BAB II KAJIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PELAYANAN JASA INFORMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iis Naeni Sabila, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

Dari jenis terbitan berseri yang diuraikan di atas, penulis hanya membahas mengenai jurnal tercetak dengan jurnal elektronik.

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

MENGENAL LEBIH DEKAT PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh: Imran Berawi (Pustakawan Penyelia pada Perpustakaan IAIN-SU)

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bacaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah pengguna dalam

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan dijadikan salah satu pusat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan

BAB II TINJAUAN BAHAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Noerhayati (1987:1) mengatakan perpustakaan perguruan tinggi adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

Bab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS Pengertian Evaluasi Beberapa pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli :

BAB II KAJIAN TEORETIS

Selain ketiga pendapat di atas, Sutarno (2006 : 35) mengemukakan pendapatnya bahwa:

BAB II TINJAUAN LITERATUR

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

MAKALAH PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR UNTUK KECERDASAN ANAK. Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan suatu kebutuhan primer yang harus di penuhi dalam dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN FAKULTAS SYARIAH UIN IMAM BONJOL PADANG

BAB II TINJAUAN LITERATUR Koleksi Elektronik Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pengantar Pengembangan Koleksi

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan

PERAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Jurnal Iqra Volume 07 No.02 Oktober, 2013

Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Melalui Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Sekolah

PERANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH Syamsul Alam WidyaiswaraLPMP Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dibaca dan disimpan menurut tata susunan tertentu untuk

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Di susun untuk memenuhi mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan. Pendidikan

MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu

BAB II KAJIAN TEORITIS

KETERSEDIAAN KOLEKSI TERCETAK DALAM MEMENUHI KEPUASAN PENGGUNA PADA PERPUSTAKAAN ITB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN: PENGALAMAN UPT PERPUSTAKAAN IPB 1

PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN IPB 1

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROFIL PERPUSTAKAAN IPB

2 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1990, Tambah

BAB II TINJAUAN LITERATUR

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2005

INOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS WIDYATAMA : PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI BANDUNG

PEMANFAATAN KOLEKSI TERBITAN BERKALA PADA UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI. *Hasni Lakona **Hasriani Amin **Joko

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Utilization Studies Library of Health Polytechnic Semarang. Pemanfaatan Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1991 TENTANG

TINJAUAN TEORITIS PADA PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

PENGANTAR PERPUSTAKAAN SEKOLAH. Dra.ZURNI ZAHARA. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

KERJASAMA PERPUSTAKAAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. 2

PENGEMBANGAN KOLEKSI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI DI DIREKTORAT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER INFORMASI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Keberadaan perpustakaan perguruan tinggi sangat strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum peran perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan pelayanan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya yaitu sivitas akademika dalam menyelenggarakan pengadaan bahan perpustakaan. Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994: 3) dinyatakan bahwa: Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan unit pelayanan teknis (UPT) perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Sejalan dengan pernyataan di atas, Sulistyo-Basuki (1993: 3) menyatakan pendapatnya bahwa: Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Berdasarkan hal di atas perpustakaan perguruan tinggi pada hakekatnya adalah suatu unit pelayanan teknis dan badan bawahan perguruan tinggi mencakup perpustakaan universitas, fakultas, akademik, institute, sekolah tinggi maupun politeknik yang memiliki tujuan dan fungsi sebagai memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayankan informasi sebagai penunjang terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi. 2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi sering dimaknai sebagai pusat penelitian karena banyak menyediakan informasi yang berkaitan dengan sarana pendukung dalam proses penelitian. Selaras dengan kegiatan perpustakaan perguruan tinggi,

dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 47) dirumuskan tujuan perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut: 1. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran di perpustakaan perguruan tinggi. 2. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya yang diperlukan untuk penelitian sejauh dana tersedia. 3. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah, yang dihasilkan oleh sivitas akademik. 4. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian perpustakaan. 5. Menyediakan tenaga yang cukup serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan dan bila perlu mampu memberikan pelatihan penggunaan perpustakaan. 6. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan. Selanjutnya Sulistyo-Basuki (1993: 52), juga menyatakan tujuan penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah: 1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa sering pula mencakup tenaga administrasi perguruan tinggi. 2. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referensi) pada semua tingkat akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga kemahasiswa program pascasarjana dan pengajar. 3. Menyediakan ruang belajar untuk pemakai perpustakaan. 4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai. 5. Menyediakan jenis informasi aktif yang tidak hanya terbatas pada lingkungan perguruan tetapi juga lembaga induknya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi tidak lain sebagai penyedia jasa pelayanan informasi meliputi pengumpulan, pelestarian, pengolahan sehingga dapat dimanfaatkan pengguna sebagai wujud dukungan, melancar serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi.

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi Selain mempunyai tujuan yang jelas sebuah perpustakaan juga harus memiliki fungsi tentunya. Begitu juga halnya dengan perpustakaan perguruan tinggi. Berdasarkan Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 3), fungsi perpustakaan perguruan tinggi dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: 1. Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar bagi sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung evaluasi pembelajaran 2. Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi. 3. Fungsi Riset Perpustakaan merupakan fungsi bahan bahan riset dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan teknologi dan seri koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimilki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang. 4. Fungsi Rekreasi Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreatifitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan. 5. Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh karya perguruan tingginya sivitas akademik dan non akademik. 6. Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan. 7. Fungsi Interprestasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan Tri dharmanya. Berdasarkan uraian di atas adapun gagasan yang didefenisikan oleh Mahmudin (2006: 2), yang menyatakan: Fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang diantaranya menyediakan informasi ilmiah untuk para mahasiswa, dosen dan staf maupun pengguna dari luar. Baik koleksi buku, majalah, surat kabar dan jenis koleksi lainnya.

Dari pemaparan di atas dapat dijadikan referensi bahwa fungsi dari sebuah perpustakaan perguruan tinggi merupakan penyediaan fasilitas pengajaran dan penelitian untuk memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan. Untuk dapat menyelenggarakan fungsi tersebut adapun peranan pustakawan sangat penting karena pustakawan harus dapat melihat lebih jauh dan lebih luas akan kebutuhan penggunanya. 2.1.4 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi Untuk mencapai tujuan dan fungsinya perpustakaan perguruan tinggi haruslah menjalankan tugasnya dengan baik. Sesuai dengan pendapat Sjahrial- Pamuntjak (2000: 5) yang menyatakan bahwa tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah: Melayani keperluan para mahasiswa dari tingkat persiapan sampai kepada mahasiswa yang sedang menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan perkuliahan serta para peneliti yang bergabung dalam perguruan tinggi yang bersangkutan. Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi (2000: 5) tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah Menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah dan merawat pustaka serta mendayagunakan baik bagi sivitas akademika maupun diluar kampus. Adapun tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah: 1. Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran. 2. Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studi. 3. Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literature ilmiah dan bahan lain yang diperlukan bagi para peneliti. 4. Memutakhirkan bahan perpustakaan dengan mengikuti terbitan-terbita yang baru, baik berupa tercetak maupun tidak tercetak. Dari uraian di atas jelas bahwa tugas dari perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan jasa yang dapat mendukung proses pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dengan cara memutahirkan bahan

perpustakaan baik tercetak maupun tidak tercetak demi mendukung dan mengembangkan kualitas program kegiatan perguruan tinggi. 2.2 Bahan Perpustakaan 2.2.1 Pengertian Bahan Perpustakaan Bahan perpustakaan adalah faktor utama yang mempengaruhi perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak oleh penggunanya. Karena bahan perpustakaan adalah tujuan utama pengguna untuk datang mengunjungi perpustakaan dan memanfaatkan fasilitasnya yaitu bahan pustaka. Menurut Siregar (1998: 2) yang dimaksud dengan Bahan perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna, guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi. Adapun bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan sudah sangat berkembang, tidak hanya sebatas buku yang tercetak seperti yang dikatakan oleh Soeatminah (1992: 18) bahwa Koleksi adalah bahan pustaka berupa buku, non buku ataupun manuskrip yang dihimpun oleh perpustakaan, dan dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999: 11), Koleksi adalah semua pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bahan perpustakaan adalah semua bahan yang terkumpul dalam perpustakaan dan harus berguna untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Adapun bahan perpustakaan terdiri dari bermacam-macam jenis mulai dari yang tercetak sampai terekam. Akan tetapi pada saat sekarang ini masih banyak perpustakaan yang hanya menyimpan bahan pustaka berupa buku dan tercetak lainya. Padahal informasi yang sangat dibutuhkan banyak terdapat pada internet yang sangat termutakhir, terpercaya dan up to date.

2.2.2 Fungsi Bahan Perpustakaan Bahan perpustakaan haruslah disesuaikan dengan kebutuhan informasi pengguna, dengan ketersedian bahan perpustakaan yang dibutuhkan pengguna pada perpustakaan tentunya akan memberikan kepuasan kepada pengguna. Perpustakaan perguruan tinggi mempunyai fungsi sebagai sarana untuk menunjang program pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dalam Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994: 40) disebutkan fungsi bahan perpustakaan adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Pendidikan Untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dan relevan. 2. Fungsi Penelitian Untuk Menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir. 3. Fungsi Referensi Fungsi ini melengkapi kedua fungsi di atas dengan menyediakan bahanbahan referensi diberbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk penelusuran informasi. 4. Fungsi Umum Perpustakaan perguruan tinggi menetapkan pusat informasi bagi masyarakat disekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia yang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan perpustakaan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sivitas akademika dan untuk menunjang pelaksanaan pendidikan dan penelitian serta sebagai referensi dalam melakukan penelusuran informasi. 2.2.3 Jenis Bahan Perpustakaan Jenis bahan perpustakaan yang dimiliki perpustakaan haruslah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna. Dengan beragam jenis bahan perpustakaan yang dimiliki sebuah perpustakaan maka akan semakin banyak pula sumber informasi yang terdapat pada perpustakaan tersebut. Begitu juga halnya dengan perpustakaan perguruan tinggi, harus menyediakan jenis bahan perpustakaan yang dapat menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi sehingga membantu bagi mahasiswa.

atas: Menurut Yusup (1995: 29-69), menjelaskan bahan perpustakaan terdiri 1. Buku Teks Buku teks adalah buku yang membahas suatu bidang ilmu tertentu yang ditulis dengan tujuan untuk memudahkan pencapaian proses melajar mengajar antar murid dengan guru, termasuk juga antara mahasiswa dengan dosen. 2. Buku Referensi Buku referensi adalah buku yang isinya maupun penyajiannya bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat spesifik atau khusus. Adapun yang tercakup pada buku referensi sebagai berikut : kamus, ensiklopedia, buku tahunan, buku pedoman, direktori, almanak, bibliografi, katalog, abstrak, atlas, dokumen pemerintah, laporan hasil penelitian, indeks, sumber informasi geografis, biografis dan petunjuk perjalanan. 3. Bahan Media Cetak Bukan Buku Yang dimaksud dengan karya media cetak bukan buku adalah segala macam penerbitan yang dicetak, tetapi tidak berbentuk buku. Untuk lebih jelasnya yang termasuk pada koleksi media cetak bukan buku, yaitu : terbitan berkala, pamflet, brosur, guntingan surat kabar, gambar atau lukisan, globe. 4. Bahan Media Elektronik Yang dimaksud media elektronik adalah jenis bahan pustaka yang bukan hasil cetakan, malainkan hasil teknologi elektronik. Produk teknologi yang sering dijadikan media komunikasi dan pendidikan didunia pendidikan dan instruksional adalah media pandang dengar (audio visual), mikrofis, mikrorider, dan komputer. Menurut Sulistyo-Basuki dalam bukunya Pengantar Ilmu Perpustakaan (1993 : 30), bahan pustaka mencakup: 1. Karya cetak Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk pustaka yaitu: a. Buku Buku adalah bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam bahan perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. b. Terbitan berseri Terbitan berseri adalah bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu tertib tertentu. 2. Karya non cetak Karya non cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku, atau majalah melainkan dalam bentuk lain seperti: rekaman suara, rekaman video. Istilah lain untuk

bahan pustaka ini ialah bahan non buku, yang termasuk dalam jenis bahan pustaka ini antara lain: a. Rekaman suara yaitu bahan pustaka dalam bentuk kaset dan piringan hitam. b. Gambar hidup dan rekaman video seperti: film dan kaset video, selain bersifat rekreasi dapat juga dipakai untuk pendidikan. c. Bahan grafika, ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan yang dapat dilihat langsung misalnya: lukisan, foto, gambar teknik, serta bahan pustaka yang harus dilihat dengan bantuan misalnya: slide, transparansi, film stripe dan lain-lain. d. Bahan kartografi, yang termasuk kedalam jenis ini adalah peta, atlas, foto udara. 3. Bentuk mikro Adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan mikro reader. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu: a. Mikrofilm yaitu mikro dengan gulungan film dengan ukuran 10 mm dan 35 mm. b. Mikrofis yaitu mikro dalam lembaran film ukuran 105 mm x 148 mm. c. Mikropague, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam bentuk kertas yang mengkilap tidak tembus cahaya, ukurannya sebesar mikrofis. 4. Karya dalam bentuk elektronik Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD- ROOM Player, dan sebagainya. Sedangkan menurut Soeatminah (1991: 23-29), berdasarkan penyajiannya bahan perpustakaan dapat dikelompokkan menjadi: 1. Buku Teks atau Monografi 2. Buku Fiksi 3. Majalah 4. Surat Kabar 5. Brosur atau Pamflet 6. Buku Referensi yaitu: kamus, ensiklopedia,sumber biografi, sumber ilmu bumi, ibliografi, buku tahunan, buku petunjuk, buku pegangan, buku kumpulan indeks dan buku kumpulan abstrak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis bahan perpustakaan dapat dibagi pada tiga bagian besar yaitu: Bahan buku teks, referensi dan terbitan berkala yang mana tiap jenis bahan pustaka mengandung sumber informasi yang akurat dan sangat bermanfaat bagi masyarakat pengguna perpustakaan. 2.2.4 Ketersediaan Bahan Perpustakaan Ketersediaan berasal dari kata sedia yang artinya siap atau kesiapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1990: 223) Ketersediaan adalah kesiapan suatu alat, tenaga, barang, modal, dan siap untuk digunakan atau dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan. Sedangkan Yulia (1993: 3) menyatakan Koleksi perpustakaan adalah kumpulan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan. Pengguna perpustakaan membutuhkan informasi yang bervariasi sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Perpustakaan menyediakan berbagai bahan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Setiap jenis perpustakaan memiliki tujuan yang berbeda dalam menyediakan bahan perpustakaan. Menurut Siregar (1998: 2) tujuan ketersediaan bahan perpustakaan pada perpustakaan perguruan tinggi yaitu: 1. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan sivitas akademika perguruan tinggi induknya. 2. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka bidang-bidang tertentu yang berhubungan dengan tujuan perguruan tinggi yang menaunginya. 3. Memiliki koleksi bahan/dokumen yang lampau dan yang mutahir dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, kebudayaan, hasil penelitian dan lain-lain yang erat hubungannya dengan program perguruan tinggi tersebut. 4. Memiliki bahan perpustakaan yang dapat menunjang pendidikan dan penelitian serat pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi induknya. 5. Memiliki bahan pustaka/informasi yang berhubungan dengan sejarah dan ciri perguruan tinggi tempatnya bernaung. Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan perpustakaan dalam menyediakan bahan perpustakaan harus sesuai dengan kebutuhan informasi penggunanya yaitu sivitas akademika serta perguruan tinggi penaungnya.

2.2.5 Sumber Informasi Elektronik Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi (TI) khususnya komputer, keanekaragaman sumberdaya informasi berbasis elektronik telah di diinisiasi oleh produsen informasi. Majalah dan surat kabar menjadi trend tersendiri bila dipublikasikan dalam bentuk cyber media. Perkembangan sumberdaya informasi baru ini, tidak terlepas dari daya dukung aplikasi TI, yang menjadikan akses database elektronik sebagai salah satu alternatif yang semakin penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi. Pertumbuhan produksi bahan-bahan berbasis elektronik (electronicbased) di perpustakaan melahirkan istilah perpustakaan digital (digital library). Perpustakaan digital merupakan perpustakaan dimana berbagai objek informasi khususnya laporan penelitian, thesis, disertasi dan artikel majalah ilmiah disimpan dalam bentuk elektronik. Sehingga koleksi data elektronik dapat diakses tanpa harus melalui proses peminjaman. Berkaitan dengan hal tersebut, menjadi tuntutan bagi pustakawan untuk bersikap responsif terhadap perubahan yang terjadi, dan berupaya mencari metode yang efektif dan efisien, kalau mungkin harus bersikap inovatif dalam memenuhi kepuasan pengguna. Hal ini penting agar perpustakaan tetap survive dalam lingkungannya yang terus berubah. Pemikiran perpustakaan sebagai gedung yang berisi koleksi pustaka yang diatur dengan sistem tertentu dapat merubah pemikiran dengan kenyataan baru bahwa perpustakaan sebagai suatu organisasi yang harus mengembangkan dan menyediakan berbagai jenis pelayanan termasuk akses informasi elektronik. Walaupun masih banyaknya kendala teknis dalam melanggan edisi elektronik, dibandingkan dengan edisi cetak, terutama di perpustakaan perguruan tinggi negeri, namun lambat laun hal ini dapat teratasi dengan berjalannya waktu dan perubahan perilaku, baik pustakawan maupun pemegang kebijakan. Pengembangan dan penyediaan fasilitas akses informasi elektronik menyangkut berbagai aspek, yang diantaranya akan diuraikan berikut ini: 1. Automasi Perpustakaan Automasi Perpustakaan yaitu penggunaan teknologi informasi terutama penggunaan komputer dan telekomunikasi untuk membantu tugas-tugas

layanan di perpustakaan terutama yang berkaitan dengan penemuan kembali bahan pusaka. Aspek penting dari automasi adalah pengembangan database elektronik sebagai embrio dalam mendukung temu balik informasi (online searching). Contoh database elektronik untuk mendukung temu balik informasi diantaranya. a. Database CDS\ISIS CDS/ISIS adalah software database katalog untuk perpustakaan yang sangat sederhana tetapi mempunyai kinerja baik. Dikembangkan oleh UNESCO untuk negara berkembang. Di Indonesia, sebagian besar perpustakaan baik besar maupun kecil telah lama menggunakan CDS/ISIS untuk mengelola database bibliografinya secara elektronik. Sosialisasi dan pelatihanan di fasilitasi oleh Pusat Dokumentatsi dan Informasi-LIPI. b. Database berbasis IsisOnline IsisOnline adalah sebuah software berbasis web yang berfungsi untuk memudahkan publikasi database katalog dan bibliografi yang berbasis CDS/ISIS ke internet, tanpa perlu melakukan konversi database dari format aslinya. Dengan demikian, akses ke database perpustakaan menjadi tidak terbatas baik ruang dan waktu. 2. Perpustakaan Digital Karakeristik utama dari koleksi yang dimiliki perpustakaan digital yaitu isi (content) nya. Hampir seluruh koleksi yang dimiliki perpustakaan digital bermuatan koleksi lokal (Local Content) yang mencakup karya ilmiah yang dihasilkan oleh staf akademi baik staf pengajar maupun mahasiswa berupa laporan penelitian, skripsi/thesis, artikel majalah ilmiah dan artikel yang dimuat di proseding. 3. Database Kliping Elektronik Kliping yang kita kenal selama ini berupa kumpulan informasi/ berita/artikel dari surat kabar atau majalah. Proses pembuatannya dengan cara dengan menggunting dan menempel pada selembar kertas dan yang dikelompokan dalam subjek tertentu kemudian dibendel (jilid).

Sedangkan yang dimaksud dengan kliping elektronik adalah kumpulan artikel dalam bentuk file elektronik (digital) yang diproses menggunakan software tertentu. Data digital berupa hasil proses pengetikan manual secara elektronik maupun proses scanning. Berkembangnya informasi digital yang dapat diakses secara online, memudahkan pengaksesan informasi cybermedia sebagai bahan baku kliping elektronik. 2.3 Relevansi 2.3.1 Pengertian Relevansi Perpustakaan perguruan tinggi sebagai media penyedia informasi sebaiknya memiliki bahan pustaka yang banyak dan beraneka ragam serta relevan dengan kebutuhan penggunanya, sehingga koleksi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna. Pengertian relevansi di sini adalah informasi atau dokumen yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini diperkuat oleh pendapat Purnomo (2006: 9) yang menyatakan bahwa Dokumen yang relevan dokumen-dokumen yang sedang dibutuhkan Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa relevansi merupakan kesesuaian dokumen-dokumen yang diperoleh dari perpustakaan atau sumber informasi lainnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna dalam menggunakan perpustakaan. Selain pendapat di atas Siregar (2002: 11) menyatakan bahwa maksud dari relevansi atau kesesuaian bahan perpustakaan adalah, Perpustakaan hendaknya mengusahakan agar bahan perpustakaan relevansi dengan fungsi dan tujuan perpustakaan serta tujuan lembaga induknya. Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa relevansi bahan pustaka merupakan suatu tolak ukur bagi penelusur informasi untuk mengetahui apakah informasi yang dimiliki perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna, fungsi dan tujuan perpustakaan dan lembaga induknya. 2.3.2 Penilaian Relevansi Penilaian relevansi bertujuan untuk menentukan dokumen yang relevan diantara dokumen yang ditemukan dari proses temu kembali informasi. Burgin

dalam Mustangimah (1998: 31) menyatakan bahwa, Penilaian relevansi yang diberikan oleh pakar subjek berbeda dengan penilaian relevansi yang diberikan oleh pustakawan. Harter yang dikutip Mustangimah (1998: 32) juga menyatakan bahwa: Tingkat relevansi akan menambah bervariasinya penilaian relevansi selain karakteristik penilai, karakteristik pertanyaan, karakteristik dokumen, karakteristik temu kembali informasi, kondisi penilaian, dan pemilihan skala juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penilaian relevansi. Relevansi merupakan konsep yang sangat penting dalam temu kembali informasi karena ukuran yang menggambarkan unjuk kerja dan efektivitas sistem temu kembali informasi ditentukan berdasarkan dokumen yang relevan. Menurut Pao (1989: 54) bahwa: Suatu transaksi temu balik dianggap sukses jika dokumen yang diperoleh relevan dengan kebutuhan pengguna yang memintanya. Relevansi dapat dijadikan kriteria keberhasilan suatu temu balik informasi yang terdapat pada koleksi perpustakaan. Relevansi adalah suatu ukuran keefektifitasan antara sumber informasi dan penerima informasi. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa penilaian relevansi sangat peting dalam mencari informasi atau dokumen yang dibutuhkan pengguna, sehingga perpustakaan harus menyediakan bahan perpustakaan yang optimal bagi pengunjung perpustakaan. Perpustakaan sebagai penyedia informasi sebaiknya mempunyai koleksi yang relevan dengan kebutuhan penggunanya, sehingga koleksi yang dimiliki perpustakaan dapat dimanfaatkan secara optimal. Pihak perpustakaan juga sebaiknya melakukan pengadaan dengan seleksi bahan pustaka yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang telah digariskan badan induk, terutama perlu diperhatikan perpustakaan dalam seleksi bahan pustaka menurut Carter dan Bonk yang dikutip Herlina (1996:44) menyatakan bahwa: 1. Bahan pustaka harus disiplin dengan tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna tanpa membedakan ras, kebangsaan, profesi, atau lokasi pengguna 2. Bahan pustaka harus dibina berdasarkan rencana 3. Perpustakaan diadakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pengguna tetapi juga berkewajiban membina bahan pustaka untuk memperluas,

memperkaya, dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Bahan pustaka dasar harus dibina dengan lengkap dan mutahir. 4. Bahan pustaka yang akan disediakan harus berkualitas baik isi penyajian dan format, kepengarangan, subjek, subjek maupun fakta yang nyata. 2.4 Kebutuhan Informasi 2.4.1 Pengertian Kebutuhan Informasi Manusia adalah makhluk yang kompleks. Manusia memiliki banyak kebutuhan untuk melangsungkan kehidupannya. Mulai dari kebutuhan ragawi sampai kebutuhan yang bersifat rohani. Berikut adalah beberapa pengertian tentang kebutuhan informasi menurut beberapa para ahli. Menurut Chowdhury (1999: 92) bahwa: Kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi muncul ketika seseorang menyadari pengetahuan yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasi permasalahan tentang subjek tertentu. Menurut Taylor yang dikutip Putu Pendit (2008: 2), ada empat lapisan atau tingkatan yang dilalui oleh pikiran manusia sebelum sebuah kebutuhan benarbenar dapat terwujud secara pasti: 1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang dalam hidupnya. Inilah kebutuhan tersembunyi yang seringkali baru muncul setelah ada pengalaman tertentu. 2. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai mereka-reka apa sesungguhnya yang ia butuhkan. 3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin di saat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain. 4. Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu. Sedangkan menurut Hartono (2000: 692) menyatakan bahwa: Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian (events) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan informasi adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh

penerima berupa data yang menggambarkan kejadian-kejadian nyata yang telah diolah dalam satu bentuk sehingga menjadi lebih berguna dan lebih berarti. 2.4.2 Jenis Kebutuhan Informasi Jenis kebutuhan informasi bagi pengguna informasi sangat beraneka ragam. Berikut ini beberapa pengertian tentang jenis kebutuhan informasi menurut beberapa para ahli. Jarvelin (2004) memberi klasifikasi terhadap jenis kebutuhan informasi yang berhubungan dengan tugas pekerjaan, yaitu: 1. Informasi yang berkaitan dengan masalah, menggambarkan struktur, sifat, dan syarat dari masalah yang sedang dihadapi, misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, informasi yang dibutuhkan adalah mengenal jenis, tujuan dan masalah yang dihadapi dalam membangun konstruksi jembatan. Pada kasus ini kemungkinan telah ada sumber informasi yang telah membahas hal yang sama. 2. Informasi yang berkaitan dengan wilayah, terdiri dari pengetahuan tentang fakta, konsep, hukum dan teori dari wilayah permasalahan. Misalnya dalan masalah konstruksi jembatan, wilayah informasi yang diperlukan adalah kekuatan dan tingkat pemuaian besi. Jenis informasi yang dibutuhkan berupa uji ilmiah dan teknologi informasi. Informasi tersebut terdapat dalam terbitan jurnal ilmiah dan buku teks. 3. Informasi sebagai pemecahan masalah, menggambarkan bagaimana melihat dan memformulasikan masalah, apa masalah dan wilayah informasi bagaimana yang akan digunakan dalam upaya memecahkan masalah. Misalnya dalam konstruksi jembatan, insiyur perencana akan menghadapi pro dan kontra mengenai berbagai informasi mengenai desain jenis jembatan. Ini hanya dapat dipecahkan pada keahlian seseorang dan pengetahuan yang dimiliki. Menurut Yusup (1995: 10) bahwa Jenis-jenis informasi dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: 1. Informasi Lisan, informasi ini disamping jumlahnya sangat banyak, sulit diukur dan dibuktikan dan juga kurang bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan manusia pada umumnya. 2. Informasi Terekam, informasi ini paling bermanfaat dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik secara perorangan maupun dalam bermasyarakat, berorganisasi, dan bergaul sesame anggota masyarakat pada umumnya, terutama bergaul yang bertujuan mengembangkan diri kearah yang lebih baik. Sebagai tambahan perlu juga diketahui bahwa menurut Diao yang dikutip Mustangimah (1998: 5), menyatakan bahwa:

Kebutuhan informasi ada 3 macam, yaitu kebutuhan informasi objektif, kebutuhan informasi subjektif, dan kebutuhan informasi yang terpenuhi. Kebutuhan informasi objektif yaitu kebutuhan informasi yang seharusnya ada apabila seorang ingin mencapai tujuannya dengan sukses. Kebutuhan informasi subjektif yaitu kebutuhan informasi yang disadari oleh seorang sebagai persyaratan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kebutuhan informasi yang mutakhir, spesifik, objektif dan pengembang bagi pengetahuan manusia sehingga dapat menyelesaikan masalah problem-solving information. 2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengguna perpustakaan akan kebutuhan informasi. Faktor-faktor tersebut menurut para ahli adalah sebagai berikut: Katz, Gurevitch, dan Haas (Tan yang dikutip Yusup, 1995:4) juga menemukan dalam penelitiannya bahwa orang yang tingkat pendidikannya tinggi lebih banyak mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Ini berarti bahwa orang yang mempunyai pendidikan relatif tinggi, seperti guru, dosen, dan peneliti, misalnya, lebih banyak mempunyai kebutuhan akan sesuatu yang bisa memuaskannya, dan lebih banyak mempunyai tujuan yang berkaitan dengan permasalahan kehidupannya daripada orang-orang pada umumnya. Hal ini terjadi karena pada umumnya orang lebih senang berpikir simpleks daripada orang-orang yang berpendidkan tinggi yang lebih banyak menggunakan pola berpikir multipleks. Konsep multipleksitas (dalam berpikir) ini diusulkan oleh Krech, Crutchfield, dan Ballachey yang dikutip Yusup, 1995: 5 untuk menjelaskan adanya perbedaan dalam cara orang mengalami perubahan kognisi yang di antaranya dipengaruhi oleh sistem kognisi yang sudah dipunyai oleh orang yang bersangkutan sebelumnya. Semua informasi yang menerpa orang yang berpikiran multipleks akan dikelolanya, dikaitkan dengan informasi lain yang sudah dipunyainya untuk kemudian dicari pola kaitannya guna menghasilkan pengetahuan baru atau informasi baru. Menurut Sulistyo-Basuki (2004:396) kebutuhan informasi ditentukan oleh: 1. Kisaran informasi yang tersedia; 2. Penggunaan informasi yang akan digunakan;

3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, dan karakteristik masing- masing pemakai; 4. Sistem sosial, ekonomi, dan politik tempat pemakai berada; dan 5. Konsekuensi penggunaan informasi. Setiap orang membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan kebutuhannya. Rasa ingin tahu seseorang timbul karena ia ingin selalu berusaha menambah pengetahuannya. Krech, Crutchfield, dan Ballachey yang dikutip Yusup, 1995: 13 lebih jauh menjelaskan karena adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, seseorang termotivasi untuk mencari pengetahuan, bagaimana caranya agar dapat memecahkan masalah tersebut. Salah satu cara adalah mencari tambahan pengetahuan melalui membaca berbagai media bahan bacaan yang sebagian besar tersedia di perpustakaan-perpustakaan. Fungsi informasi bisa berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya. Namun, setidaknya yang utama adalah sebagai data dan fakta yang membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelas hal-hal yang sebelumnya meragukan, sebagai prediksi untuk peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang. Nyatanya, informasi itu banyak fungsinya. Tidak terbatas pada salah satu bidang atau aspek saja, melainkan menyeluruh, hanya bobot dan manfaatnya yang berbeda karena disesuaikan dengan kondisi yang membutuhkannya (Yusup, 1995: 13). Dalam pengadaan bahan pustaka, perpustakaan merupakan faktor yang penting dan perlu dilakukan dengan perencanaan yang baik sehingga bahan pustaka yang dipesan dapat sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban. 2.4.4 Sumber Informasi Perpustakaan adalah jantung perguruan tinggi sumber informasi bagi seluruh pengguna perpustakaan. Dengan adanya perpustakaan maka seluruh sivitas akademika dengan mudah mendapat informasi yang dibutuhkan sehingga proses belajar atau mengajar dapat berjalan dengan mudah dah lebih maksimal.

Menurut Yusup (1995: 14) menyatakan bahwa: Memfokuskan sumber informasi yaitu hanya kepada segala macam informasi yang secara khusus bisa diawasi, dikendalikan, diolah dan dikelola untuk kepantingan umat manusia, yakni informasi terekam yang bisa diperoleh diperpustakaan-perpustakaan dan segala jenisnya, baik informasi yang bersifat ilmiah (bisa dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan) maupun informasi yang bersifat nonilmiah sepeti informasi tentang keluarga, berita kematian, dan iklan komersial. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber informasi merupakan segala macam informasi yang bisa diawasi, dikendalikan, diolah, dan dikelola oleh perpustakaan untuk seluruh pengguna yang ingin memenuhi kebutuhan informasi baik informasi yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah. 2.4.5 Pengguna Informasi Pengguna informasi adalah orang yang membutuhkan informasi baik yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah. Adapun pengertian pengguna informasi menurut beberapa ahli yaitu: Menurut Djatin (1996: 8) Karakteristik jenis pengguna informasi adalah: a. Mahasiswa Pada umumnya sering menggunakan buku dari pada majalah yang memberikan penjelasan mengenai topik-topik tertentu. b. Mahasiswa Pasca Sarjana Yang mencari informasi untuk penelitian yang sesuai dengan bidangbidang mereka. c. Para Dokter Tenaga medis yang bekerja dirumah sakit yang memiliki kesibukan dengan kegiatan atau aktivitas klinisnya. d. Dosen dan Peneliti Para dosen yang memerlukan informasi untuk keperluan belajar atau mengajar sedangkan peneliti memerlukan informasi untuk mengetahui sejauh mana telaah orang untuk digunakan dalam menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya. e. Pengamat Mencari informasi mengenai topik-topik yang banyak diminati orang. f. Bidang-bidang khusus Orang yang mencari informasi mengenai penelitian dimasa lalu dengan motivasi atau sasaran belajar seumur hidup. g. Masyarakat Umum Untuk menambah pengetahuan dan mencari informasi serta hiburan. h. Industri dan Pemasarannya Untuk mengetahui perkembangan teknologi industri.

Adapun menurut Bambang S. Sankarto dan Maman Pernama (2008: 4) tentang pengertian pengguna informasi adalah: Pengguna informasi adalah pihak yang menerima atau menggunakan informasi. Pengguna informasi dapat menentukan kualitas seperti apa, menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan informasi mereka. Penyedia informasi harus bekerja dengan pengguna untuk menentukan kebutuhan mereka, dan bekerjasama dengan sumber informasi lain. Sedangkan menurut Yusuf (1996: 156) Pengguna atau pemakai jasa perpustakaan adalah semua pengunjung perpustakaan yang bertujuan menggunakan fasilitas perpustakaan untuk mencari informasi dalam rangka memperoleh bahan pustaka atau pengetahuan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengguna informasi adalah mahasiswa, dosen, dokter, pengamat, masyarakat umum dan seluruh pengunjung perpustakaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi.