ANALISA PERILAKU DINAMIS STRUKTUR FLOATING WIND TURBINE (FWT) DENGAN KONDISI LINGKUNGAN DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Perilaku Dinamis Struktur Spar-Buoy Floating Wind Turbine (FWT) dengan Kondisi Lingkungan di Perairan Kepulauan Seribu

OLEH : Firmansyah Raharja NRP Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D. Dr. Ir. Wisnu Wardhana, SE., M.

Analisis Fatigue Top Side Support Structure Silindris Seastar Tension Leg Platform (TLP) Akibat Beban Lingkungan North Sea

DAFTAR NOTASI. F wv. ( ω) ε i a i. D ij M jk A jk B jk C jk F j T p H s S R. m o. = amplitudo gelombang

Analisis Perilaku FPSO (Floating Production Storage and Offloading) Terhadap Internal Turret Mooring System Berbasis Simulasi Time Domain

Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS

ANALISA KEANDALAN STRUKTUR TOPSIDE MODULE FPSO PADA SAAT OPERASI ABSTRAK

PRESENTASI TUGAS AKHIR (P3)

ANALISA UMUR KELELAHAN STRUKTUR SATELITE WELLHEAD PLATFORM SISTEM PERANGKAAN BRACE N DAN BRACE X

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: G-155

ANALISA PERILAKU DINAMIS FPSO DENGAN SISTEM INTERNAL TURRET MOORING

Analisis Kegagalan Ultimate pada Topside Support Structure Seastar Tension Leg Platform (TLP) dengan Metode Incremental Extreme Load

Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M. Sc. Ph. D. NIP dan NIP

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: G-118

KAJIAN KONDISI DAMAGE PADA SAAT PROSES LAUNCHING JACKET

ANALISIS PENGARUH MARINE GROWTH TERHADAP INTEGRITAS JACKET STRUCTURE Anom Wijaya Daru 1, Murdjito 2, Handayanu 3

ANALISIS STRUKTUR PENYANGGA SISTEM TERAPUNG UNTUK TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS PASANG SURUT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

ANALISA TIME-DOMAIN PENGARUH SPREAD MOORING DENGAN VARIASI JUMLAH LINE TERHADAP TENSION PADA FLEXIBLE RISER

Analisis Gerakan Bandul akibat Gerakan Ponton pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistem Bandulan

Studi Perbandingan Analisis Gerak Ponton Model Tripod Secara Numeris dan Empiris

M.Mustaghfirin Ir. Wisnu W, SE, M.Sc, Ph.D Yoyok Setyo Hadiwidodo,ST.,MT

Studi Pengaruh Gerak CALM Buoy Pada Sistem Tambat FPSO Brotojoyo Dengan Variasi Pre-tension Mooring Lines Terhadap Kemanan Lazy-S Riser

PREDIKSI NUMERIK KETIDAKSTABILAN FPSO TERTAMBAT PADA MULTI BUOY AKIBAT KEGAGALAN PADA MOORING LINE

Bayu Pranata Sudhira NRP

Analisa Greenwater Akibat Gerakan Offshore Security Vessel

Presentasi Tugas Akhir Surabaya, 25 Januari 2012 Jurusan Teknik Kelautan FTK - ITS

Analisis Karakteristik Gerakan dan Operabilitas Self Propelled Coal Barge (SPCB)

KAJIAN NUMERIK RESPON GERAKAN KAPAL FPSO/FSO DAN TEGANGAN MOORING HAWSER SAAT DITAMBAT

PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN )

OPTIMASI BENTUK DEMIHULL KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SEAKEEPING

Tabel 3 dan Gambar 8 adalah contoh Response Amplitude Operator (RAO) hasil perhitungan MOSES 6.0 untuk gerakan surge pada berbagai kondisi draft.

2/11/2010. Motion Response dan Motion Statistic MCH-TLP Seastar kondisi tertambat

ANALISA STOKASTIK BEBAN-BEBAN ULTIMATE PADA SISTEM TAMBAT FPSO SEVAN STABILIZED PLATFORM

Jurnal Tugas Akhir. Analisis Operabilitas Instalasi Pipa dengan Metode S-Lay pada Variasi Kedalaman Laut

Rahayu Istika Dewi (1), Jusuf Sutomo (2), Murdjito (3) 1 Mahasiswa Teknik Kelautan, 2,3 Staf Pengajar Teknik Kelautan

KAJIAN NUMERIK KETIDAKSTABILAN FPSO TERTAMBAT DALAM KONDISI ALAMI KERUSAKAN PADA KONDISI MOORING LINE YANG BERBEDA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-217

RESPON DINAMIK STRUKTUR TERAPUNG

Studi Karakteristik Respon Struktur Akibat Eksitasi Gelombang Pada Semi-Submersible Drilling Rig Dengan Kolom Tegak Dan Ponton Persegi Empat

ANALISIS NUMERIK CATENARY MOORING TUNGGAL

Prediksi Gerak Terhadap Desain Awal Ferry 600, 500 dan 300 GRT Untuk Pelayaran Antar Pulau

ANALISA GERAKAN STRUKTUR JACKET TRIPOD WELLHEAD PLATFORM, PADA PROSES INSTALASI DENGAN METODE ROLL-UP UPENDING

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Studi Karakteristik Gerakan dan Operabilitas Anjungan Pengeboran Semi-submersible dengan Dua Kolom Miring dan Ponton Berpenampang Persegi Empat

KAJIAN KEKUATAN KOLOM-PONTON SEMISUBMERSIBLE DENGAN KONFIGURASI DELAPAN KOLOM BERPENAMPANG PERSEGI EMPAT AKIBAT EKSITASI GELOMBANG

Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Jarak antara Lay Barge dan Exit Point pada Instalasi Horizontal Directional Drilling

Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension

ANALISA HAMBATAN DAN SEAKEEPING PADA FAST RESCUE BOAT

Evaluasi Aspek Greenwater pada Perancangan Drillship Displasemen Ton

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

R = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR

RESPON DINAMIK SISTEM CONVENTIONAL BUOY MOORING DI SEKITAR PULAU PANJANG, BANTEN, JAWA BARAT

Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Tipe Tripod Platform saat Kinerja Pondasi Pile Menurun

Analisis Tegangan Lokal Konstruksi Windlass pada Bow FSO Akibat Pengaruh Modifikasi Sistem Offloading

RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN

Analisis Geometri dan Konfigurasi Kolom- Ponton terhadap Intensitas Gerakan dan Stabilitas Semisubmersible

Analisa Seakeping FPSO Dengan Sistem Tambat Turret Mooring

STUDI SELEKSI KONFIGURASI MULTI BUOY MOORING DENGAN KONDISI EKSTREM BERBASIS KEANDALAN

STUDI KARAKTERISTIK GERAKAN DAN OPERABILITAS ANJUNGAN PENGEBORAN SEMI-SUBMERSIBLE DENGAN KOLOM TEGAK DAN PONTON BERPENAMPANG PERSEGI EMPAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK KELAUTAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR. d. Jumlah SKS yang telah lulus e. IPK rata-rata :

STUDI ANALITIS, NUMERIS DAN EKSPERIMEN OLAH GERAK DAN DINAMIKA TEGANGAN TALI TAMBAT SPAR DENGAN VARIASI HEADING GELOMBANG

TUGAS AKHIR MO141326

Analisis Ultimate Strength Pada Sambungan Ponton dan Kolom Semi-submersible Essar Wildcat Terhadap Beban Ekstrem

PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM

Analisa Stabilitas Akibat Konversi Motor Tanker (MT). Niria Menjadi Mooring Storage Tanker

DESAIN KONVERTER GELOMBANG BENTUK TABUNG SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT LISTRIK DI PERAIRAN LAUT JAWA

Keandalan Struktur Geladak Kapal Tongkang pada Transportasi Jacket Platform

Bab III Metode Penelitian

Efek Penambahan Anti-Sloshing pada Tangki Kotak Bermuatan LNG Akibat Gerakan Rolling Kapal

Analisa Tegangan Lokal dan Umur Kelelahan Konstruksi Bolder pada FSO Ladinda Akibat Pengaruh Side By Side Offloading Process

ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG

Kajian Teknis Fenomena Getaran Vorteks pada Variasi Jumlah Oscillating Part Pembangkit Listrik Tenaga Arus Air Laut

Analisa Resiko pada Mooring Line Point Mooring) Akibat Beban Kelelahan

Mainas Ziyan Aghnia ( ) Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D. Ir. Murdjito, M.Sc.Eng. Company. Click to add subtitle

ANALISA PERBANDINGAN UMUR STRUKTUR OFFSHORE SISTEM EBF DAN SISTEM CBF TIPE JACKET

Analisis Kegagalan Akibat Kepecahan Pada Sambungan Ponton dan Kolom Struktur Semisubmersible Essar Wildcat

Anjungan Lepas-pantai untuk Perairan Dangkal (Shallow water platform)

ANALISA PENGARUH VARIASI BENTUK BOTTOM TERHADAP NILAI HEAVE DAN PITCH FPSO BERBENTUK SILINDER DI PERAIRAN LEPAS PANTAI UTARA NATUNA-INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GAYA GELOMBANG LAUT TERHADAP PEMBANGKITAN GAYA THRUST HYDROFOIL SERI NACA 0012 DAN NACA 0018

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1

Analisa Seakeeping pada Offshore Supply Vessel 56 Meter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Dampak Scouring Pada Integritas Jacket Structure dengan Pendekatan Statis Berbasis Keandalan

SEGI DELAPANDESAIN KONVERTER GELOMBANG BENTUK SEGI DELAPAN SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT LISTRIK DI PERAIRAN LAUT JAWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembebanan akibat gelombang laut pada struktur-struktur lepas pantai

Analisa Kegagalan akibat Kepecahan pada Sambungan Ponton dan Kolom Struktur Semi-submersible Essar Wildcat

PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES

Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

ANALISIS STABILITASSTRUKTUR BAWAH BANGUNAN LEPAS PANTAI UNTUK FLOATING WIND TURBINE DENGAN SISTEM TENSION LEG SPAR PLATFROM NASKAH PUBLIKASI

Evaluasi Aspek Slamming pada Perancangan Drillship Displasemen Ton

Studi Pengaruh Gerak Semi-submersible Drilling Rig dengan Variasi Pre-tension Mooring Line terhadap Keamanan Drilling Riser

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN

Transkripsi:

ANALISA PERILAKU DINAMIS STRUKTUR FLOATING WIND TURBINE (FWT) DENGAN KONDISI LINGKUNGAN DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Rofi uddin 1, Paulus Indiyono, Afian Kasharjanto 3, Yeyes Mulyadi 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS Staf Pengajar Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS 3 Staf Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika Sumber-sumber angin potensial yang signifikan, kebanyakan berada di daerah perairan cukup dalam sehingga menyebabkan munculnya berbagai konsep pengembangan ladang turbin angin terapung untuk area lepas-pantai. Salah satu konsep penopangnya yaitu spar-buoy yang diadopsi dari konsep teknologi anjungan lepas-pantai yang sudah lebih dulu diaplikasikan dalam bidang migas. Spar-buoy untuk floating wind turbine (FWT) ini berupa struktur silinder yang simetris dengan tinggi 9. m dan sarat 7.7 m dengan 4 (empat) konfigurasi tali penambatan. Pada laporan ini akan dibahas tentang respon dinamis dari FWT dengan 3 variasi diameter hull dan 3 variasi diameter bilga dengan menggunakan data lingkungan perairan Kepulauan Seribu. Struktur FWT akan ditinjau untuk 6 arah gerak surge, sway, heave, roll, pitch, dan yaw. Permodelan struktur FWT menggunakan software MOSES 7.0 (MultiOperational Structural Engineering Simulator). Proses analisa respon dinamis menggunakan software MOSES 6.0 dengan metode frequency domain. Dari hasil analisa dengan berbagai variasi diameter bilga dan hull dapat diketahui bahwa struktur FWT dengan diameter hull dan bilga masingmasing 4m dan 1.5x diameter geladak memiliki respon struktur gerakan heave terkecil. Struktur tersebut dipilih karena konfigurasi bilga sangat berpengaruh signifikan terhadap gerakan heave struktur. Besarnya respon struktur untuk gerakan heave pada struktur tersebut adalah 0.748m. Kata kunci: FWT, diameter hull, diameter bilga, frequency domain, amplitude heave. DASAR TEORI.1. Analisa Dinamis Analisa dinamis pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan respon struktur berupa RAO dan motion statistics terhadap pembebanan dinamis yaitu beban gelombang dan arus. Struktur FWT sendiri juga memiliki mode gerakan 6 degree of freedom antara lain surge, sway, heave, roll, pitch, dan yaw. Penelitian ini menggunakan teknik domain frekuensi dengan tujuan untuk memudahkan penyelesaian masalah dinamis. Analisa domain frekuensi telah banyak digunakan untuk permasalahan dinamika struktur terapung dan dapat diaplikasikan untuk menghitung respon struktur dengan memasukkan gelombang acak yang menggunakan formulasi spektrum. Persamaan gerak dari surface paltform pada 6 derajat kebebasan dapat ditulis sebagai berikut: dimana: X.. = percepatan gerak. X = kecepatan gerak.. 1 X = displacement gerak. M = massa struktur. M = massa tambah. A B V = drag induced viscous damping. Bp = potential damping struktur. K = kekakuan hidrostatik. = kekakuan dari connector. K m F (t) = Gaya eksitasi... Gaya Gelombang Beban gelombang merupakan beban terbesar yang ditimbulkan oleh beban lingkungan pada bangunan lepas pantai (Indiyono,003). Perhitungan beban gelombang dapat direpresentasikan dengan perhitungan gaya gelombang. Dua pendekatan yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan teori difraksi dan teori Morison. Dalam tugas akhir ini, teori yang tepat untuk menghitung gaya gelombang pada struktur FWT menggunakan teori difraksi. Dalam teori ini bilamana suatu struktur mempunyai ukuran yang relatif besar (D/λ > 0.) maka keberadaan struktur ini akan mempengaruhi timbulnya perubahan arah pada

medan gelombang disekitarnya. Dalam hal ini difraksi gelombang dari permukaan struktur harus diperhitungkan dalam evaluasi gaya gelombang. Persamaan kontinyuitas dapat ditulis dalam bentuk kecepatan potensial yaitu : φ φ φ φ = + + = 0 x y z dimana : Φ = Φ(x,y,z,t) Kondisi batas yang digunakan dalam teori difraksi : η = d Fixed Gambar.1 Kondisi batas untuk teori difraksi (Chakrabarti, 004) Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa ada 4 kondisi batas yang digunakan dalam teori difraksi, yaitu : Kondisi batas dinamis 1 = gη + + + = 0 di t x y z mana : η = elevasi gelombang g = percepatan gravitasi Kondisi batas kinematis = 0 y η η η + + = 0 t x x z z y diasumsikan permukaan dasar laut adalah rata sehingga kecepatan partikel sama dengan kecepatan pada permukaan. Kondisi batas permukaan dasar laut y x H η = cos θ = 0 n = 0 y diasumsikan bahwa permukaan dasar laut bersifat impermiabel sehingga air tidak menembus sea bed. Kondisi batas permukaan benda = 0 n apabila benda dianggap impermiabel maka tidak ada normal flux dari fluida yang menembus permukaannya. Untuk gaya gelombang time series dapat dibangkitkan dari spektrum gelombang sebagai first order dan second order. First order adalah gelombang x dengan periode kecil yang daerah pembangkitannya di daerah itu sendiri dan berpengaruh dominan pada motion bangunan apung. Berikut adalah persamaan gaya gelombang first order: F wv N () 1 () 1 () t F ( ω ) cos [ ωi + ε i ] ai dimana : ( 1 ) F wv ( t) = i= 1 wv i = gaya gelombang first order tergantung waktu ( 1 ) F wv ( ω) = gaya exciting gelombang first order per unit amplitudo gelombang ε i = sudut fase komponen gelombang first order a i = amplitudo komponen gelombang first order ( S( ω) dω ) S ( ω) = fungsi spektra gelombang.3. Respon Struktur Response Amplitude Operator (RAO) atau disebut juga dengan Transfer Function merupakan fungsi respon gerakan dinamis struktur yang disebabkan akibat gelombang dengan rentang frekuensi tertentu. Persamaan RAO dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Chakrabarti, 1987) :...

p ( ω ) ( ω ) X RAO ( ω ) = η dimana : X ω = amplitudo struktur p ( ) η ( ω) = amplitudo gelombang Spektrum gelombang yang dipakai dalam tugas akhir ini adalah spektrum JONSWAP yang merupakan modifikasi dari persamaan spektrum Pierson-Morkowitz yang disesuaikan dengan kondisi laut yang ada. Persamaan spektrum JONSWAP dapat ditulis sebagai berikut : 5 ω S( ω) = α g ω EXP 1,5 ω0 dimana : τ = parameter bentuk untuk ω0 4 γ ( ω ω ) 0 EXP τ ω0 ω = 0,07 dan ω ω0 = 0,09 α = 0,0076 (X 0 ) -0,, untuk X 0 tidak diketahui maka α = 0,0081 g ω 0 = π X Uω g X X 0 = U ω 0, 33 ( ) γ = parameter puncak 0 Pemodelan dilakukan dengan software MOSES, yaitu pemodelan struktur dan pemodelan beban dinamis yang bekerja pada hull. Tahapan pemodelan dengan software MOSES adalah sebagai berikut: 1. Memodelkan hull FWT pada MOSES 7.. Model FWT divariasikan dengan dimensi diameter hull sebesar 3.3m, 3.6m, 4m. 3. Model FWT yang telah divariasikan dengan diameter hull kemudian diberikan variasi diameter bilga sebesar 1x geladak, 1.15x geladak, dan 1.5x geladak. 4. Memasukkan konfigurasi connector, kondisi lingkungan dan arah pembebanan. 5. Melakukan analisa dalam frequency domain, sehingga diperoleh Motion Response Operator (RAO Motion), Motion Response Spectra, dan Motion Statistics. Spektrum respons didefinisikan sebagai respons kerapatan energi pada struktur akibat gelombang. Spektrum respons merupakan perkalian antara spektrum gelombang dengan RAO kuadrat, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : [ RAO( ω) ] S( ω) S R = dimana : S R = spektrum respons (m -sec) S ( ω) = spektrum gelombang (m -sec) RAO ( ω) = transfer function ω = ferkuensi gelombang (rad/sec) 3. PEMODELAN STRUKTUR 3.1. Pemodelan dengan MOSES Gambar 3.1. Model FWT tampak isometri 3.. Analisa Model Validasi model struktur dilakukan dengan membandingkan motion response operator struktur free floating yang dibebani dari 3

beberapa arah antara lain 0 o, 45 o dengan beban lingkungan yang sama. dan 90 o Gambar 3.6. RAO pitch free floating Gambar 3.. RAO surge free floating Gambar 3.7. RAO yaw free floating Gambar 3.3. RAO sway free floating Gambar 3.4. RAO heave free floating Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai RAO gerakan surge pada arah pembebanan 0 0 dan 45 0 sama dengan nilai RAO gerakan sway pada arah pembebanan 45 0 dan 90 0, dan nilai RAO gerakan pitch pada arah pembebanan 0 0 dan 45 0 sama dengan nilai RAO gerakan roll pada arah pembebanan 45 0 dan 90 0. Untuk nilai RAO gerakan heave dan yaw memiliki nilai yang sama pada semua arah pembebanan. 4. ANALISA HASIL 4.1. Pengaruh variasi dimensi hull FWT. 4.1.1. Dimensi hull FWT 3.3m Untuk arah pembebanan 0 o diperoleh nilai surge, heave dan pitch maksimum. Motion statistics ketiga gerakan adalah sebagai berikut: Gambar 3.5. RAO roll free floating Gambar 4.1. Motion statistic surge untuk heading 0 0 dengan diameter hull 3.3m 4

Dari grafik surge diatas dapat dilihat bahwa amplitude terkecil diperoleh pada kondisi jarijari bilga.4 meter yang nilainya 0,464 m untuk Average 1/3 of Height dan 0,864 m untuk Maximum amplitude. Gambar 4.4. Motion statistic sway untuk heading 90 0 dengan diameter hull 3.3m Gambar 4.. Motion statistic sway untuk heading 0 0 dengan diameter hull 3.3m Dari grafik sway diatas dapat dilihat bahwa amplitude terkecil diperoleh pada kondisi jarijari bilga.4 meter yang nilainya 0,464 m untuk Average 1/3 of Height dan 0,864 m untuk Maximum amplitude. Gerakan heave, amplitude terkecil diperoleh pada kondisi jari-jari bilga 3 meter yang nilainya 0,444 m untuk Average 1/3 of Height dan 0.85 m untuk Maximum amplitude. Gambar 4.5. Motion statistic roll untuk heading 90 0 dengan diameter hull 3.3m Gambar 4.3. Motion statistic pitch untuk heading 0 0 dengan diameter hull 3.3m Gerakan pitch, amplitude terkecil diperoleh pada kondisi jari-jari bilga.4 meter yang nilainya 0.13 derajat untuk Average 1/3 of Height dan 0,397 derajat untuk Maximum amplitude. Untuk arah pembebanan 90 o diperoleh nilai sway dan roll maksimum dari motion statistics sebagai berikut : Untuk gerakan roll, amplitude terkecil diperoleh pada kondisi jari-jari bilga.4 meter yang nilainya 0.13 derajat untuk Average 1/3 of Height dan 0.397 derajat untuk Maximum amplitude. 4.. Pengaruh Variasi Dimensi Bilga FWT 4..1. Dimensi bilga FWT 1x dimensi geladak. Untuk arah pembebanan 0 o diperoleh nilai surge, heave dan pitch maksimum. Motion statistics ketiga gerakan adalah sebagai berikut: 5

Pada gerakan pitch, amplitude terkecil diperoleh pada FWT dengan jari-jari hull 1.65 meter yang nilainya 0.13 derajat untuk Average 1/3 of Height dan 0.397 derajat untuk Maximum amplitude. Gambar 4.6. Motion statistic surge untuk heading 0 0 dengan diameter bilga.4m Dari grafik surge diatas dapat dilihat bahwa amplitude pada jari-jari hull 1.65m, 1.8m, dan m memiliki selisih perbedaan amplitude yang kecil. Amplitude terkecil diperoleh pada FWT dengan jari-jari hull 1.8 meter yang nilainya 0.463 m untuk Average 1/3 of Height dan 0.86 m untuk Maximum amplitude. Untuk arah pembebanan 90 o diperoleh nilai sway dan roll maksimum dari motion statistics sebagai berikut : Gambar 4.9. Motion statistic sway untuk heading 90 0 dengan diameter bilga.4m Dari grafik sway diatas dapat dilihat bahwa amplitude terkecil diperoleh pada FWT dengan jari-jari hull 1.8 meter yang nilainya 0.463 m untuk Average 1/3 of Height dan 0.86 m untuk Maximum amplitude. Gambar 4.7. Motion statistic surge untuk heading 0 0 dengan diameter bilga.4m Untuk gerakan heave, amplitude pada jari-jari hull 1.65m, 1.8m, dan m memiliki perbedaan amplitude yang kecil pula. Amplitude terkecil diperoleh pada FWT dengan jari-jari hull meter yang nilainya 0.484 m untuk Average 1/3 of Height dan 0.9 m untuk Maximum amplitude. Gambar 4.10. Motion statistic roll untuk heading 90 0 dengan diameter bilga.4m Untuk gerakan roll, amplitude terkecil diperoleh pada FWT dengan jari-jari hull 1.65 meter yang nilainya 0.13 derajat untuk Average 1/3 of Height dan 0.397 derajat untuk Maximum amplitude. Gambar 4.8. Motion statistic surge untuk heading 0 0 dengan diameter bilga.4m 4.3. Pemilihan Model Dari hasil analisa dinamis yang telah diuraikan sebelumnya, respon gerak struktur FWT akibat pengaruh variasi diameter hull dan variasi diameter bilga dapat ditabulasikan sebagai berikut : 6

Diameter Bilga Diameter Hull Maximum Amplitude (meter) (meter) Surge Sway Heave Roll Pitch (m) (m) (m) (deg) (deg) 1x geladak 1.15x geladak 1.5x geladak 3.3 0.864 0.864 0.909 0.397 0.397 3.6 0.86 0.86 0.953 0.414 0.414 4 0.869 0.869 0.9 0.514 0.514 3.3 0.88 0.88 0.873 0.443 0.443 3.6 0.901 0.901 0.866 0.5 0.5 4 1.018 1.017 0.751 0.903 0.907 3.3 0.936 0.936 0.85 0.585 0.585 3.6 1.096 1.095 0.748 1.071 1.071 4 0.97 0.336 1.3 1.44 1.3 Dari tabel amplitude maksimum tiap variasi bilga dan diameter hull diatas, dapat diketahui nilai amplitude maksimum untuk heave terkecil diperoleh pada FWT diameter hull 4 meter dengan diameter bilga 1.15x geladak. Sedangkan untuk FWT diameter hull 3.6 meter nilai heave terkecil diperoleh pada FWT dengan diameter bilga 1.5x geladak. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian tugas akhir ini antara lain : 1. Perilaku gerak struktur FWT terdiri dari gerakan translasi surge, sway dan heave serta gerakan rotasional roll dan pitch, sedangkan untuk gerakan rotasional yaw sangat kecil. Gerakan yaw yang kecil adalah akibat dari bentuk struktur yang silinder dan simetris, sehingga resultan gaya pada struktur yang mengakibatkan gerakan yaw sama dengan atau mendekati nol.. Hasil pengujian variasi diameter hull dan variasi diameter bilga menunjukkan bahwa penambahan diameter hull dan diameter bilga pada struktur FWT secara umum akan memperkecil respon gerakan heave dan memperbesar respon gerakan surge, sway, roll dan pitch. 3. Dari hasil analisa dengan berbagai variasi diameter bilga dan hull dapat diketahui bahwa struktur FWT dengan diameter hull dan bilga masing-masing 4m dan 1.5x geladak memiliki respon struktur gerakan heave terkecil. Struktur tersebut dipilih karena konfigurasi bilga sangat berpengaruh signifikan terhadap gerakan heave struktur. Besarnya respon struktur untuk gerakan heave pada struktur tersebut adalah 0.748m. Dari Tugas Akhir yang telah dilakukan, ada beberapa saran untuk pengembangan penelitian ini selanjutnya : 1. Dapat dilakukan studi tentang stress pada sambungan pada tiap-tiap tiang penyangga turbine sampai dengan geladak floater terhadap getaran yang diakibatkan oleh beban angin yang mengenai turbine.. Dapat diadakan studi tentang stress pada sambungan bilga dengan hull akibat gerakan heave FWT. 3. Dapat diadakan analisa dinamis terhadap sarat struktur FWT dan analisa tegangan pada wire connector terhadap gerakan FWT akibat beban lingkungan. DAFTAR PUSTAKA API RP T., 1987, Recommended Practice for Planning, Designing, and Constructing Tension Leg Platforms, American Petroleum Institute. Chakrabarti, S.K., 1986, Hydrodynamics of Offshore Structure, Computational Mechanics Publ, Berlin. Henderson, A.R., 001, Prospects For Floating Offshore Wind Energy, Section Wind Energy, Civil Engineering & Geosciences, Delft University of Technology. Indiyono, P., 004, Hidrodinamika Bangunan Lepas Pantai, Penerbit SIC, Surabaya. Kogaki, T., Matsumiya, H. and Nagai, M., 003, Technical and Economic Aspects of Offshore Wind Energy Development in Japan, ISOPE-003, pp.89-93, USA. 7

Patel, M. H., dan Witch, A. J. 1991, Compliant Offshore Structures, London : University College London. Prastianto, Rudi Walujo, 10 April 008, Pembangkit Listrik Bertenaga Angin : Sebuah Alternatif Cerdas bagi Negeri Kepulauan, http://beritaiptek.istecs.org. Sutomo, J., 1999, Handout Hidrodinamika II, Surabaya : FTK ITS. 8

9