Pengaruh Biopestisida Ekstrak Mimba Terhadap Tingkat Serangan Hama dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merrill.) J. Reditiya Alumni Fakultas Pertanian UTM inisiasijurnal@gmail.com ABSTRACT Soybean is a tropical plant. Madura is an island that mostly dry climate area, the availability of water comes from rain water source. Besides dry Madurese fields, increased soybean production can be considered considering that soybean does not require much water for its growth. Efforts to increase soybean production experienced various constraints mainly biotic constraints that became the limiting factor of production of potential pests that attack and reduce production reached 80%. Control using synthetic pesticides has a negative impact on crops, the environment and humans. The alternative is to use a natural pesticide (biopesticide) from a plant containing a poisonous active substance such as the neem. The purpose of this research is to study the effect of the effectiveness of natural pesticide use (biopestisida) of mimba extract on the level of pest and soybean crop production. The design used was Group Random Design (RAK) 1 factor with 3 replications. Treatment levels include P0: control; P1: 150 ml of mimba seed extract / 1000 ml of water; P2: 350 ml of mimba seed extract / 1000 ml of water; P3: 500 ml of mimba seed extract / 1000 ml of water; P4: 50 ml of mimba leaf extract / 1000 ml of water; P5: 100 ml mimba leaf extract / 1000 ml water and P6: 150 ml mimba leaf extract / 1000 ml of water. The results of the study showed that (1) Biopesticide did not give significant effect on pest attack level, but the lowest level of attack was effective to reduce attack rate by 32.9% compared to control; (2) neoprene extract biopestisida have no significant effect on the components of production variables include: plant biomass weight, weight of 100 seeds, seed / plant weight, number of pods / plants, number of cipo pods / plants. Key words: biopesticide, mimba, pest attack, soybean. PENDAHULUAN Kacang kedelai (Glycine max (L.) Merill.) merupakan tanaman daerah tropis yang menghendaki suasana panas selama hidupnya. Tumbuh di daerah dengan curah hujan rendah dan memanfaatkan sisa kelembaban pada tanah bekas tanaman yang diairi seperti padi. Tanaman ini tumbuh baik dimusim kemarau sementara dimusim penghujan pertumbuhan vegetatif sangat cepat sehingga mudah rebah ( Soeprapto, 2001). Madura merupakan pulau yang sebagian besar luasannya beriklim kering, ketersediaan airnya sebagian besar berasal dari sumber air hujan. Kekurangan atau kelebihan air berpengaruh kurang baik bagi tanaman, sehingga menurunkan kualitas dan produktifitas hasil (Syukur et al., 2015). Disamping lahan Madura yang kering, peningkatan produksi kacang kedelai dapat dipertimbangkan mengingat tanaman kedelai tidak membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya. Selain hal itu, pemeliharaan tetap harus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman seperti penyiangan, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Dalam budidaya yang sangat penting untuk diperhatikan adalah pengendalian organisme pengganggu tanaman khususnya hama karena dapat menurunkan produksi yang signifikan. Pengendalian organisme pengganggu yang menggunakan pestisida utamanya sintetis berhasil menyelamatkan hasil pertanian yang dihancurkan oleh jazad pengganggu, namun menimbulkan dampak negatif terhadap alam, lingkungan dan manusia (Sastruotomo, 1982). Adisomato dkk (1997) dan Sudarmo (1992) juga menambahkan dampak negatif pestisida 13
sintetik diantaranya fitotoksik terhadap tanaman, resistensi hama, dan ledakan hama sekunder serta pengaruh dari organisme non-sasaran. Alternatif yang dapat digunakan guna mengurangi dampak negatif pestisida sintetik adalah penggunaan pestisida alami (biopestisida) dari zat aktif bersifat racun atau mengandung bahan pestisida yang dihasilkan oleh tanaman. Terdapat sekitar 2.400 jenis tumbuhan yang mengandung bahan pestisida (Kardinan, 2000). Salah satu diantaranya adalah mimba dengan kandungan bahan aktif azadirachtin, meliantriol, salanin, nimbin, nimbidin dan bahan lainnya (Utami, 1999). Azadirachtin berfungsi sebagai reppelent (penolak), zat anti feedant (penolak makan pada hama), racun sistemik, racun kontak, zat anti fertilisasi dan penghambat pertumbuhan. Pengaplikasian zat tersebut adalah dengan mengekstrak dari daun dan biji. Hal ini telah dilakukan sejak tahun 1980-an oleh ahli biologi sebagai pengendali hama tanaman (Partopuro, 1989; Sudarmadji, 1994). Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh keefektifan penggunaan biopestisida ekstrak mimba terhadap tingkat serangan hama tanaman kedelai untuk memepertahankan produksi tanaman kedelai. METODE Penelitian ini dilakukan di lahan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang pada bulan Maret 2016. Alat yang digunakan meliputi: cangkul, alat tugal, jrigen penyimpan biji mimba dan perasan daun mimba yang dambil dari bagian tajuk tengah daun. Bahan yang diguakan meliputi: benih kacang kedelai varietas gerobogan (Balitkabi Malang), daun dan biji mimba serta pupuk NPK. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) 1 faktor dengan ulangan 3 kali. Perlakuan yang dilakukan diantaranya P0: kontrol; P1: 150 ml ekstrak biji mimba/1000 ml air; P2: 350 ml ekstrak biji mimba/1000 ml air; P3: 500 ml ekstrak biji mimba/1000 ml air; P4: 50 ml ektrak daun mimba/1000 ml air; P5: 100 ml ekstrak daun mimba/1000 ml air dan P6: 150 ml ekstrak daun mimba/1000 ml air. Tahapan yang dilakukan meliputi persiapan benih, persiapan lahan dan pembuatan bedengan sebanyak 21 bedengan dengan pxlxt (2mx1,5mx0,3) dan jarak antar bedengan adalah 30 cm, penanaman benih dengan ditugal kedalaman 3-4 cm dan jarak tanam 40cmx15cm menggunakan 2 biji perlubang tanam, pemeliharaan meliputi: penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan pemanenan. Variabel yang diamati meliput tingkat serangan hama, bobot 100 biji, bobot biji pertanaman, bobot biomassa total, jumlah polong isi/tanaman dan jumlah polong cipo/tanaman. Data dianalisis ragam, apabila terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk mengetahui beda rerata perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL 1. Tingkat Serangan Hama Hasil analisis ragam perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tingkat serangan hama pada tanaman kedelai. Rerata tingkat serangan hama disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata Tingkat Serangan Hama Akibat Pemberian Biopestisida Ekstrak Mimba pada Tanaman Kedelai (%). Perlakuan Tingkat Serangan Hama (%) P0 12,34 P1 9,22 P2 10,33 P3 9,71 P4 9,18 P5 8,29 P6 11,55 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa tingkat serangan hama terendah pada perlakuan P5 yaitu pemberian ekstrak daun mimba 100 ml/1000 ml sebesar 8,29%, sedangkan tingkat serangan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 (kontrol) sebesar 12,34%. 14
2. Bobot Biomassa Tanaman Tabel 2. Rerata Bobot Biomassa (g) Akibat Pemberian Biopestisida Ekstrak Mimba pada Tanaman Kedelai. Perlakuan Bobot Biomassa P0 13, 77 P1 15,87 P2 16,45 P3 14,81 P4 15,35 P5 19,17 P6 18,78 Hasil analisis ragam perlakuan menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel biomassa tanaman kedelai (Tabel 2). Varibel bobot biomassa terringan akibat pemberian biopestisida ekstrak mimba terjadi pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu seberat 13,77 g, sedangkan bobot biomassa tanaman terberat terjadi pada perlakuan P5 yaitu pemberian 100 ml ekstrak daun mimba/1000 ml air seberat 19,17 g. 3. Bobot 100 Biji, Bobot Biji/Tanaman, Jumlah Polong Isi/Tanaman dan Jumlah Polong Cipo/Tanaman Hasil analisis ragam pemberian biopestisida ekstrak mimba menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap variabel pengamatan bobot 100 biji, bobot biji/tanaman, jumlah polong isi/tanaman dan jumlah polong cipo/tanaman. Rerata bobot 100 biji, bobot biji/tanaman, jumlah polong isi dan jumlah polong cipo/tanaman akibat pada tanaman kedelai disajikan dalam Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa bobot 100 biji perlakuan permberian biopestisida ekstrak mimba pada tanaman kedelai terringan terjadi perlakuan P4 (50 ml ektrak daun mimba/1000 ml air) yaitu 29,18 g, sedangkan bobot 100 biji terberat terjadi pada perlakuan P2 (350 ml ekstrak biji mimba/1000 ml air) yaitu 43,02 g. Pada variabel bobot biji/tanaman, bobot terringan terjadi pada perlakuan P3 (500 ml ekstrak biji mimba/1000 ml air) yaitu 24,60 g dan terberat pada perlakuan P1 (kontrol) yaitu 31,10 g. Tabel 3. Rerata Bobot 100 Biji (g), Bobot biji/tanaman (g), Jumlah Polong Isi (buah) dan Jumlah Polong Cipo/tanaman Akibat Pemberian Biopestisida Ekstrak Mimba pada Tanaman Kedelai. Perlakuan Bobot 100 biji Bobot Biji/ tanaman Jumlah Polong isi /tanaman Jumlah Polong Cipo/ tanaman P0 32,50 29,19 46,50 3,44 P1 29,98 31,10 52,50 3,39 P2 43,02 26,73 44,95 4,22 P3 30,06 24,60 43,39 3,56 P4 29,18 27,19 41,45 2,44 P5 31,84 30,89 47,56 3,39 P6 36,66 29,37 47,84 3,11 Jumlah polong isi/tanaman terkecil terjadi pada perlakuan P4 yaitu 50 ml ektrak daun mimba/1000 ml air sebanyak 41,45 buah dan terbesar pada perlakuan P2 yaitu 350 ml ekstrak biji mimba/1000 ml air sebanyak 52,50 buah. Jumlah polong cipo/tanaman terkecil pada perlakuan P4 yaitu 50 ml ektrak daun mimba/1000 ml air sebanyak 2,44 buah dan jumlah polong cipo/tanaman terbanyak yaitu perlakuan P2 yaitu 350 ml ekstrak biji mimba/1000 ml air sebanyak 4,22 buah. PEMBAHASAN Usaha peningkatan produksi kedelai sering kali mengalami berbagai kendala utamanya kendala biotik yang menjadi faktor pembatas dalam produksi. Faktor pembatas produktifitas kedelai di daerah tropik yaitu banyaknya jenis hama potensial yang dapat menyerang dan menurunkan produksi kedelai yang dapat mencapai 80 %, bahkan gagal panen apabila tidak ada pengendalian terhadap hama. Di Indonesia telah diidentifikasi ada 100 lebih jenis hama potensial, 16 diantaranya termasuk hama utama yang dapat menyerang tanaman mulai dari tumbuh sampai saat menghasilkan polong (Adisarwanto, 2005). Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka menekan populasi hama diantaranya : secara kultur teknis, mekanis, biologis, maupun dengan penggunaan insektisida. Pengendalian dengan menggunakan insektisida sintetik 15
merupakan cara yang paling mudah dan hasilnya nampak jelas dalam waktu yang singkat, namun beberapa dekade ini harga insektisida meningkat tajam. Selain itu dampak negatif pemakaian insektisida sintetik dapat membunuh musuh alami hama dan organisme bukan sasaran lainnya, timbulnya hama sekunder, resistensi, resurjensi, masalah residu dan pencemaran lingkungan (Untung, 1993). Tingkat Serangan Hama Pengaplikasian biopestisida ekstrak mimba pada tanaman kedelai berpengaruh tidak nyata pada rerata variabel tingkat serangan hama, hal ini dikarenakan populasi hama yang ada atau yang menyerang tanaman hanya sedikit sehingga non perlakuan atau kontrol dan tanaman perlakuan selain kontrol tidak jauh berbeda persentase tingkat serangannya. Tinggi rendahnya tingkat efikasi daun mimba sangat dipengaruhi oleh besar dan kecilnya konsentrasi yang digunakan dan besarnya konsentrasi berbanding lurus dengan tingginya persentase mortalitas dimana semakin besar konsentrasi maka semakin tinggi persentase mortalitasnya (Matnawy, 2007). Perlakuan P5 ( 100 ml ekstrak daun mimba/1000 ml air) sebagai tingkat serangan terendah yaitu 8,29%, efektif menekan serangan hama sebesar 32,9% dibandingkan dengan perlakuan kontrol sebagai tingkat serangan tertinggi yaitu 12,34%. Sejalan dengan hasil penelitian Wowiling (2008) yang menyatakan bahwa, biopestisida ekstrak mimba sangat efektif terhadap hama karena beberapa senyawa yang dikandungnya dapat mempengaruhi kehidupan serangga. Ektraksi mimba mempengaruhi serangga melalui berbagai macam cara, antara lain menghambat stadium larva, mengganggu kopulasi dan komunikasi seksual serangga, mencegah betina untuk meletakkan telur, menghambat reproduksi atau menyebabkan serangga mandul, meracuni larva dan dewasa, dan mengurangi napsu makan atau memblokir kemampuan makan. Bobot Biomassa Tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam terhadap variabel pengamatan bobot biomassa total (g) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian biopestisida ekstrak mimba sebagai pestisida alami pada tanaman kedelai memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena populasi hama yang ada atau yang menyerang tanaman tidak banyak, sehingga rata-rata bobot biomassa pada tanaman kontrol dan tanaman yang diberi perlakuan tidak jauh berbeda atau hampir sama persentase bobotnya. Tingginya intensitas serangan disebabkan oleh pengaruh padatnya populasi serangga yang lebih tinggi, Wowiling (2008) menyatakan bahwa intensitas serangan juga dipengaruhi oleh sumber makanan. pada prinsipnya intensitas serangan dipengaruhi oleh padat populasi dan kebutuhan makanan serangga, sehingga inetensitas serangan cenderung berbanding lurus dengan jumlah populasi, dimana dalam kondisi pada padat populasi tinggi maka intensitas serangan juga tinggi. Bobot 100 Biji, Bobot Biji/Tanaman, Jumlah Polong Isi/Tanaman dan Jumlah Polong Cipo/Tanaman. Tinggi rendahnya tingkat efikasi daun mimba yang diuji sangat dipengaruhi oleh besar dan kecilnya konsentrasi yang digunakan dan besarnya konsentrasi berbanding lurus dengan tingginya persentase mortalitas, yaitu semakin besar konsentrasi maka semakin tinggi juga persentase mortalitasnya. Pemberian biopestisida ekstrak mimba menunjukkan tidak berpengaruh nyata pada Tabel 3. Hal ini diduga penambahan ekstrak daun mimba belum mampu diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yang diberi perlakuan, sehingga bobot 100 biji tidak berbeda nyata. Aplikasi biopestisida ekstrak mimba pada tanaman kedelai memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata, hal ini diduga jumlah populasi hama yang ada atau yang menyerang tanaman sedikit sehingga, ratarata bobot biji per tanaman pada tanaman kontrol dan tanaman yang diberi perlakuan tidak jauh berbeda bobotnya. 16
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam jumlah polong berisi dan polong cipo/tanaman tidak dipengaruhi oleh dosis biopestisida ekstrak mimba pada tanaman kedelai varietas gerobogan. Perlakuan pengaplikasian biopestisida ekstrak mimba sebagai pestisida alami pada tanaman kedelai memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada variabel jumlah polong isi/tanaman dan polong cipo/tanaman. Hal ini di duga karena jumlah atau populasi hama yang ada sedikit sehingga rata-rata tingkat serangan hama pada tanaman kontrol dan tanaman yang diberi perlakuan tidak jauh berbeda. Perlakuan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dikarenakan biopestisida ini bersifat sistemik yang cara kerjanya tidak membunuh hama secara langsung, tetapi racun pada pestisida akan menempel pada tanaman, kemudian racun akan terserap kedalam jaringan tanaman melalui daun dan akar sehingga racun pada pestisida akan bereaksi jika hama memakan bagian dari tanaman. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian pengaruh terhadap tingkat serangan hama dan produksi tanaman kedelai dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian biopestisida ekstrak mimba tidak memberikan pengaruh nyata pada variabel tingkat serangan hama, namun perlakuan tingkat serang terendah efektif menekan tingkat serangan 32,9% dibandingkan dengan kontrol. 2. tidak berpengaruh nyata terhadap komponen variabel produksi meliputi: bobot biomassa tanaman, bobot 100 biji, bobot biji/tanaman, jumlah polong isi/tanaman, jumlah polong cipo/tanaman. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2005. Kedelai Penebar Swadaya, Jakarta. Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Matnawy Hudi. 2007. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Partopuro, F.P. 1989. Ekstraksi daun Nimba. Pusat Antar Universitas Ilmu hayati. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Soeprapto, H.S. 1991. Bertanam Kedelai, Cetakan Ke-6. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudarmo S. 2005. Pestisida Nabati. Pembuatan dan Pemanfaatannya. Penerbit Kansius. Sudarmadji, D. 1994. Prospek dan kendala dalam pemanfaatan nimba sebagai insektisida nabati. Hlm. 222-229. Dalam Prosiding Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. D Soetopo (editor). Bogor Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian, ITB. 300 Hal. Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Yokyakarta. Wowiling, J. 2003. Pestisida Nabati Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sulawesi Utara. 17