaan. Pembentukan Sekber Golkar pada mulanya ditujukan untuk merespon PKI, bukan menjadikannya sebagai partai politik. 3 Kemudian setelah pergolakan politik pada tahun 1965, Sekber Golkar secara berangsur-angsur berubah menjadi semacam partai politik. 4 Tulang punggung organisasi ini adalah SOKSI (Serikat Organisasi Karyawan Sosial Seluruh Indonesia), MKGR (Musyawarah Keluarga Gotong Royong), dan KOSGORO (Koperasi Serba Guna Gotong Royong). Penyebaran pengaruh Golkar mulai dilancarkan secara sistematis menjelang Pemilu 1971. Susunan organisasi pun dirapikan pada 22 November 1969. Semua organisasi yang tergabung dalam Golkar dikelompokkan menjadi 7 Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu SOKSI (Serikat Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia), KOSGORO (Koperasi Serba Guna Gotong Royong), MKGR (Musyawarah Keluarga Gotong Royong), Gerakan Karyawan Rakyat (merupakan organisasi pegawai negeri), Organisasi Massa Hankam (Perkumpulan Istri ABRI, Pegawai Negeri Dephamkam), Gerakan Pembangunan (kelompok pengusaha), dan organisasi yang berhubungan dengan pembangunan. 5 Pada pertemuan tanggal 22 Januari 1969 dibahas persiapan dan strategi Sekber Golkar untuk menghadapi Pemilu 1971 yang menghasilkan dua alternatif utama, yaitu: (1) Setiap KINO akan berpartisipasi dalam Pemilu sebagai 3 Leo Suryadinata, Golkar dan Militer: Studi Tentang Budaya Politik, Jakarta LP3S, 1992, hal. 15 4 Ibid., hal. 26 5 Masashin Nishihara, Golkar and Indonesia Election of 1971, Ithaca, N. Y., Modern Indonesian Project Cornell University, 1972, hal. 17-23

satu kesatuan aksi yang independen; (2) KINO akan menggunakan satu tanda gambar Pemilu yang kita kenal sekarang ini. 6 Ternyata pada pemilihan umum 1971, segala upaya dan perjuangan yang ditempuh membuahkan hasil yang maksimal. Hal ini terbukti dari hasil Pemilu 1971 dimana Partai Golkar berhasil memperoleh suara terbanyak. Golkar sebagai kontestan baru dalam Pemilu mampu melampaui perolehan suara dari partai-partai yang lebih dulu sudah mapan seperti PNI. Dalam hal ini PNI sebagai pemenang Pemilu 1955 tidak mampu mengulang kemenangan yang sama pada Pemilu 1971 melainkan dimbil alih oleh Golkar. Dalam kurun waktu 26 tahun, Golkar memegang kendali atas partai-partai lain dimana selama 26 tahun itu Golkar selalu memperoleh suara terbanyak dalam pemilu dibandingkan dengan partai-partai lainnya. Tren kemenangan Golkar diharapkan tetap berjalan sesuai dengan harapan masyarakat dan kaum pembela partai. Tahun 1998 merupakan akhir dari periode orde baru. Pada saat yang sama secara perlahan Golkar mulai mengalami kemunduran, dimana Golkar hanya berhasil menempati urutan kedua dalam perolehan suara Pemilu 1999 secara nasional. Hal ini dilatarbelakangi oleh jatuhnya rezim Soeharto dimana pada saat itu beliau merupakan penasehat umum Golkar sekaligus menjabat sebagai Presiden RI. Di Kabupaten Dairi, perkembangan dan kemajuan Golkar tidak berbeda dengan di daerah lain maupun pusat. Di Dairi dalam beberapa dekade mampu memperoleh suara terbanyak. Pengaruh kebesaran Golkar di Dairi juga tidak terlepas dari 6 Arif Yulianto, Hubungan Sipil Militer di Indonesia Pasca Orde Baru: Di Tengah Pusaran Demokrasi, Jakarta, PT. Raja Grafiti Persada, 2002, hal. 260

pengaruh dan dukungan penuh dari pemerintah dan militer, sehingga Golkar mampu menanamkan pengaruhnya di Kabupaten Dairi. Menjelang Pemilu 1999, yaitu awal dimulainya orde reformasi Golkar mulai merancang dan menata kembali struktur organisasi maupun melakukan perombakan total dan menghilangkan citra sebagai perpanjangan tangan birokrasi. Dalam menghadapi Pemilu pertama di era reformasi Golkar harus mampu menarik simpati rakyat sebagai upaya untuk mampu meraih suara terbanyak pada Pemilu 1999. Kebijakan program prioritas Golongan Karya yang berdasarkan Keputusan Rapat Pimpinan Paripurna I Golongan Karya Tahun 1998 Nomor III/RAPIM- I/GOLKAR/1998 untuk menarik simpati rakyat dilakukan dengan pengorganisasian struktur, keanggotaan, dan sistem kaderisasi. 7 Golkar mulai mengadakan konsolidasi sebagai bagian dari Renstra Pemenangan Pemilu 1999 melalui penyelenggaraan Musyawarah Daerah dan penyegaran kader. 8 Selain itu, Golkar juga melakukan pengkaderan yang ditujukan ke daerah pedesaan sebagai upaya pembaharuan dan upaya memperoleh suara terbanyak pada Pemilu 1999 nantinya. Kegiatan-kegiatan politik dapat menjadi kajian yang sangat menarik apabila ditinjau dari sudut sejarah, pelaku, tempat, dan waktu peristiwa itu terjadi menggambarkan aktifitas manusia pada saat tertentu. 9 Pemilihan umum dan kampanye-kampanye yang dilakukan serta upaya menarik hati dan simpati rakyat di daerah merupakan keunikan dari Pemilu. Hal inilah yang menarik minat penulis untuk mengkaji pelaksanaan Pemilihan Umum 1999 dalam bentuk penulisan sejarah. 7 Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya: Materi Penyegaran Kader Golongan Karya, 1998 8 Ibid., hal. 37 9 Sutrasno, Sejarah dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Pradnya Paramitha, 1976, hal. 8

Penulis memilih periode tahun 1999 karena merupakan Pemilu pertama yang diadakan setelah jatuhnya rezim orde baru. Di samping itu pula, penulis meyakini mampu menggambarkan bentuk kampanye dan upaya upaya Partai Golkar dalam menarik simpati rakyat di Kabupaten Dairi agar mendapatkan perolehan suara terbanyak dalam Pemilihan Umum yang berlangsung pada tahun 1999. Maka untuk alasan di atas, penulis mengangkat judul mengenai Upaya Partai Golkar Dalam Menarik Simpati Rakyat Pada Pemilihan Umum Tahun 1999 Di Kabupaten Dairi. Golkar yang dulunya identik dengan pemerintahan Orde Baru mampu bersaing dalam Pemilu Orde Reformasi sebagai bukti bahwa Partai Golkar bukanlah alat dalam sistem pemerintahan masa orde baru. Hal ini dikarenakan adanya reformasi dalam tubuh partai Golkar dan penguatan kader-kadernya. Dalam rencana dan strategi pemenangan pemilu yang disusun menyebabkan Golkar tidak kehilangan muka pada Pemilu 1999 walaupun hanya menempati urutan kedua. Dengan kata lain, walaupun orde baru telah runtuh, Golkar masih mendapat tempat di hati para pemilihnya. Jatuhnya orde baru bukan berarti secara otomatis menyebabkan runtuhnya dominasi Golkar dalam politik Indonesia dikarenakan Golkar telah menjadi partai yang kuat dan berakar yang dibentuk oleh penguasa sebelumnya. 1.2 Rumusan Masalah Di dalam suatu penulisan, rumusan masalh sangat penting sebab akan memudahkan penulis di dalam pengarahan pengumpulan data dalam rangka untuk

memperoleh data yang relevan. 10 Inilah yang menjadi landasan dalam penulisan nantinya pada bab selanjutnya. Berkaitan dengan hal di atas, ada beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji, yaitu: 1. Bagaimana kondisi Golkar di Kabupaten Dairi pada masa pasca jatuhnya orde baru? 2. Bagaimana cara pendekatan yang dilakukan Partai Golkar terhadap rakyat Dairi menjelang Pemilu 1999? 3. Bagaimana dampak hasil perolehan Pemilu 1999 terhadap Partai Golkar dan bagaimana pula analisis partai tersebut? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Setelah kita mengetahui apa yang menjadi pokok ataupun inti permasalahn yang akan diuraikan penulis setelahnya, maka tibalah saatnya penulis menguraikan apa yang menjadi tujuan dan manfaat dari penulisan penelitian ini. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan kondisi Golkar di Kabupaten Dairi setelah jatuhnya masa orde baru 2. Menjelaskan upaya atau cara-cara yang dilakukan Golkar dalam menarik simpati rakyat di Kabupaten Dairi menjelang Pemilu 1999 3. Menjelaskan dampak hasil Pemilu 1999 terhadap Partai Golkar 4. Memberikan gambaran analisis partai terhadap Pemilu 1999 10 J. Supranto, Metode Riset, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1986, hal. 18

Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Partai Golkar di Kabupaten Dairi, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan deskripsi sehingga para kader Golkar akan dapat mengetahui keadaan Partai Golkar saat jatuhnya orde baru 2. Bagi para kader khususnya, tulisan ini diharapkan mampu menjadi acuan dalam melakukan transformasi sebagai upaya peningkatan prestasi Partai Golkar dalam hal menarik simpati rakyat untuk dijadikan acuan pada pemilu-pemilu selanjutnya 3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan atau juga sebagai penggerak bagi penulis lain yang ingin menulis tentang pemilu maupun kedudukan dan keberadaan suatu partai 4. Tulisan ini diharapkan mampu menjadi koleksi sejarah Partai Golkar itu sendiri. 1.4 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka sangatlah diperlukan dalam suatu penelitian, dimana hal ini dapat berfungsi sebagai suber pendukung penelitian sehingga hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan tidak keluar dari rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itulah, relevansi literatur yang digunakan menjadi sebuah tuntutan dalam sebuah penelitian Affan Gaffar dalam bukunya Javanese Voters: A Case Study Of Election Under a Hegemonic Party System hasil penelitiannya di Desa Brobanti, Yogyakarta. Ia berasumsi bahwa perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya pada pemilu

berdasarkan atas beberapa alasan yaitu, kedekatan sosial religi. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa orang-orang santri di Brobanti akan mendukung dan memilih partai politik yang ideologinya berdasarkan Islam, sedangkan abangannya umumnyamendukung partai politik non Islam. Selain sosial-religius, ia juga berpendapat bahwa identifikasi partai ikut menentukan perilaku pemilih. Dua elemen lain yang ikut mempengaruhi calon pemilih adalah pola kepemimpinan dan kelas sosial. 11 Ia juga melihat kemenangan Golkar berkaitan erat dengan keberhasilan pemerintah orde baru dalam merancang sistem politik dan kepartaian. Adanya intimidasi dan aparat keamanan yang represif serta tidak adanya kebebasan dari partai-partai politik untuk mengajukan calonnya merupakan indikasi dari keadaan yang dikondisikan oleh pemerintah dalam memenangkan Golkar. 12 Tulisan lain yang yang dapat dijadikan sumber adalah Materi Penyegaran Kader Golongan Karya oleh Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya 1998. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana upaya yang dilakukan Partai Golkar serta kebijakan program prioritas Golongan Karya tahun 1998-1999, diawali dari pengorganisasian anggota, kaderisasi, pengabdian masyarakat dan lain sebagainya sebagai upaya menarik simpati dan hati rakyat menjelang Pemilu 1999. Penelitian lainnya dilakukan oleh R. William Liddle melalui bukunya yang berjudul Partisipasi dan Partai Politik. Ia melihat bahwa kemenangan Golkar adalah 11 Ibid., hal. 193-195 12 Setiap partai politik peserta pemilu harus menyerahkan daftar nama calonnya untuk diseleksi oleh PPI (Panitia Pemilihan Indonesia) yang kemudian diseleksi lagi oleh Kopkamtib sehingga calon yang ditetapkan berdasarkan kehendak pemerintah.

mengandung nuansa intimidasi dan taktik bulldozer atau sebuah kemenangan karena terdapat unsure paksaan dan juga adanya dukungan aparat militer setempat. Dalam Rapat Konsultasi Daerah Partai Golkar Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998 membahas tentang terciptanya fungsionaris yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan kegiatan partai. Dibahas pula mengenai penugasan fungsionaris, kerjasama dan koordinasi pelaksanaan tugas, strategi pemenangan Pemilu 1999, pengkaderan, peningkatan kesejahteraan rakyat, perkuatan basis daerah, dan pencitraan untuk memperoleh hasil yang maksimal menghadapi Pemilu 1999. Al Chaidar dalam bukunya Pemilu: Pertarungan Ideologis Partai-Partai Islam versus Partai-Partai Sekuler, menceritakan bahwa Golkar merupakan hasil rekayasa pemerintah orde baru akan mengalami kehancuran pada Pemilihan Umum 1999, kecuali dalam waktu singkat melakukan perombakan total, seperti melepaskan diri dari pengaruh birokrasi dan mengganti para pemimpinnya. Independensi dari birokrasi merupakan syarat mutlak bagi seluruh partai jika ingin berjaya pada pemilu 1999. Golkar harus melakukan perombakan diri dan menghilangkan citra sebagai perpanjangan tangan birokrasi. 1.5 Metode Penelitian Metode sejarah bertujuan untuk memastikan dan menganalisis serta mengungkapkan kembali fakta-fakta masa lampau. Sejumlah sistematika penulisan yang terangkum didalam metode sejarah sangat membantu setiap penelitian di dalam merekonstruksi kejadian pada masa lampau. Dalam melaksanakan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu mengadakan pengamatan untuk membuktikan anggapan dasar berdasarkan kenyataan yang ada di lokasi penelitian.

Adapun beberapa langkah yang lazim dilakukan dalam metode sejarah adalah sebagai berikut: 1. Heuristik, yaitu pengumpulan data atau sumber melalui studi kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan penelitian (pengumpulan buku, majalah, maupun dari surat kabar), pengamatan (observasi) lapangan, ataupun studi wawancara yang ditujukan kepada orang atau oknum yang berkaitan dan ada hubungannya dengan kajian masalah yang akan kita tuliskan yang mana bertujuan untuk menemukan sumber-sumber yang diperlukan baik sumber primer maupun sekunder. Heuristik juga merupakan suatu keterampilan dalam merawat catatan-catatan. Dalam hal ini, tidak ada batasan terhadap pengumpulan sumber selama sumber tersebut masih berkaitan dengan masalah yang kita teliti. 2. Kritik sumber, yaitu usaha yang dilakukan peneliti untuk menyeleksi sumber atau bahan yang dikumpulkan, sehingga akan dihasilkan suatu nilai kebenaran dan keaslian sumber. Dengan kata lain, sumber atau datadata akan objektif. Kritik sumber ini dibedakan menjadi 2, yaitu kritik internal, yang menelaah dan menyeleksi kebenaran isi atau fakta baik yang bersifat tulisan (buku, artikel, dan arsip) maupun lisan (wawancara). Kritik eksternal yang dilakukan dengan pengujian untuk menetukan keaslian sumber baik dari buku maupun wawancara dengan narasumber. Hal ini dilakukan demi menjaga keobjektifan sebuah data.

3. Interpretasi, yaitu suatu tahap peneliti dalam hal menafsir atau menganalisis suatu sumber yang ditemukan. Hal ini dilakukan untuk berupaya menghilangkan kesubjektifitasan data, walau pun sebenarnya hal ini tidak dapat dihilangkan secara total. Interpretasi ini diharapkan dapat menjadi data sementara sebelum peneliti menuangkannya dalam penulisan. 4. Historiografi, yaitu tahapan akhr dari sebuah penelitian, dimana dalam hal ini dilakukan suatu penulisan akhir dari fakta-fakta yang dilakukan secara sistematis dan kronologis untuk menghasilkan suatu tulisan sejarah yang ilmiah dan objektif. Historiografi ini merupakan hasil dari pengumpulan sumber, kritik (baik kritik internal maupun eksternal), serta hasil dari interpretasi.