BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak usia dini di sekolahsekolah formal di Indonesia. Hal ini tentu saja merupakan upaya untuk mempertahankan bahasa Indonesia sebagai warisan bangsa. Secara politik para pengajar bahasa Indonesia sudah diuntungkan. Kedudukan para pengajar bahasa Indonesia secara Undang-undang sudah dilindungi oleh negara. Selama bangsa Indonesia masih menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi maka para pengajar bahasa Indonesia kedudukannya sudah terjamin. Namun, apakah dengan terjaminnya lantas para pengajar bahasa Indonesia hanya mengambil zona aman saja. Dengan adanya jaminan tersebut, seyogyanya para pengajar bahasa Indonesia merasa tertantang melakukan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, serta mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan pendidikan (Depdiknas, 2006). Kita jarang mendengar bahwa siswa sangat menantikan pembelajaran bahasa Indonesia. Kemungkinan yang terjadi pada siswa bahwa siswa merasa pembelajaran bahasa Indonesia sangat membosankan. Siswa beranggapan bahasa Indonesia tidak menarik sama sekali sehingga saat pembelajaran 1
2 berlangsung kebanyakan diantara mereka melamun dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyibukkan dirinya sendiri, terutama ketika diajar materi menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar saat ini masih banyak menggunakan pandangan lama, seperti guru yang aktif sedangkan siswa hanya diam. Pembelajaran yang sering diberikan berupa materimateri kepada siswa menggunakan metode ceramah sehingga dimungkinkan kurang menarik perhatian siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Salah satu aspek keterampilan berbahasa tersebut adalah menulis. Cahyani dan Rosmana (2006:97) mengatakan bahwa menulis bukan sekedar menggambar huruf-huruf tetapi ada pesan yang dibawa penulis melalui gambar huruf-huruf tersebut yaitu karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman yang disusun secara sistematis dan logis. Berdasarkan observasi yang dilakukan guru kelas IV diperoleh hasil ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV belum maksimal yaitu 9 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 10 siswa yang belum memenuhi KKM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, KKM yang digunakan adalah 70. Hal ini menunjukkan sebagian besar prestasi belajar siswa kelas IV mata pelajaran bahasa indonesia belum memenuhi KKM.
3 Berdasarkan observasi yang dilakukan ditemukan keadaan siswa yang kurang berani bertanya pada saat proses pembelajaran, siswa menganggap mata pelajaran Bahasa Indonesia membosankan dipengaruhi karena kerja keras siswa masih kurang. Keadaan keterkaitannya dengan kerja keras contohnya yaitu ketika guru memberikan tugas siswa tidak langsung mengerjakan dan saat mengerjakan tugaspun kurang teliti serta kurang rapi. Siswa pada saat proses pembelajaran kurang memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan materi serta tidak mencatat tidak mencatat dengan sungguh-sungguh materi yang dibaca, diamati dan didengar untuk kegiatan di kelas. Beberapa hal tersebut menandakan bahwa kerja keras siswa masih rendah. Melihat fenomena seperti yang dipaparkan di atas, peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada. Dari hasil diskusi tersebut, peneliti dan guru menyepakati untuk menggunakan strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) untuk dapat memecahkan permasalahan yang ada di kelas ini. Stategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) digunakan karena di dalam proses pembelajarannya terdapat unsur kerja keras yang harus dimiliki setiap siswa. Pada saat pembelajaran yaitu dengan diterapkannya kerja kelompok, setiap siswa harus saling bekerja keras dalam kelompoknya supaya tugas dapat terselesaikan dengan baik.
4 Spencer Kagan (1992) mengatakan bahwa strategi pembelajaran kancing gemerincing merupakan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan yang sama kepada masing-masing anggota kelompok untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan anggota yang lain. Strategi pembelajaran kancing gemerincing dilaksanakan dengan cara berkelompok 4-5 orang tiap kelompok. Siswa dalam kelompoknya menanggapi suatu persoalan secara bergiliran dengan kesempatan yang sama masing-masing anggotanya untuk selanjutnya ditulis dalam suatu karangan. Strategi pembelajaran ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Kegiatan kancing gemerincing masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Banyak kelompok sering ada anak yang terlalu dominan dan banyak bicara, sebaliknya juga ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Situasi seperti ini pemerataan kerja keras dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan.
5 Penelitian menggunakan strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) yang cocok untuk proses pembelajaran Bahasa Indonesia, mengambil materi pelajaran Bahasa Indonesia yaitu materi menulis pantun. Strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) dilaksanakan dengan cara sebelum kelompok memulai tugasnya, terlebih dahulu guru meminta kepada siswa untuk membuat yelyel dan itu nantinya dinyanyikan setiap kelompok sebelum membacakan hasil pantun yang telah didiskusikan, kemudian setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapat dua atau tiga buah potongan sedotan yang akan digunakan ketika siswa ingin mengutarakan pendapatnya dan menanggapi pemikiran anggota kelompok lain dengan memberikan satu buah potongan sedotan yang dimilikinya serta dimasukkan ke dalam kotak gemerincing. Penerapan strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) yang hendak digunakan untuk penelitian yaitu siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang perkelompok, kemudian para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran. Setiap kelompok diberi 2-3 buah potongan sedotan di atas meja yang digunakan ketika siswa akan mengemukakan pendapat. Proses dilanjutkan sampai seluruh siswa dapat menggunakan potongan sedotan untuk mengemukakan pendapat. Cara ini membuat tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Penerapan strategi pembelajaran
6 Talking Chips (Kancing Gemerincing) merupakan suatu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana strategi pembelajaran ini sesuai menempati posisi sentral sebagai subyek belajar melalui aktivitas mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri. Berdasarkan uraian di atas peneliti berinisiatif melaksanakan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kerja Keras dan Prestasi Belajar Siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui Strategi Pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) di Kelas IV SD Negeri 2 Lesmana. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pembelajaran dengan strategi Talking Chips (Kancing Gemerincing) dapat meningkatkan kerja keras siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis pantun di kelas IV SD Negeri 2 Lesmana? 2. Bagaimanakah pembelajaran dengan strategi Talking Chips (Kancing Gemerincing) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis pantun di kelas IV SD Negeri 2 Lesmana?
7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan tujuan penelitian tindakan kelas ini terdapat dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu: 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar melalui strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing). 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Meningkatkan kerja keras siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) di kelas IV SD Negeri 2 Lesmana pada materi menulis pantun. b. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) di kelas IV SD Negeri 2 Lesmana pada materi menulis pantun.
8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada siswa terutama dalam upaya meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) pada materi menulis pantun. 2. Manfaat praktis a. Bagi sekolah Dapat meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa melalui strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) pada berbagai mata pelajaran. b. Bagi guru Mengetahui gambaran positif tentang perlunya menggunakan strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) dalam pembelajaran dengan melihat kondisi siswa dan lingkungan sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. c. Bagi siswa Siswa memperoleh pengalaman belajar Bahasa Indonesia yang aktif, kreatif dan komunikatif sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih giat dan menyukai pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya materi menulis pantun.