BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

dokumen-dokumen yang mirip
beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perkawinan dalam suku Bugis. kehidupan manusia dan bukan sekedar hubungan laki-laki dengan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB LIMA PENUTUP. sebelumnya. Dalam bab ini juga, pengkaji akan mengutarakan beberapa langkah

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

I. PENDAHULUAN. pengukuhan perpindahan status bujangan dan perawan menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

I. PENDAHULUAN. merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan. Sejalan dengan kehadiran negara modern, kemandirian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Sebagai bangsa yang multikultur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Asal usul bangsa Lampung berasal dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga,

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang bertempat tinggal dalam satu lingkungan masyarakat. Budaya

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor

BAB IV ANALISIS DATA. A Pelaksanaan Adat Pelangkahan dalam Perkawinan dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai-nilai keagamaan sebagai wujud ibadah kepada Allah. SWT, dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku nikah yang dikeluarkan oleh departemen Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : untuk mengikat kedua jenis pria dan wanita dalam suatu ikatan yang sah, maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan keutamaan. Perkawinan disyariatkan supaya manusia mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat dibawah naungan cinta kasih dan ridho illahi. Keterangan di atas menyatakan bahwa masalah perkawinan merupakan peristiwa yang sangat penting dan tak akan terlupakan bagi perjalanan hidup seseorang, sebagai langkah awal dalam membina rumah tangga yang bahagia dan harus didasari dengan niat dan meminta keridaan allah dan limpahan rahmatnya.

2 Indonesia adalah suatu Negara yang majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli Negara ini memiliki beragam adat budayanya dan hukum adatnya, suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri begitu juga dengan sistem kekerabatannya.adapun sistem kekerabatan itu antara lain patrilineal, matrilineal, dan unilateral. T.O. Ihromi (1987:84) mengemukakan bahwa : Sistem kekerabatan unilateral merupakan sistem kekerabatan dalam hal mana seorang termasuk keluarga ayahnya atau keluarga ibunya. Sistem kekerabatan patrilineal merupakan sistem kekerabatan yang memperhitungkan garis keturunan pihak laki-laki yaitu ayah si bapak, bapaknya kakek dan seterusnya, sedangkan sistem kekerabatan matrilineal yang memperhitungkan garis keturunan pihak wanita yaitu ibu si ibu, ibu dari nenek dan seterusnya itulah yang dianggap nenek moyangnya. Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku Bugis. Suku Bugis adalah suku yang tergolong kedalam suku Deutero- melayu atau melayu muda yang mendiami pulau Sulawesi, bahasa yang digunakan adalah bahasa Bugis. Selain bahasa, agama yang digunakan masyarakat Bugis adalah agama Islam. Di dalam masyarakat suku bugis terdapat beberapa macam kerajaan-kerajaan, diantaranya, kerajaan Bone, kerajaan Makasar, kerajaan Wajo dan Kerajaan Soppeng. Adanya kerajaan-kerajaan pada zaman dahulu dimasyarakat suku Bugis, mempengaruhi tata cara adat yang dilakukan oleh masyarakat yang memiliki gelar kerajaan dengan masyarakat yang tidak memiliki gelar kerajaan, seperti upacara nujuh bulanan, kematian dan perkawinan. Masyarakat yang memiliki gelar kerajaan dilarang untuk melakukan

3 perkawinan kepada masyarakat yang tidak memilki gelar kerajaan ini disebab kan sistem kekerabatan pada masyarakat suku Bugis menganut sistem Patrilineal. Hal ini dapat terlihat apabila ayahnya memiliki gelar kerajaan maka gelar kerajaannya akan diturunkan kepada anaknya, dalam sistem Patrilineal, maka hukum adat yang berlaku adalah mengikuti garis keturunan dari pihak laki-laki. Dalam masyarakat suku Bugis gelar kerajaan sangat berpengaruh dalam perkawinan, masih banyak terdapat masyarakat Bugis yang menikahkan anak-anaknya dengan anggota keluarganya sendiri. Karena apabila dalam masyarakat suku melakukan perkawinan dengan suku lain maka akan dikeluarkan dalam lingkungan keluarganya. Pada masyarakat suku Bugis tata upacara adat perkawinan ada dua yaitu: perkawinan dengan bentuk peminangan yaitu perkawinan yang dilakukan dengan cara melakukan lamaran dan perkawinan anyala yaitu perkawinan yang dilakukan tanpa melalui lamaran Penyebaran masyarakat suku Bugis sangat luas di Indonesia melalui salah satu program pemerintah yaitu transmigrasi ke pulau-pulau yang belum padat penduduk. Begitu pula dengan masyarakat suku Bugis yang tersebar di Propinsi Lampung terdiri dari masyarakat perantauan Masyarakat suku Bugis yang mendiami Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur adalah suatu masyarakat perantauan yang berasal dari Bugis Sulawesi Selatan kemudian merantau kewilayah yang ada di Desa Muara Gading Mas,. Kebanyakan dari masyarakat yang merantau tersebut adalah masyarakat Bugis Bone, di dalam

4 masyarakat Bugis Bone tersebut masih ada yang melakukan perkawinan antar ikatan saudara, kebiasaan ini berasal dari adat yang berlaku sejak dahulu yang masih terbawa sampai sekarang. Yaitu akhir abad 19 walaupun mereka sudah berada dizaman moderen dan hidup ditengah suku bangsa yang lain, kebiasaan melakukan perkawinan sesama saudara tidak bisa ditinggalkan karena pada dasarnya merupakan kebiasaan orang tua yang selalu ingin menjodohkan anak mereka, biasanya perjodohan ini dilakukan oleh pa matoa orang yang dituakan, pamatoa inilah yang mengatur perjodohan Perkawinan ideal yang menyangkut kekerabatannya, dikalangan orang Bugis terdapat kecenderungan yang mencolok untuk mengadakan perkawinan dengan orang yang tergolong masih sekerabat. Bagi orang Bugis perkawinan semacam ini terdiri dari tiga macam yaitu perkawinan seseorang dengan sepupu sekalinya siala massapposiseng perjodohan seperti ini dikatakan sebagai perjodohan yang sesuai. Kedua adalah perjodohan seorang pria dengan gadis yang merupakan sepupu duakalinya siala massapokadua, dan ini mereka sebut perjodohan yang semestinya. Perjodohan ketiga adalah perjodohan seorang pria dengan gadis yang merupakan sepupu tigakalinya siala massapokatellu biasanya orang Bugis menyebutnya mendekatkan yang jauh. Peneliti dalam hal ini akan meneliti masyarakat suku Bugis Bone yang sudah melaksanakan perkawinan di Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Peneliti mencatat ada 30 responden di

5 Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Perkawinan pada masyarakat Bugis Bone sangat dipengaruhi oleh perkawinan yang dilakukan dalam ikatan saudara. Hal ini terjadi karena berbagai alasan dan faktor-faktor tertentu yang melatar belakanginya. Faktorfaktor tersebut adalah faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor kebudayaan dan faktor pendidikan Peneliti memilih faktor yang paling dominan yang mempengaruhi perkawinan dalam masyarakat Bugis, adaupun faktor-faktor tersebut adalah faktor status sosial ekonomi, faktor keluarga, faktor kebudayaan dan faktor pendidikan. Faktor status sosial ekonomi yang berbeda antara yang masyarakat bugis yang memiliki gelar kebangsawanan dengan masyarakat suku Bugis yang tidak memiliki gelar bangsawan, sehingga banyak masyarakat suku bugis yang memiliki gelar bangsawan menikahkan anak mereka dengan saudara sendiri agar harta yang dimilki tidak kemana-mana Faktor keluarga, dimana di dalam masyarakat Bugis keluarga memiliki peran penting dalam pemilihan pasangan anak-anak mereka. Faktor kebudayaan, di dalam suku Bugis perkawinan harus dilakukan sesama saudara untuk mempertahankan kekuatan sukunya.

6 Faktor pendidikan juga merupakan faktor yang berpengaruh karena dengan pendidikan yang rendah akan membuat pola berfikir masyarakat Bugis tetap melakukan perkawinan dalam ikatan saudara Dalam masyarakat Bugis perkawinan sangat dipengaruhi oleh perkawinan antar ikatan saudara. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Data pasangan yang melakukan perkawinan sesama sapusiseng (sesama saudara) di Desa Muara Gading Mas, Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur No Istilah perkawinan antar saudara disuku Bugis Jumlah Pasangan Yang Menikah 1 Kawin antar sepupu sekali 5 KK 2 Kawin antar sepupu dua kali 10KK 3 Kawin antar sepupu tiga kali 15KK Jumlah KK 30 KK Sumber : Data Primer Pada masyarakat Bugis dimana sudah ditentukan dalam masyarakat Bugis bahwa masyarakat Bugis tidak bisa menikah di luar suku Bugis, tetapi masih ada masyarakat Bugis yang ada di Desa Muara Gading Mas yang melakukan pernikahan di luar suku Bugis. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

7 Tabel 2. Data pasangan yang melakukan perkawinan Beda Suku di Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur No Data pasangan yang menikah beda Suku jumlah 1 Suku Bugis dengan Suku Lampung 8 KK 2 Suku Bugis dengan Suku Jawa 10 KK Jumlah 18 KK Sumber : Data Primer Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melihat dan mengetahui lebih jauh lagi mengenai adakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan dalam ikatan saudara pada masyarakat suku Bugis di Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Maka peneliti mengangkat judul faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan dalam ikatan saudara pada masyarakat suku Bugis di Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur Tahun 2011. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Faktor ekonomi diduga menjadi salah satu faktor mengapa di suku Bugis banyak yang melakukan perkawinan sesama saudara, karena apabila seorang pria memiliki kedudukan yang lebih tinggi harus menikah dengan wanita yang berkedudukan tinggi juga.

8 2. Faktor keluarga di dalam suku Bugis merupakan hal penentu di dalam pemilihan jodoh, karena kebanyakan anak-anak tidak diperbolehkan mencari jodoh sendiri. 3. Faktor Kebudayaan di dalam suku bugis, perkawinan harus dilakukan sesama saudara karena untuk mempertahankan kekuatan sukunya. 4. Faktor pendidikan dalam hal ini pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara pandang mengenai pelaksanaan perkawinan. 1.3 Pembatasan masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan dalam ikatan saudara pada masyarakat suku Bugis di Desa Muara Gading Mas Kecamatan. Labuhan Maringgai Lampung Timur Tahun 2011 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah maka, permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya perkawinan dikalangan saudara pada masyarakat suku Bugis di Desa Muara Gading Mas, Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur

9 1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi suku Bugis masih mempertahankan perkawinan antar ikatan saudara di Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoretis Secara korelasi penelitian ini menerapkan konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan dalam kajian hukum dan kemasyarakatan yang membahas tentang hukum adat dan mengenai adat istiadat dan tata cara upacaranya. b. Secara praktis 1. Agar dapat menambah wawasan dan juga sumber pengetahuan lebih lanjut kepada pihak yang ingin mempelajari tentang budaya suku Bugis 2. Menambah pengetahuan kepada masyarakat, bahwa di dalam suku Bugis, memilki adat perkawinan yang dilakukan antar ikatan saudara

10 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Adapun yang menjadi lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Ruang Lingkup Objek Penelitian Ruang lingkup objek penelitian ini adalah suku Bugis yang masih mempertahankan perkawinan antar saudara di Desa Muara Gading Mas, Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur 2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah tokoh adat dan masyarakat adat Bugis di Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. 3. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu pendidikan, khususnya hukum adat yang mengkaji tentang adat istiadat dan upacara perkawinan adatnya pada masyarakat adat di Indonesia. 4. Ruang Lingkup Wilayah Wilayah penelitian ini adalah desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

11 5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan adalah sesuai dengan surat izin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai selesai.