BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam dunia kesehatan penyakit diabetes melitus termasuk penyakit yang tidak menular, namun merupakan salah satu penyakit degeneratif yang bersifat kronis. Diabetes Melitus merupakan ganguan kesehatan dan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan, 2007). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2010 menunjukan jumlah penderita diabetes melitus di dunia sekitar 171 juta dan diprediksikan akan meningkat dua kali, 366 juta jiwa tahun 2030. Di Asia Tenggara terdapat 46 juta pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi hingga 119 juta jiwa. Di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2008 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Indonesia merupakan urutan kelima di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah Bangladesh, Bhutan, Cina, India (Bustan, 2007). Pada tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat prevalensi diabetes melitus diatas 1,5% akibat dari gaya hidup dan pola makan yaitu Sumatra utara, Jawa Timur dan Sulawesi Utara ( Riskesdas, 2010). Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dan menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian. Diabetes menjadi penyakit yang cukup serius dan mendapat perhatian karena diabetes
dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang seluruh tubuh, mulai dari kulit sampai jantung, kompikasi bersifat aku dan kronik,dan dapat terjadi pembedahan (Yumizone, 2008). Peningkatan jumlah penderita diabetes sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat. Diabetes juga memberikan pengaruh beban ekonomi yang besar untuk pengobatannya (Tandra, 2007). Diabetes Melitus ditandai dengan keadaan hiperglikemia kronik yang di tandai oleh ketiadaan obsolut insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi akut untuk terjadinya koma hipoglikemia, ketoasidosis dan hiperosmolar nonketotik, sedangkan kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, dimana gejala di tandai dengan polyuria, polydipsi, palypaghia, glikosuria, berat badan menurun, kesemutan, cepat lelah dan lemah dan rabun (Sukarmin & Riyadi, 2008). Komplikasi pada mata dapat terjadi kebutaan atau komplikasi pada kaki, dapat terjadi gangren yang harus di amputasi, sehingga pada pasien diabetes melitus mengalami kecemasan dan stres akibat komplikasi dari diabetes melitus (Utama, 2007). Tingkat kecemasan keluarga klien dipengaruhi oleh koping dan tingkat pengetahuan, informasi dan keyakinan (Setiawati, 2008). Lingkungan penuh ancaman dan tuntutan ekonomi akan perawatan anggota keluarga yang menderita diabetes melitus dengan komplikasi kronik, dalam waktu yang tidak singkat dalam perawatannya, maka situasi tersebut menimbulkan beban keluarga. (Sukarmin & Riyadi, 2008).
Kecemasan merupakan suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seorang yang mengalami cemas, merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri dan merasa lemah sehingga tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional (Wiramihardja, 2007). Secara psikologis banyak hal yang dapat terjadi pada penderita diabetes melitus, seperti reaksi fisiologis, termasuk kecemasan yang terjadi pada keluarga, keluarga sering dihadapkan dengan keadaan yang memicu kecemasan karena penderita diabetes melitus terhadap komplikasi dan perawatan dengan waktu yang lama. Kecemasan keluarga dapat dilihat dari sikap, perilaku dan cara berkomunikasi sejak terdiagnosa diabetes melitus. Keluarga merasa terbebani pada pasien yang menderita diabetes melitus, karena diabetes melitus merupakan penyebab kesakitan dan mematikan, sehingga keluarga merasa stres dan cemas akan masa depan keluarganya, dengan terjadi nya komplikasi akut dan kronik, juga mempengaruhi beban ekonomi dalam pengobatan dan perawatannya dalam waktu tidak singkat (Fontane, 2009) Masalah kesehatan yang tejadi dalam keluarga, salah satunya diabetes melitus yang dapat mengganggu stabilitas keluarga, apa bila terdapat salah satu anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus yang sudah terjadi komplikasi seperti jantung, ginjal, hipertensi, hipoglikemia atau hiperglikemia, bahkan terjadi ganggren, maka hal tersebut dapat menjadi beban bagi anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus (Setiadi, 2008). Status sehat atau sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh kelurga dan sebaliknya mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan
pengaruh status sehat atau sakit saling mempengaruhi atau sangat tergantung satu sama lain (Achjar, 2010). Menurut Hasana (2009), dalam penelitian Expressed Emotion Keluarga Pada Pasien Diabetes Melitus menyatakan, bahwa diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang menyebabkan kecacatan dan perawatan dalam waktu yang lama, yang mempengaruhi fungsi keluarga, ketika salah satu anggota keluarga mengalami sakit, maka akan mempengaruhi kondisi keluarga dalam pengobatan dan perawatanya dalam faktor psikososial, biologis dan ekonomi. Dan mempengaruhi penderita itu sendiri. Menurut Surjeet (2002), dalam penelitian Beban dari pengasuh pada pasien diabetes melitus menyatakan, bahwa Keluarga tidak hanya menyediakan praktis bantuan dan perawatan pribadi, tetapi juga memberikan dukungan emosional untuk keluarga mereka dengan mental gangguan dan penyakit kronis. Beban pengasuh adalah multi Fenomena dimensi mencerminkan fisik, psikoemosional, sosial dan keuangan, beban pengasuh dalam penyakit mental dapat obyektif dan subyektif beban keluarga berhubungan dengan keparahan yang lebih besar penyakit mental dalam keluarga dengan ketersediaan yang kurang dukungan sosial dan sumber daya mengatasi sedikit dari anggota keluarga. Menurut Gilliss, dkk (1989), dikutip dari Ali (2010), status sehat sakit para anggota keluarga mempengaruhi fungsi dan peran kelurga, keluarga cenderung menjadi masalah reaktor terhadap masalah kesehatan dan menjadi faktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarganya. Sehat merupakan tujuan utama kelurga dalam siklus biologis, psikologis, sosial, dan spritual.
Anggota keluarganya berperan penting untuk saling berusaha dan bersedia berkorban untuk menjaga keutuhan keluarga dengan memberikan keperawatan anggota keluarganya yang menderita diabetes melitus, jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal dengan situasi yang di alami kelurga yang menderita diabetes melitus (Setiadi, 2008). Berdasarkan survei awal yang telah peneliti laksanakan di RSUD Aceh Tamiang dan mendapatkan data pasien diabetes melitus meningkat setiap tahunnya. Rata- rata jumlah pasien diabetes melitus setiap bulannya berjumlah 170 orang dan beberapa orang telah mengalami komplikasi. Perawat dan tenaga medis lebih terfokus pada pasien dalam melakukan tindakan sehingga mengabaikan kecemasan pada keluarga pasien yang menderita diabetes melitus. Sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif termasuk untuk mengatasi kecemasan keluarga pasien yang menderita diabetes melitus. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang. 2. Tujuan Penelitian 2.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi tingkat kecemasan dan beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.
2.2 Tujuan Khusus 2.2.1 Mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus 2.2.2 Mengidentifikasi beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus. 3 Pertanyaan Penelitian 3.1 Bagaimana tingkat kecemasan pada klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang 2012. 3.2 Bagaimana beban keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang 2012. 4. Manfaat Penelitian 4.1 Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, sumber pengetahuan dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensip pada keluarga kilen diabetes melitus dan agar lebih memperhatikan segi psikologisnya, sehingga kecemasan keluarga dapat diminimalkan. 4.2 Institusi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa perawat dan dijadikan sebagai masukan bagi mahasiswa nantinya dalam meminimalisisrkan kecemasan dan beban keluarga pada klien diabetes
melitus, serta dalam melakukan asuhan keperawatan dapat lebih optimal, komprehensif dan lebih peka terhadap psikologis keluarga. 4.3 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan yang berharga bagi penelitian berikutnya. Terutama bagi penelitian yang menyangkut tingkat kecemasan dan beban keluarga tentang komplikasi diabetes.