REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM POLITIK LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

RINGKASAN PUTUSAN.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

KOMISI PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

Kronologi perubahan sistem suara terbanyak

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)

APA ITU DAERAH OTONOM?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

BAB I PENDAHULUAN. mengurus rumah dan selalu berada di rumah, sedangkan laki-laki adalah makhluk

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

Transkripsi:

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM POLITIK LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH Oleh : FRANSIN KONTU, S.IP., M.Si. Email : fransin.ratih@gmail.com Dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP-UNMUS ABSTRAK Kesenjangan gender di kehidupan publik dan politik merupakan tantangan global yang dihadapi masyarakat di era demokrasi dimana demokrasi yang bermakna adalah demokrasi yang memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan mayoritas penduduk Indonesia yang terdiri dari kaum perempuan. Undang-Undang Dasar tahun 1945 pada penggalan pasal 28D ayat 1 berbunyi setiap orang berhak atas perlakuan yang sama dihadapan hukum. Lebih lanjut dalam ayat 3 yang berbunyi setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Artinya, laki-laki maupun perempuan pada dasarnya sama dihadapan hukum, berperan dalam dunia politik, pendidikan, kesehatan dan dalam bentuk apapun demi kemajuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keterlibatan perempuan dalam politik dapat dilihat dari dua indikator. Pertama, keterlibatan dalam lembaga legislatif. Kedua, keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan baik dalam lembaga eksekutif maupun dalam struktur pemerintahan. Dengan adanya keterlibatan kaum perempuan dalam politik dan dengan adanya pemahaman yang cukup mengenai perbedaan kebutuhan perempuan dan laki-laki akan memengaruhi proses pengambilan keputusan yang akan membawa dampak signifikan untuk kaum perempuan. Kata Kunci : Representasi Perempuan, Politik Lokal 34

PENDAHULUAN Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masingmasing. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844). Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut : Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik. Pengembangan kehidupan demokrasi. Keadilan nasional. Pemerataan wilayah daerah. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI. Mendorong pemberdayaaan masyarakat. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Ni matul Huda (2013) 35

Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi: tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan, serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir ini, masalah keterwakilan perempuan dalam dunia politik di Indonesia menjadi suatu wacana yang penting dalam upaya meningkatkan partisipasi politik perempuan. Undang-undang Dasar Republik Indonesia tidak memberikan batasan akan partisipasi dan representasi politik kaum perempuan, karena keterlibatan kaum perempuan dalam bidang politik merupakan salah satu bentuk nyata dari perwujudan persamaan hak antara lakilaki dan perempuan yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 terutama dalam pasal 27 ayat (1) yang menyatakan setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Walaupun secara normatif UUD 1945 telah menajmin persamaan kedudukan setiap warga negara, baik perempuan maupun laki-laki namun kaum perempuan belum memperoleh manfaat yang signifikan dan optimal dalam hasil pembangunan nasional. Dalam konvensi tentang hak-hak politik perempuan pasal 1 dinyatakan : perempuan berhak memberikan suara dalam semua pemilihan dengan status sama dengan laki-laki tanpa diskriminasi. Budiardjo (2009) METODE Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kajian pustaka. Kajian pustaka atau studi kepustakaan atau studi literatur bertujuan mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode atau 36

pendekatan yang pernah berkembang dan telah didokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan. Prastowo (2012). PEMBAHASAN Perempuan dalam konteks gender didefinisikan sebagai sifat yang melekat pada seseorang untuk menjadi feminism (bersifat kewanitaan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata perempuan bermakna (1) orang atau manusia yang dapat hamil, melahirkan dan menyusui; (2) wanita; (3) isteri; (4) betina (khusus untuk hewan. Dalam beberapa difinisi mengenai partisipasi politik menekankan bahwa unsur utama dalam partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik. Surbakti mengartikan partisipasi politik sebagai keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya. Samuel Huntington dan Joan Nelson mendefinisikan partisipasi politik yaitu kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi dengan tujuan memengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Sebelum lahirnya NKRI, peran perempuan dalam dunia politik sudah ada, karena sejarah Indonesia mencatat seorang tokoh bernama Gayatri Rajapatni (ratu diatas segala ratu) yang wafat pada tahun 1350 yang diyakini sebagai perempuan dibalik kebesaran Kerajaan Majapahit (majapahit merupakan kerajaan Hindu- Budha yang dimata banyak orang tidak mungkin memberikan ruang bagi perempuan untuk berpolitik). Hasil kajian yang dilakukan oleh mantan Dubes Canada untuk Indonesia, Earl Dark, membuktikan bahwa puncak kejayaan majapahit tercapai karena peran sentral Gayatri, isteri Raden Widjaya, ibunda ratu ketiga Majapahit, Tribhuwanatungga-dewi, sekaligus nenek dari Hayamwuruk, raja terbesar sepanjang sejarah kerajaan Majapahit. Gayatri tidak pernah menjabat resmi sebagai ratu, tetapi peran politiknya telah melahirkan generasi politik yang sangat luar biasa di Nusantara kala itu. Di era kolonialisme Belanda juga kita mengenal R.A Kartini, ia lahir sebagai pemimpin perempuan yang memperjuangkan kebebasan dan peranan 37

perempuan melalui emansipasi dalam bidang pendidikan. Pemikiran yang ia lahirkan sampai saat ini masih menjadi bahan kajian para Kartini masa kini. Sebagai contoh para kepala-kepala dearah di Indonesia, yakni Walikota Surabaya, Tri Rismaharani; Bupati Minahasa Selatan (Sulawesi Utara), Chritiany Tetty Paruntu; Bupati Minahasa Utara (Sulawesi Utara), Vonie Panambunan; Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat ad alah bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan mayarakat, serta memilih wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Perwujudan kedaulatan rakyat dilaksankan melalui pemilihan umum secara langsung sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakilnya yang akan menjalankan fungsi melakukan pengawasan, menyalurkan aspirasi politik rakyat, membuat undang-undang sebagai landasan bagi semua pihak di Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menjalankan fungsi masing-masing, serta merumuskan anggaran pendapatan dan belanja untuk membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 22E, Pemilihan Umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah diselenggarakan berlandaskan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali. Pemilu diselenggarakan dengan menjamin prinsip keterwakilan, yang artinya setiap warga negara Indonesia dijamin memiliki wakil yang duduk di lembaga perwakilan yang akan menyuarakan aspirasi rakyat disetiap tingkatan pemerintahan, dari pusat hingga ke daerah. Pemilu yang terselenggara secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan wakil rakyat yang berkualitas, dapat dipercaya, dan dapat menjalankan fungsi kelembagaan legislatif secara optimal. Penyelenggaraan pemilu yang baik dan berkualitas akan meningkatkan derajat kompetisi yang sehat, partisipatif dan keterwakilan yang makin kuat dan dapat dipertanggungjawabkan. 38

Adanya partai politik merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat yang penting dalam mengembangkan kehidupan demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan dalam berucap, bersikap, berbuat, bertingkah serta berpolitik. Menjunjung tinggi kesetaraan dalam bentuk apapun, termasuk kesetaraan dalam mengambil bagian dan berkompetisi dalam dunia politik. Menjunjung tinggi kebersamaan dalam membangun bangsa, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang adil, bangsa yang bermartabat serta menjadikan bangsa yang mandiri. Bagian ini tidak hanya dilakukan oleh para laki-laki, namun para perempuan harus turut andil didalamnya. Menjunjung tinggi kejujuran dimata masyarakat, karena kalau kita jujur maka kita akan dipercayai selamanya. Kaum perempuan pasti telah mengenyam nilai-nilai kejujuran itu, karena hati dan jiwa perempuan itu lembut dan selalu mengutamakan hati nurani dalam setiap tingkah lakunya, Budiardjo (2009) Partisipasi politik kaum perempuan dalam kegiatan politik di Indonesia secara umum dapat dilihat dari dua indikator, yaitu : pertama, keterlibatan kaum perempuan dalam lembaga legislatif, baik DPR maupun DPRD. Dan kedua, kehadiran kaum perempuan sebagai pengambil keputusan dalam lembaga eksekutif, baik dalam struktur pemerintahan maupun dalam jabatan eselon I sampai dengan eselon III dalam kementerian atau lembaga. Menurut Miriam Budiardjo, lembaga legislatif di Indonesia telah ada sejak masa pra-kemerdekaan dengan dibentuknya volksraad pada tahun 1918. Namun demikian, partisipasi politik kaum perempuan dilembaga legislatif baru dimulai pada tahun 1950-an. Berdasarkan data dari center for Asia-Pacific women in politics, tercatat ada dua faktor utama yang menghambat partisipasi politik kaum perempuan, yaitu : 1. Pengaruh dari masih mengakarnya peran dan pembagian gender antara laki-laki dan perempuan yang tradisional yang membatasi atau menghambat partisipasi perempuan dibidang kepemimpinan dan pembuatan kebijakan atau keputusan. 2. Kendala-kendala kelembagaan yang masih kuat atas akses perempuan terhadap kekuasaan yang tersebar diberbagai kelembagaan sosial-politik, antara lain tipe sistem pemilihan umum. 39

Menurut Nadezha Shvedova, masalah atau kendala yang dihadapi perempuan memasuki kehidupan politik di parlemen dikategorikan menjadi 3 (tiga) jenis : 1. Kendala Politik 2. Kendala Sosial-Ekonomi 3. Kendala Psikologi Di Indonesia, ada beberapa faktor yang menghambat keterwakilan perempuan khususnya dalam pengambilan keputusan, antara lain : 1. Kurangnya kehendak politik (political will) 2. Kurangnya massa kritis (critical mass) perempuan didunia politik 3. Akses yang berbeda terhadap sumber-sumber politik 4. Keberadaan dan kuatnya jaringan laki-laki 5. Ketidakadilan gender yang terjadi dalam masyarakat (steretype, kekerasan, marginalisasi, beban ganda dan subrdinasi) 6. Sistem Pemilihan Umum 7. Kurang dibukanya katup intelektualitas bagi individual perempuan yang berpotensi meraih dukungan massa dan berpotensi mengikuti rekrutmen didunia politik, sehingga masih ada diskriminasi bagi perempuan untuk memasuki dunia politik, termasuk lembaga legislatif. 8. Kurangnya percaya diri perempuan untuk memasuki wilayah atau arena politik, terlebih untuk bersaing dengan kaum laki-laki. 9. Lemahnya dukungan, baik secara internal maupun eksternal dalam mendukung kaum perempuan dibidang politik, termasuk lemahnya dukungan media massa terhadap penyebarluasan potensi dan kontribusi yang dapat diberikan oleh kaum perempuan dibidang politik. Meskipun sudah ada undang-undang yang mengatur tentang keterwakilan perempuan 30% untuk kaum perempuan di lembaga legislatif, baik DPR maupun DPRD namun ternyata belum disertai dengan sanksi yang tegas bagi partai politik yang tidak menjalankan ketentuan tersebut. Sama halnya dengan undang-undang no 12 tahun 2003, dalam undang-undang no 10 tahun 2008 juga tidak diatur mengenai sanksi bagi partai politik yang tidak memenuhi angka 30% dalam daftar yang diajukan. KPU hanya meminta partai politik untuk memilih diantara dua 40

alternatif, yaitu : pertama : memnyampaikan alasan secara tertulis kepada KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota. Kedua, menempatkan bakal calon legislatif perempuan pada nomor urut kecil, sehingga peluang bakal calon legislatif perempuan untuk terpilih lebih besar. Berdasarkan kenyataan selama ini, kecil kemungkinan partai politik akan bersedia menempatkan calon legislatif perempuan dalam nomor urut kecil yang berarti diatas laki-laki. Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 7 tahun 2013 tentang pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan Kabupaten/Kota, dalam pasal 27 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa jika ketentuan keterwakilan perempuan tidak terpenuhi maka partai politik dinyatakan tidak memenuhi syarat pengajuan daftar bakal calon pada daerah pemilihan bersangkutan. PKPU tersebut kemudian mendapatkan berbagai tanggapan, baik yang pro maupun yang kontra., terutama dari partai politik peserta pemilihan umum tahun 2014. Dari 15 partai politik yang memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan umum tahun 2014, hanya beberap partai yang menyatakan kesiapannya untuk memenuhi kuota 30% keterwakilan kaum perempuan dan rata-rata partai politik tersebut memiliki sayap organisasi yang fokus pada gerakan perempuan, antara lain Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan, Partai Golongan Karya, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Hal ini dapat terlihat dari pernyataan para pimpinan partai politik tersebut. Organisasi sayap yang ada dalam partai politik biasanya memang menyasar pada kelompok-kelompok tententu, tidak terkecuali kelompok perempuan. Berikut daftar organisasi sayap partai politik yang bergerak di bidang perempuan : No Nama Partai Politik Nama Organisasi Sayap 1 Demokrat Perempuan Demokrat Republik Indonesia 2 PDI-Perjuangan Srikandi Perempuan PDI-Perjuangan 3 Golongan Karya Kesatuan Perempuan Golkar 4 Partai Kebangkitan Bangsa Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa 5 Partai Amanat Nasional Persaudaraan Perempuan Amanat Nasional 41

6 Partai Persatuan Pembangunan Wanita Persatuan Pembangunan 7 Partai Keadilan Sejahtera Persaudaraan Muslimah 8 Partai Gerakan Indonesia Raya Perempuan Indonesia Raya 9 Partai Hati Nurani Rakyat Perempuan Hanura 10 Partai Nasional Demokrat Garda Wanita Malahayati Sumber : Ormas Dilarang Jadi Sayap Partai, Republika. 19 Februari 2013 Meskipun hampir semua partai politik memiliki sayap organisasi perempuan, sebagian besar partai politik ini tetap keberatan dengan persyaratan yang diatur oleh PKPU. Sebaliknya, beberapa organisasi non-pemerintah dan aktivis yang fokus pada pemberdayaan politik perempuan sangat mendukung PKPU. Bahkan organisasi-organisasi tersebut membentuk koalisi yang disebut Koalisi Amankan Pemilu (KAP) dan menyampaikan sikap yang i ntinya menyatakan bahwa partai politik peserta pemilu wajib memenuhi kuota 30% keterwakilan perempuan dalam daftar anggota legislatif. KAP juga menyatakan bahwa partai politik harus bersedia menerima konsekuensi, yaitu tidak dapat mengikuti pemilihan umum didaerah pemilihan bersangkutan bila tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut. Dari berbagai tanggapan yang diajukan oleh partai politik yang merasa keberatan dengan PKPU, dapat dilihat bahwa salah satu alasan yang diajukan oleh partai politik adalah sulitnya memenuhi keterwakilan 30% perempuan dalam daftar calon anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk daerah-daerah tertentu. Meskipun tidak semua partai politik dapat memenuhi keterwakilan 30% untuk kaum perempuan di setiap dapil, namun dari daftar calon anggota legislatif tetap (DCT) untuk DPR -RI Periode 2014-2019 yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Agustus 2013 telah menunjukkan bahwa persentase keterwakilan perempuan secara umum telah mencapai angka 35%. Sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, pemilu harus mampu menjamin prinsip keterwakilan, akuntabilitas dan legitimasi. Selain sebagai wujud pelaksanaan demokrasi, pemilu menjadi penting bagi perempuan, karena : 42

1. Pemilu merupakan mekanisme yang dapat memengaruhi tingkat keterwakilan perempuan dan lembaga pembuat undang-undang (legislatif) dan kebijakan publik. 2. Keterwakilan perempuan pada lembaga-lembaga tersebut penting agar rancangan undang-undang (RUU) serta kebijakan publik yang dihasilkan memperhatikan kepentingan perempuan dan tidak diskriminatif terhadap perempuan. 3. Perempuan mempunyai kebutuhan khusus yang hanya dapat dipahami paling baik oleh kaum perempuan itu sendiri. 4. Perempuan merupakan separuh lebih dari jumlah penduduk yang seharusnya mempunyai peran yang sangat menentukan dalam mewujudkan masyarakat adil dan demokratis 5. Sama seperti laki-laki, perempuan juga mempunyai hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan negara, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas. Agar suara perempuan terdengar dan dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan, diperlukan berbagai upaya untuk mengakselerasi peningkatan keterwakilan perempuan dilembaga tersebut. Upaya tersebut antara lain : 1. Memperluas cakupan affirmative action. Selama ini affirmative action lebih banyak diatur dalam undang-undang tentang pemilu dibanding dalam dua undang-undang lainnya yang terkait dengan pemilu yaitu undang-undang tentang partai politik dan undang-undang tentang penyelenggara pemilu. 2. Memperberat sanksi bagi parpol yang tidak dapat memenuhi keterwakilan 30% untuk perempuan dalam daftar caleg. 3. Melakukan pendidikan politik yang merupakan salah satu fungsi yang harus dijalankan oleh partai politik, dengan materi antara lain : a. Sistem Ketatanegaraan dan Pemerintahan di Indonesia b. Sistem Pemilihan Umum c. Membangun Citra Diri d. Komunikasi Politik 43

e. Menggalang Dana f. Membangun Jejaring KESIMPULAN Di Indonesia, isu kesetaraan gender masih menjadi suatu permasalahan dalam proses demokratisasi. Isu kesetaraan gender tersebut menyebabkan kurangnya partisipasi politik bagi kaum perempuan di Indonesia, padahal partisipasi politik perempuan yang lebih besar. Representasi dan persoalan akuntabilitas menjadi persyaratan mutlak bagi terwujudnya demokrasi yang lebih bermakna di Indonesia. Demokrasi yang bermakna adalah demokrasi yang memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan mayoritas penduduk Indonesia yang terdiri dari perempuan.ide bahwa politik bukan wilayah bagi perempuan adalah ide yang selalu didengungkan selama berabad-abad, dan ternyata memang sangat efektif untuk membatasi perempuan untuk tidak memasuki wilayah ini.terminologi publik dan privat yang erat kaitannya dengan konsep gender, peran gender, dan stereotype, telah menciptakan ketidaksetaraan dan ketidakadilan di antara perempuan dan laki-laki.akibat yang paling jelas dari situasi politik seperti itu adalah marjinalisasi dan pengucilan perempuan dari kehidupan politik formal. Dalam hal ini kaum perempuan harus lebih dibekali lagi dengan pendidikan politik yang cukup agar mereka lebih berkualitas dan berperspektif gender. Hal ini sangatlah penting agar kaum perempuan nantinya dapat memiliki kemampuan yang handal untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan kaum perempuan secara maksimal. Demikian halnya dengan kaum perempuan yang akan menjadi pemilih dalam pemilihan umum, mereka perlu diberikan pendidikan politik juga agar mereka hanya memilih calon legislatif ataupun memilih kepala daerah yang berkualitas dan berperspektif gender. Adapun beberapa materi yang perlu disampaikan kepada kaum pemilih perempuan seperti : 1. Informasi mengenai kondisi obyektif partisipasi dan keterwakilan perempuan dalam politik saat ini termasuk proporsi jumlah penduduk perempuan dengan jumlah perempuan yang menduduki jabatan-jabatan politik. 44

2. Informasi mengenai hak asasi perempuan termasuk hak politik perempuan dan bagaimana menggunakan hak-hak tersebut. 3. Pengetahuan mengenai peran perempuan dan isu gender dalam politik termasuk didalamnya pengenalan terhadap konsep gender, konsep kesetaraan gender dan keadilan gender. 4. Informasi mengenai undang-undang yang berkaitan dengan bidang politik. 5. Pentingnya memilih partai politik yang berperspektif gender dan mengetahui konsekuensi dari pilihan tersebut. Demi lahirnya pemimpin perempuan yang berkualitas, kaum perempuan harus benar-benar dipersiapkan untuk menduduki jabatan-jabatan tersebut dengan melakukan peningkatan kapasitas bagi calon pemimpin perempuan, sehingga kaum perempuan yang nantinya menduduki jabatan-jabatan adalah kaum perempuan yang berkualitas dan dapat menyuarakan dan membela kepentingan kaum perempuan, tidak sekedar menjadi boneka pajangan yang duduk untuk memenuhi jumlah kursi yang diberikan kepada perempuan. 45

DAFTAR PUSTAKA : Andi Prastowo. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi revisi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Huda Ni matul. 2013. Otonomi Daerah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Huntington, Samuel dan Joan Nelson. 1990. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta : Rineka Cipta. Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Susiana Sali. 2013.Rekrutmen Perempuan Calon Anggota DPRD Provinsi : Implementasi Kuota 30% Keterwakilan Perempuan dalam Daftar Calon Anggota Legislatif Pemilu tahun 2014. Laporan penelitian. Jakarta : Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI Women Research Institute, Pemilu 2009 : Suara Terbanyak VS Nomor Urut (Studi Atas Pemilu Legislatif 2009 di Indonesia). 12 Maret 2010 Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 46