METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol dengan pola post test-only control group design. Menggunakan 25

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest only

III. METODOLOGI PENELITIAN. terkontrol dengan pola post test only control group design. Menggunakan 25

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) dan dengan pendekatan Post Test Only Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Menggunakan 25 ekor tikus putih galur Sprague dawley jantan berumur 8-12

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. only control group. Dilakukan dengan cara membandingkan hasil

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan post test only controlled group design (Notoatmodjo, 2012).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, yaitu untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

III. METODE PENELITIAN. denan menggunakan hewan uji berupa tikus putih betina galur Sprague

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

Gambar 6. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola Post Test-Only

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. pendekatan Pre test - Post Test Only Control Group Design. Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran

III. METODE PENELITIAN. dan diberikan tumbukan daun pada tikus putih (rattus norvegicus ) jantan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola post testonly

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penlitian ini merupakan penelitian penelitian eksperimental dengan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

III. METODE PENELITIAN. jantung dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test

METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan menggunakan pola

METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak terkontrol dengan pola post test only control group design. Sampel peneltitian menggunakan 20 ekor tikus putih yang telah diinduksi DMBA dan 5 ekor tikus putih normal galur Sprague dawley berumur 5 minggu yang dipilih secara random yang dibagi menjadi 5 kelompok. B. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Animal House Fakultas Kedokteran UNILA, sedangkan pembuatan preparat dan pengamatannya dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan selama 15 hari di bulan Oktober dan November 2013.

C. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley berumur 5 minggu yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor. Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley merupakan tikus yang paling sering digunakan untuk percobaan. Tikus ini memiliki temperamen yang tenang sehingga mudah dalam penanganan. Tikus ini jarang hidup lebih dari 3 tahun (Putra, 2009). Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 25 ekor tikus yang dipilih secara acak dan dibagi dalam 5 kelompok dengan pengulangan sebanyak 5 kali (n=5), sesuai dengan rumus Frederer. Menurut Frederer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah: (t 1) (r 1)>15 Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi: (5 1) (r 1)>15 4n 4>15 4n>19 n>4,75 21

Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor (n>4,75) dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 5 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih dari populasi yang ada. D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 1. Kriteria inklusi a. Aktif bergerak b. Memiliki berat badan 180 200 gram c. Berusia 5 minggu 2. Kriteria ekslusi 1. Tampak sakit (penampakan rambut kusam, rontok, atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus, genital) 2. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di laboratorium 3. Mati selama masa pemberian perlakuan 22

E. Alat dan Bahan 1. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan ada dua yaitu DMBA dengan dosis 30 mg/kgbb dan ekstrak mahkota dewa (Phaleria macrocarfa) dengan dosis 24 mg, 48 mg, dan 96 mg. 2. Bahan Kimia Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histopatologi dengan metode paraffin meliputi: larutan formalin 10% untuk fiksasi, alkohol 70%, alkohol 96%, alkohol absolut, etanol, xylol, pewarna hematoksilin dan eosin, dan entelan. 3. Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g, untuk menimbang berat tikus. b. Spuit oral 1 cc c. Minor set untuk pembedahan tikus d. Kandang tikus e. Botol minuman tikus f. Mikroskop cahaya g. Kamera digital 23

4. Alat Pembuat Preparat Histopatologi Alat pembuat preparat histopatologi yang digunakan adalah object glass, deck glass, tissue cassette, rotarymicrotome, oven, water bath, platening table, autochnicom processor, staining jar, staining rak, kertas saring, histoplast, dan parafin dispenser. F. Prosedur Penelitian 1. Prosedur Pemberian Ekstrak Etanol 70% Buah Mahkota Dewa Proses pembuatan ekstrak buah mahkota dewa dalam penelitian ini menggunakan etanol sebagai pelarut. Ekstraksi dimulai dari penimbangan daun mahkota dewa. Selanjutnya seluruh bagian tumbuhan dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 70% ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2 (dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 40 0 C sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering (Sulistianto dkk., 2004). 24

2. Prosedur Pemberian Dosis Ekstrak Etanol 70% Buah Mahkota Dewa Dosis ekstrak buah mahkota dewa pada ekperimen ini adalah 120 mg/kgbb yang didapat dari dosis mencit pada penelitian sebelumnya yang telah dikonversi ke dosis manusia terlebih dahulu (Rahmawati dkk., 2006). Dosis tikus (200g) = 120 mg/kgbb /1000 = 0,12 mg/gbb x 200 = 24 mg/200gbb Dosis untuk 200g tikus adalah 24 mg/200gbb. Dalam penelitian ini kelompok kontrol negatif dan kontrol positif tidak diberikan ekstrak etanol 70% buah mahkota dewa. Dosis awal ekstrak etanol 70% buah mahkota dewa diambil dari dosis normal tikus, sedangkan dosis kedua diambil dari hasil pengalian 2x dosis pertama dan dosis ketiga diambil dari hasil pengalian 4x dari dosis awal. Jadi, dosis yang digunakan untuk tiap tikus pada kelompok III adalah sebanyak 24 mg/200gbb, pada kelompok IV adalah 48 mg/200gbb, dan pada kelompok V adalah 96 mg/gbb. Volume ekstrak etanol 70% buah mahkota dewa diberikan secara oral sebanyak 1 ml yang merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan pada volume normal lambung tikus yaitu 3 5 ml. Jika volume ekstrak 25

melebihi volume lambung, dapat berakibat dilatasi lambung secara akut yang dapat menyebabkan robeknya saluran cerna (Ngatidjan, 2006). 3. Prosedur Pemberian Dosis DMBA Dosis DMBA yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis tunggal 30mg/kgBB intraperitoneal. Dosis ini merupakan dosis karsinogenik pada tikus. 4. Prosedur Penelitian a. Tikus sebanyak 25 ekor, dikelompokkan dalam 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal, hanya yang diberi aquades dan pakan protein 14% untuk riset. Kelompok II sebagai kontrol patologis, diinduksi DMBA dengan dosis 30 mg/kgbb. Kelompok III adalah kelompok yang telah diinduksi DMBA 30 mg/kgbb dan diberikan ekstrak mahkota dewa dosis 24 mg, kelompok IV telah diinduksi dmba 30 mg/kgbb dan diberikan ekstrak mahkota dewa dengan dosis 48 mg, dan kelompok V telah diinduksi DMBA dan diberikan ekstrak mahkota dewa dengan dosis 96 mg. Masing masing mahkota dewa diberikan secara peroral selama 15 hari b. Setelah 15 hari, perlakuan dihentikan c. Selanjutnya tikus dianastesi kemudian dilakukan dekapitasi dan dilakukan pembedahan 26

d. Setelah dilakukan laparotomi untuk mengambil organ hepar tikus, bangkai tikus dimusnahkan dengan cara pembakaran di tempat khusus. 5. Dilakukan pemeriksaan morfologi hepar secara mikroskopis a. Teknik pembuatan preparat: 1) Fixation a) Memfiksasi spesimen berupa potongan organ hepar yang telah dipilih segera dengan larutan pengawet formalin 10% b) Mencuci dengan air mengalir 2) Trimming a) Mengecilkan organ ±3 mm b) Memasukkan potongan organ hepar tersebut ke dalam embedding cassette 3) Dehidrasi a) Menuntaskan air dengan meletakkan embedding cassette pada kertas tisu b) Berturut turut melakukan perendaman organ hepar dalam alkohol bertingkat 70%, 96%, alkohol absolut I, II, III masing masing selama 1 jam c) Clearing Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xilol I, II, III masing masing selama 30 menit 27

4) Impregnasi Impregnasi dengan menggunakan paraffin I dan II masing masing selama 1 jam di dalam inkubator dengan suhu 65,1 0 C 5) Embedding a) Menuangkan paraffin cair dalam pan b) Memindahkan satu persatu dari embedding cassette ke dasar pan c) Melepaskan paraffin yang berisi potongan hepar dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4 6 0 C beberapa saat d) Memotong paraffin sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan menggunakan scalpel/pisau hangat e) Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing f) Memblok paraffin siap dipotong dengan mikrotom 6) Cutting a) Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu b) Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4 5 mikron c) Memilih lembaran potongan yang paling baik, mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yan lain ditarik menggunakan kuas runcing 28

d) Memindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna e) Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan menempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan f) Mengeringkan slide. Jika sudah kering, slide dipanaskan untuk merekatkan jaringan dan sisa paraffin mencair sebelum pewarnaan g) Staining (pewarnaan) dengan Harris Hematoxylin Eosin Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, memilih slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut : Untuk pewarnaan, zat kimia yang pertama digunakan xilol I, II, III masing masing selama 5 menit. Kedua, zat kimia yang digunakan alkohol absolut I, II, III masing masing selama 5 menit. Zat kimia yang ketiga aquades selama 1 menit. Keempat, potongan organ di masukkan dalam zat warna Harris Hematoxylin selama 20 menit. Kemudian memasukkan potongan organ dalam Eosin selama 2 menit. Secara berurutan memasukkan potongan organ dalam alkohol 96% selama 2 menit, alkohol 96%, alkohol absolut III 29

dan IV masing masing selama 3 menit. Terakhir, memasukkan dalam xilol IV dan V masing masing 5 menit. 7) Mounting Setelah pewarnaan selesai menempatkan slide diatas kertas tisu pada tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan tutup dengan cover glass cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara. 8) Membaca slide dengan mikroskop Slide diperiksa di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Preparat histopatologi dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dikonsultasikan dengan ahli patologi anatomi. Gambaran kerusakan hepatosit tikus dilihat dengan melakukan pengamatan sediaan histopatologi menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x pada 5 lapangan pandang dimana setiap lapangan pandang diamati berupa infiltrasi sel radang yang terjadi pada hepatosit. Skala degenerasi bengkak keruh kemudian dihitung secara semikuantitatif dalam 5 lapang pandang berbeda. 30

Tabel 1. Skor penilaian derajat peradangan Tingkat Perubahan Skor Tidak ada hepatosit yang mengalami peradangan 0 <10% hepatosit yang mengalami peradangan 1 10 33% hepatosit yang mengalami peradangan 2 34 66% hepatosit yang mengalami peradangan 3 >66 100% hepatosit yang mengalami peradangan 4 31

Timbang berat badan tikus K1 K2 K3 K4 K5 Tikus diberi perlakuan K1 Cekok K2 Cekok K3 Cekok` K4 Cekok K5 Cekok Aquades DMBA 30 mg/kgbb DMBA 30 mg/kgbb DMBA 30 mg/kgbb DMBA 30 mg/kgbb Setelah 2 bulan Timbang berat badan tikus Adaptasi 7 hari K1 K2 K3 K4 K5 Aquades Aquades Ekstrak BMD 24 mg Ekstrak BMD 48 mg Ekstrak BMD 96 mg 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari Tikus dianastesi kemudian dilakukan dekapitasi dan pembedahan Lakukan laparotomi lalu hepar tikus diambil Sampel hepar difiksasi dengan formalin 10% Sampel hepar dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk pembuatan sediaan histopatologi Pengamatan sediaan histopatologi dengan mikroskop Interpretasi hasil pengamatan Gambar 5. Diagram Alur Penelitian. 32

G. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Identifikasi Variabel a. Variabel independen adalah pemberian ekstrak mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) b. Variabel dependen adalah gambaran mikroskopis hepar 2. Definisi Operasional Variabel Tabel 2. Definisi operasional variabel Variabel Definisi Skala Dosis ekstrak Dosis efektif mahkota dewa adalah 24 mg Kategorik mahkota dewa Kelompok I (kontrol negatif) = pemberian aquades Kelompok II (kontrol positif) = pemberian DMBA 30 mg/kgbb Kelompok III (perlakuan coba) = pemberian mahkota dewa dosis 24 mg + DMBA 30 mg/kgbb Kelompok IV (perlakuan coba) = pemberian mahkota dewa dosis 48 mg + DMBA 30 mg/kgbb Kelompok V (perlakuan coba) = pemberian mahkota dewa dosis 96 mg + DMBA 30 mg/kgbb Gambar histopatologi hepar tikus Gambaran kerusakan hepatosit tikus dilihat dengan melakukan pengamatan sediaan histopatologi menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x pada 5 lapangan pandang dimana setiap lapangan pandang diamati sel radang yang terjadi pada hepatosit Numerik H. Analisis Data Analisis data penelitian diproses dengan program SPSS versi 20.0 for windows dengan tingkat signifikansi p=0,05, langkah langkahnya sebagai berikut: 33

1. Uji normalitas Data (p>0,05) Pengujian normalitas data menggunakan Shapiro Wilk test untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak normal. Hasil uji normalitas ini untuk menentukan analisis berikutnya, yaitu analisis parametrik bila data berdistribusi normal atau non parametrik bila data tidak berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas data (p>0,05) Pengujian homogenitas data menggunakan uji Levene s untuk mengetahui data homogen atau tidak homogen. Hasil uji homogenitas ini untuk menentukan analisis berikutnya, yaitu analisis parametrik bila data homogen atau non parametrik bila data tidak homogen. 3. Uji parametrik (One Way ANOVA) Untuk menguji perbedaan pengaruh kelompok I, kelompok II, kelompok III, kelompok IV, kelompok V. 4. Uji non parametrik (Kruskal Wallis) Untuk menguji perbedaan pengaruh kelompok I, kelompok II, kelompok III, kelompok IV, kelompok V dan merupakan uji alternatif dari One Way ANOVA. 5. Analisis Post Hoc Bila pada uji One Way ANOVA menghasilkan nilai p<0,05. 6. Uji Mann Whitney Test Bila pada uji Kruskal Wallis menghasilkan nilai p<0,05 atau sebagai uji non parametrik uji T tidak berpasangan. 34

I. Etika Penelitian Implikasi etik pada hewan, pengelolaan binatang coba pada penelitian ini mengikuti animal ethics. Hal yang perlu dilaksanakan sesuai dengan etik antara lain megikuti prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu replacement, reduction, dan refinement (Ridwan, 2013). Replacement adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. Dalam hal ini, peneliti tetap menggunakan hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) galur Spargue Dawley dan tidak digantikan dengan hewan coba lainnya. Reduction diartikan sebagai pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini, peneliti menghitung jumlah minimum menggunakan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1)>15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan. Refinement adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi (humane), memelihara hewan dengan baik, tidak menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir penelitian. Pada dasarnya prinsip refinement berarti membebaskan hewan coba dari beberapa kondisi. Yang pertama adalah bebas dari rasa lapar dan haus, dengan memberikan akses makanan dan air minum yang sesuai dengan jumlah yang memadai baik jumlah dan komposisi nutrisi untuk kesehatannya. 35