HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kebaikan dan perilaku yang terpuji. Akan tetapi, banyak kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAUMANTULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

ERFIANA RESTYA RAHMAWATI A

PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL SISWA KELAS X IPS SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS SISWA DI ORGANISASI SEKOLAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk. salah satunya dengan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BERORGANISASI DISEKOLAH DAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMK N 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi.

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbang akan tetapi pendidikan tidak akan dan tidak boleh

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

ABSTRAK. Kata kunci: Prestasi belajar, cara mengatur waktu, perhatian, kelelahan, dan pondok pesantren.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: IZZA FAHMI PUSPITASARI F 100 100 019 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : IZZA FAHMI PUSPITASARI F 100 100 019 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Izza Fahmi Puspitasari Wisnu Sri Hertinjung, S.Psi, M.Psi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Email : pizapuspitta@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada remaja, mengetahui tingkat regulasi emosi, mengetahui tingkat kecenderungan perilaku bullying, dan mengetahui sumbangan efektif regulasi emosi terhadap kecenderungan perilaku bullying pada remaja. Metode pendekatan menggunakan metode kuantitatif. Pengambilan data menggunakan skala kepada 80 siswa remaja kelas XI SMA Assalaam. Analisis data dilakukan dengan analisis product moment menggunakan program bantu SPSS 15.0 For Windows Program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang snagat signifikan antara regulasi emosi dengan kecenderungan perilaku bullying, dilihat dari nilai r sebesar -0,401 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,01). Artinya semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah kecenderungan perilaku bullying pada remaja, begitu pula sebaliknya. Tingkat regulasi emosi tergolong sedang sebesar 88,49. Tingkat kecenderungan perilaku bullying tergolong rendah sebesar 55,33. Sumbangan efektif regulasi emosi terhadap kecenderungan perilaku bullying sebesar 16% artinya masih ada 84% faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan perilaku bullying pada remaja. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara regulasi emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada remaja. Keyword: regulasi emosi, kecenderungan perilaku bullying

PENDAHULUAN Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tercantum bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Suwarno, 2006) Namun pada kenyataannya, telah terjadi berbagai penyimpangan yang melanda semua sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat. Masalahnya sangat kompleks dan mendasar yang apabila tidak ditangani secara serius dapat membawa akibat yang sangat buruk. Salah satu masalah sosial yang dihadapi Indonesia saat ini adalah maraknya aksi kekerasan remaja. Kekerasan yang sering terjadi merupakan kekerasan yang sifatnya kolektif misalnya perkelahian antar geng. Tidak jarang juga kekerasan itu bersifat individu seperti perkelahian antar individu, pemerasan, pelecehan seksual dan kekerasan-kekerasan lainnya yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam riset yang dilakukan LSM Plan International dan International Center for Research on Woman (ICRW) yang dirilis awal Maret 2015, bahwa terdapat 84% anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. (Qodar, 2015) Crick, dkk (krahe, 2005) mengemukakan bahwa bullying tidak mewakili suatu tindak kriminal, bullying dapat menimbulkan efek negatif yang dengan jelas membuatnya 1

menjadi salah satu bentuk perilaku agresif. Meskipun perilaku agresif dengan bullying memiliki kesamaan dalam melakukan serangan kepada orang lain, akan tetapi ada perbedaan antara bullying dengan perilaku agresif, yaitu terletak pada jangka menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya. Bentuknya bisa bersifat fisik seperti memukul, menampar, dan memalak. Bersifat verbal seperti memaki, menggosip, dan mengejek, serta psikologis seperti waktu melakukannya, dimana bullying mengintimidasi, mengucilkan, terjadi secara berkelanjutan dengan jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan korbannya terusmenerus merasa cemas, dan terintimidasi. Sedangkan perilaku agresif, yaitu serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Menurut Coloroso (2007) bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah. Tindakan penindasan ini dapat diartikan sebagai penggunaan mengabaikan, dan mendiskriminasi. Kekerasan dan perilaku negatif ini dapat terjadi di luar maupun di dalam sekolah. Kasus bullying di Indonesia cukup beraneka ragam, dari mengejek sampai dengan membunuh korban. Seperti yang dialami oleh Galih Masruhi salah satu siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Tegal, Jawa Tengah tewas usai dipukuli kakak kelasnya. Polisi menemukan luka lebam pada tubuh remaja berusia 16 tahun itu. Dia kekuasaan atau kekuatan untuk 2

dipukuli seniornya dalam sebuah acara kepribadian temperamen. sekolah. (Listy, 2014) Menurut Cowie dan Jennifer (2008) salah satu faktor penyebab terjadinya perilaku bullying adalah karakteristik Individu. Seorang anak yang memiliki temperamen tinggi cenderung akan menjadi anak yang lebih agresif. Remaja yang bingung dalam menempatkan dirinya di masyarakat karena masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa mengalami berbagai macam perkembangan mencapai kematangan fisik,mental, sosial dan emosional sehingga sering membuat remaja mengungkapkan emosi negatifnya dengan cara yang tidak tepat, misalnya dengan melakukan perilaku agresif. Sependapat dengan Cowie dan Temperamen adalah karakteristik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon emosional. Temperamen bukan saja cara mendekati dan berinteraksi terhadap dunia luar. Tetapi juga cara mereka meregulasi fungsi mental, emosional, dan perilaku mereka. Kebahagiaan seseorang dalam hidup ini bukan karena tidak adanya bentuk-bentuk emosi dalam dirinya, melainkan kebiasaannya memahami dan menguasai emosi. Proses pengendalian emosi ini juga disebut sebagai proses regulasi emosi.(goleman, 1995). Remaja dikatakan telah mencapai kematangan emosinya apabila ia tidak meledakkan emosinya yang tidak pada tempatnya. untuk Jennifer, Novianti (2008) berpendapat mencapai kematangan emosi, setiap bahwa salah satu faktor penyebab perilaku bullying yaitu faktor orang harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang 3

dapat menimbulkan reaksi emosi, serta harus dapat menggunakan katarsis emosi. Katarsis emosi yang dapat dilakukan adalah latihan fisik, bekerja dengan giat, belajar dengan rajin, serta kecenderungan perilaku bullying pada remaja. 2. Untuk mengetahui tingkat regulasi emosi. 3. Untuk mengetahui tingkat menjalankan agamanya dengan baik. (Hurlock, 1993) kecenderungan bullying. perilaku Berdasarkan uraian diatas, salah satu yang mempengaruhi kecenderungan perilaku bullying adalah regulasi emosi. Oleh karena itu, 4. Mengetahui sumbangan efektif regulasi emosi terhadap kecenderungan perilaku bullying pada remaja. penulis merumuskan suatu permasalahan, yaitu: Apakah ada Hubungan Antara Regulasi Emosi dengan Kecenderungan Perilaku Bullying pada Remaja?. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Regulasi Emosi dengan Kecenderungan Perilaku Bullying pada Remaja. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan MANFAAT Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Memperkaya dan menambah pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu psikologi khususnya di bidang psikologi pendidikan dan perkembangan, serta ilmu pengetahuan yang mengkaji masalah tentang dunia remaja. 4

2. Memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam membantu mengubah emosi negatif menjadi emosi positif, sehingga membuat Kelas-kelas tersebut adalah kelas XI IPA 1 untuk santriwati dan kelas XI IPA 3 dan XI IPS 2 untuk santriwan. Metode pengumpulan data menggunakan skala regulasi rendahnya kecenderungan emosi dan skala kecenderungan perilaku bullying pada siswa dan dapat menjadi intropeksi bagi siswa dalam perilaku bullying. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. meningkatkan emosinya kecenderungan bullying rendah. regulasi agar perilaku HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan analisis product moment diperoleh nilai koefisien korelasi r = -0,401 METODE Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah santri SMA Assalaam kelas XI yang berjumlah 131 santri. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling. Kelas XI SMA Assalaam terdapat lima dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan hubungan kedua variabel sangat signifikan. Nilai r yang negatif menunjukkan arah hubungan yang negatif diantara kedua variabel, artinya semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah kecenderungan perilaku bullying, begitupun kelas. Dari lima kelas tersebut sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan ditentukan 3 kelas secara acak. hipotesis penelitian yaitu ada 5

hubungan negatif antara regulasi emosi dengan kecenderungan perilaku bullying. Cowie dan Jennifer (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab kecenderungan perilaku bullying salah satunya adalah regulasi emosi yang buruk atau sifat temperamen. Seorang anak yang memiliki temperamen tinggi cenderung akan menjadi anak yang lebih agresif. Remaja yang bingung dalam menempatkan dirinya di masyarakat karena mengalami berbagai macam perkembangan yang faktor penyebab terjadinya perilaku bullying adalah: Fakor kepribadian. salah satu faktor penyebab anak melakukan bullying adalah temperamen. Temperamen adalah karakteristik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon emosional. Temperamen bukan saja cara mendekati dan berinteraksi terhadap dunia luar. Tetapi juga cara mereka meregulasi fungsi mental, emosional, dan perilaku mereka. Rerata empirik pada variabel kecenderungan perilaku bullying sebesar 55,33 dan rerata hipotetiknya mencapai kematangan fisik,mental, sebesar 65 yang berarti tngkat sosial dan emosional sering membuat remaja mengungkapkan emosi negatifnya dengan cara yang tidak tepat, misalnya dengan melakukan perilaku agresif. kecenderungan perilaku bullying pada subjek tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa aspek-aspek dalam kecenderungan perilaku bullying yang terdiri dari niat sengaja Hal serupa dikemukakan oleh (Deliberate), pengulangan Novianti (2008), bahwa salah satu (Repetition), ketimpangan kekuatan 6

(Imbalance of power) yang dimiliki oleh remaja kelas XI SMA Assalaam tergolong rendah. Kondisi ini dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini remaja kelas XI SMA Assalaam cenderung kurang memiliki hasrat/keinginan untuk melakukan bullying. Rerata empirik pada variabel regulasi emosi sebesar 84,49 dan rerata hipotettiknya sebesar 77,5 yang berarti tingkat regulasi emosi pada subjek tergolong sedang. Hal ini menunjukkan bahwa aspek-aspek dalam regulasi emosi yang terdiri dari memonitor emosi, mengevaluasi emosi, dan memodifikasi emosi yang dimiliki oleh remaja kelas XI SMA Assalaam tergolong sedang. Kondisi ini dapat menunjukkan bahwa dalam penelitian ini remaja kelas XI SMA Assalaam cukup mampu memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi emosinya sehingga emosinya dapat terkelola. Sumbangan efektif regulasi emosi terhadap kecenderungan perilaku bullying adalah sebesar 16 % yang ditunjukkan dengan nilai r 2 sebesar 0,16. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain sebesar 84% yang mempengaruhi kecenderungan perilaku bullying selain regulasi emosi seperti misalnya hubungan interpersonal yang terjalin dengan teman-teman, keluarga, sekolah, serta norma-norma atau budaya masyarakat. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Fitriana Naimatu Jannah pada siswa SMK Muhammadiyah 1 Malang yang mengatakan bahwa ada hubungan negatif antara kematangan emosi dengan perilaku agresi (Jannah, 2009). Penelitian lain yang dilakukan oleh Ridhayati Faridh (2008) 7

dihasilkan bahwa adanya korelasi negatif yang signifikan antara regulasi mempengaruhi perilaku bullying. kecenderungan emosi dengan kecenderungan kenakalan remaja. Hasil penelitian tersebut berlawanan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedjatmiko dkk (2013) pada anak SD yang mengatakan bahwa tidak didapatkan Setiap penelitian tentu memiliki kelemahan begitu juga ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam hasil penelitian ini yaitu : 1. Alat ukur yang digunakan hanya menggunakan skala, sehingga belum mampu mengungkapkan hubungan antara status bullying aspek-aspek karakteristik dengan masalah emosi dan perilaku maupun prestasi akademik. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara regulasi emosi dengan kecenderungan perilaku bullying, namun generalisasi dari hasil penelitian ini terbatas pada populasi penelitian. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel regulasi emosi dapat digunakan sebagai prediktor variabel bebas yang kepribadian secara mendalam. 2. Generalisasi hasil penelitian ini terbatas pada populasi penelitian, sehingga hasil kesimpulan tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh remaja secara umum maupun ditempat lain tanpa melakukan penelitian kembali. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu : 8

1. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara regulasi emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada remaja kelas XI SMA di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam. 2. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa regulasi emosi pada subjek penelitian tergolong sedang. 3. Berdasarkan hasil penelitian, sudah dilakukan untuk membantu siswa menyalurkan energinya, sehingga emosi negatif bisa disalurkan ke hal positif. Mempertahankan program yang sudah dijalankan selama ini oleh bagian bimbingan dan konseling, yaitu dengan selalu terbuka menerima konseling. Bisa pula diketahui bahwa kecenderungan ditambahkan dengan perilaku bullying pada subjek penelitian tergolong rendah. melakukan konseling secara rutin atau observasi berkala 4. Sumbangan efektif regulasi mengenai perilaku-perilaku emosi terhadap kecederungan perilaku bullying sebesar 16%. dari siswa berkaitan dengan emosi siswa, sehingga bisa memantau tahap SARAN 1. Bagi sekolah Mempertahankan kecenderungan perilaku bullying yang rendah dengan terus melanjutkan berbagai program perkembangan semosinya, atau melakukan penyuluhan dan penanganan baik dari pihak sekolah maupun melibatkan pihak ahli dalam menangani ekstrakulikuler dan kulikuler yang 9

emosi tiap siswa agar tidak berkepanjangan. Membantu para siswa yang masih memiliki regulasi emosi yang rendah, melalui berbagai jenis ekstrakulikuler berupa fasilitas olahraga, minat bakat, dll sehingga emosi negatif bisa berubah menjadi emosi positif. 2. Bagi siswa Bagi para siswa diharapkan berpartisipasi aktif menyadari potensi dan memahami emosi yang ada di dalam dirinya. peduli terhadap dirinya dan mau merefleksikan emosi yang ada di dalam dirinya sehingga dapat membantu pihak sekolah atau kelangsungan belajar dia bertambah mudah dan tidak menganggu sosialnya. Siswa diharapkan unt memiliki ksadaran lebih dalam usaha untuk mengevaluasi emosi. Karena dengan emosi yg teratur terarah dan seimbang akan banyak pengaruh positinya, misal dari sosialnya akan bisa lebih diterima, belajar jadi lebih mudah, secara mental lebih sehat. Mau terus berusaha untuk melewati segala hambatan dalam hidupnya dengan baik dan mau membuka diri untuk merubah emosi-emosi yang negatif. 3. Saran untuk peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema kecenderungan perilaku bullying diharapkan untuk memperluas 10

populasi dan memperbanyak sampel penelitian sehingga ruang lingkup dan generalisasi hasil penelitian menjadi lebih luas dan mendalam. Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk menggunakan metode pengumpulan data atau alat ukur yang lebih komprehensif misalnya dengan metode observasi, dan wawancara sehingga lebih mendalam mengukur perilaku kecenderungan perilaku bullying. DAFTAR PUSTAKA Coloroso. (2007). Stop Bullying:Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka Cowie, H., & Jennifer, D. (2008). New Perspective On Bullying. England: McGraw-Hill. Faridh, R. (2008). Hubungan Antara Regulasi Emosi dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. Goleman, D. (2009). Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi ke 5). Erlangga. Jannah, N. & Fitriana. (2009). Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan perilaku Agresi Pada Siswa di SMK Muhammadiyah 1 Malang. (skripsi). Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNM. Krahe, B. (2005). Perilaku Agresif:Buku Panduan Psikologi Sosial. Yogyakarta:Pustaka Belajar. Listy, D. L. (2014). Diduga Dianiaya Senior, Siswa SUPM Tegal Tewas. (online). http://www.tempo.co/read/ne ws/2014/06/23/058587263/di duga-dianiaya-senior-siswa- SUPM-tegal-tewas. diakses pada 08 April 2015 pukul 06:33 WIB. Novianti, I. (2008). Fenomena Kekerasan di Lingkungan Pendidikan. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol 13, Nomor 02. STAIN Purwokerto 11

Qodar, N. (2015). Survei ICRW:84% Anak Indonesia Alami Kekerasan di Sekolah. (online). News.liputan6.com/read/219 1106/survei-icrw-84-anakindonesia-alami-kekerasandi-sekolah. Diakses pada 07 April 2015 pukul 15:09. Soedjatmiko, Nurhamzah, W., Maureen, A., & Wiguna, T. (2013). Gambaran Bullying dan Hubungannya dengan Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal pediatri. Volume 15 Nomor 3. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Suwarno, wiji. (2008). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafind 12