1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Pemahaman Konsep Sudut a. Pengertian Pemahaman Dalam uraian ini penulis akan mengulas pengertian pemahaman dalam kaitannya dengan belajar mengajar, guna melengkapi dan memperluas pandangan tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar merupakan proses yang dilakukan oleh siswa secara sadar dan sistematis. Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan, sehingga dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan pemahaman siswa akan dapat mencapai pengetahuan prosedur. Driver (dalam Suzana, 2003: 22). Herdian (2010:2) ada tiga macam pemahaman matematika, yaitu: pengubahan (translation), pemberian arti (interprestasi) dan pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation). Selanjutnya masih menurut Herdian bahwa pemahaman adalah kemampuan dalam menangkap pengertian pengertian materi yang disajikan. Menurut Suzana (2008) diakses tanggal 18 april 2003 tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya 6
2 menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh dari yang telah dicontohkan. Mampu membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan. Sedangkan menurut Suharsimi (2009:118) diakses tanggal 20 maret 2013 menyatakan bahwa pemahaman adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, mengklasifikasi, menggeneralisasi, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah sebagai proses pembelajaran yang diikuti hasil belajar sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Dengan demikian siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta fakta dan konsep. Walaupun konsep orang tersebut mungkin tidak lengkap atau benar, itu adalah miliknya sendiri. Itulah sebabnya tidak ada dua orang yang memiliki pemahaman yang sama terhadap sesuatu. (Abdul, 2009: 39). b. Pengertian Pemahaman Konsep Menurut Uno dkk,(2004:193) menyatakan bahwa pemahaman terhadap konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa: (1) Mengidentifikasi konsep secara verbal dan tulisan, (2) Menggunakan model diagram dan symbol untuk mempresentasikan suatu konsep, (3) Mengubah suatu bentuk reporesentasi ke bentuk lain, (4) Mengenal berbagai makna dan interprestasi konsep, (5)
3 Mengidentifikasi sifat sifat suatu konsep dan mengenal syarat syarat yang menentukan suatu konsep, (6) Membandingkan dan membedakan konsep konsep. Menurut Hudoyo (dalam Herdian, 2010:12) Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematika juga merupakan salah satu tujuan dari materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru membimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Sedangkan menurut Moore (dalam Taneo,dkk 2009: 3.118) bahwa konsep adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran, suatu pemikiran, suatu ide atau suatu gagasan. Pemahaman siswa terhadap suatu konsep tumbuh dari pengalaman, disamping berbuat, seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan. Menurut Patria (2007:21) diakses tanggal 08 april 2013 mengatakan apa yang dimaksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data
4 dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menangkap dan menguasai lebih dalam lagi sejumlah fakta yang mempunyai keterkaitan dengan makna tertentu. Untuk itu pemahaman konsep tidak dipelajari hanya dengan kata kata, karena ketergantungan pada kata kata belaka akan menimbulkan verganisme dan bukannya pemahaman. (Abdul, 2009:50). Dengan demikian pemahaman konsep penting bagi siswa karena dengan memahami konsep yang benar maka siswa dapat menyerap, menguasai, dan menyimpan materi yang dipelajarinya dalam jangka waktu yang lama. c. Pengertian Konsep Sudut Didalam taksonomi belajar menurut Gagne (2000:6) diakses 25 maret 2013 bahwa sudut adalah suatu konsep dasar. Salah satu cara untuk mengidentifikasi pengertian sudut adalah melalui rotasi sinar garis. Pada gambar sinar garis AB dan AC berpangkal pada titik A. Garis AB dan AC disebut kaki sudut dan titik A disebut titik sudut. Daerah yang diarsir disebut daerah sudut. Seperti gambar berikut : Menurut Barnet (2000:76) diakses tanggal 25 maret 2013, Sudut adalah himpunan dari dua buah sinar garis dimana pangkal dari kedua sinar garis tersebut
5 bersekutu. Kedua sinar dinamakan kaki sudut dan pusat perputaran atau titik pertemuan kedua sinar dinamakan titik sudut. Daerah bidang yang dibatasi oleh kaki-kaki sudut dinamakan daerah sudut. Roji (2001) diakses tanggal 25 maret 2013, Pengenalan konsep sudut yang diajarkan pada siswa kelas II masih pada memahami banyaknya jumlah sudut pada bangun datar persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran. Seperti yang diuraikan dibawah ini : a. Persegi A D B C Bagian yang di arsir adalah sudut. Jadi sudut pada bangun datar persegi ada 4, yaitu titik sudut A, B, C, dan D b. Persegi Panjang A D B C Bagian yang di arsir adalah sudut. Jadi sudut pada bangun datar persegi panjang ada 4, yaitu titik sudut A, B, C, dan D.
6 c. Segi Tiga C A B Bagian yang di arsir adalah sudut. Jadi sudut pada bangun datar segi tiga ada 3, yaitu titik sudut A, B, C d. Lingkaran Lingkaran mempunyai sisi, tapi tidak mempunyai sudut. Sedangkan menurut Heruman (2012:87 97) Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkrit yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan benda benda yang konkrit yang mudah diingat, dipahamami oleh siswa seperti dalam penanaman konsep sudut, kita dapat menggunakan sobekan ujung kertas, ujung mistar, ujung buku, atau lipatan kertas sebagai berikut: (Lipatan kertas berbentuk siku siku) (Sobekan ujung kertas berbentuk siku siku)
7 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep sudut pada siswa Sekolah Dasar terutama siswa kelas II masih pada pemahaman konsep dengan menggunakan media media konkrit yang ada disekitar. Dengan demikian siswa akan mudah memahami bahwa sudut terbentuk dari kedua sisi atau kedua ujung yang saling bertemu yang membentuk sebuah sudut atau bangun, dalam hal ini bangun datar. Selain itu siswa akan memahami bahwa sudut pada bangun datar persegi dan persegi panjang ada 4 buah sudut yang berbentuk siku siku, sedangan pada bangun segi tiga ada 3 buah sudut yang berbentuk siku siku. 2.1.2 Hakikat Media Konkrit a. Pengertian Media Sanjaya (2008:163) Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari guru kepada siswa. Kelancaran Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh media pembelajaran yang digunakan. Masih menurut Sanjaya (2008:163) bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian hipotesa..
8 Sementara itu, Briggs (2001) diakses tanggal 07 april 2013, berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (2003) diakses tanggal 07 april 2013, mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari keempat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa. Brown (2007) diakses tanggal 07 april 2013, mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar, yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke 20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu komponen yang juga dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Karena media pembelajaran mampu menyampaikan pesan atau
9 informasi, baik dari guru kepada siswa maupun media itu sendiri kepada guru dan siswa. Dengan demikian kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai oleh pengajar. b. Fungsi Media - Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. - Dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh siswa tentang suatu obyek, - Dapat menghasilkan keseragaman pengamatan - Dapat memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya. - Dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. - Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. - Dapat membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. - Dapat memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak c. Pengertian Media Konkrit Benda Konkrit merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud dengan benda konkrit sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti. (Roestiah, 2001:101).
10 Masih menurut Roestiah (2001:102), sebagai obyek nyata media konkrit merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena itu, media konkrit banyak digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu memperkenalkan subjek baru khususnya pada pemahaman konsep sudut. Media konkrit mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan katakata atau hanya visual. Menurut Ibrahim (1992:3) mengatakan bahwa media konkrit termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan. Sedangkan Mulyani (1999:202) menyatakan bahwa media konkrit merupakan benda yang sebenarnya membantu pengalaman nyata siswa dan menarik minat dan semangat belajar siswa. Dengan menggunakan benda benda yang konkrit dapat memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media konkrit adalah bendabenda yang ada di sekitar yang dapat diamati dan dirasakan langsung oleh siswa. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa penggunaan media konkrit untuk pemahaman konsep sudut pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung akan lebih baik dari pada berceramah saja. Karena pembelajaran dengan menggunakan benda benda konkrit dapat membantu untuk memperjelas maksud yang kita sampaikan, merangsang siswa untuk memperoleh pengalaman yang
11 sama, dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Sehingga dengan penggunaan media tersebut siswa menjadi lebih giat belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama tentang konsep yang dipelajari. d. Kelebihan dan Kekurangan Media Konkrit Menurut (A. Tabrani,1993:199) kelebihan dan kekurangan media konkrit adalah sebagai berikut : 1. Kelebihan Media Konkrit : - Dapat membantu guru dalam menjelaskan suatu materi kepada siswa - Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi atau obyek obyek yang nyata. - Dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indera 2. Kelemahan Media Konkrit : - Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah yang terkadang memiliki resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya. - Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata tidak sedikit dan memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya. - Tidak selalu memberikan gambaran obyek yang seharusnya 3. Manfaat Media Konkrit - Memperjelas perjanjian pesan agar tidak selalu bersifat verbalitas. - Mengawasi ketebatasan ruang, waktu, dan daya indera. - Dengan menggunakan media secara tepat dapat mengatasi sikap positif siswa
12 - Media dapat memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama pada siswa. - Menambah gairah dan motivasi belajar siswa 2.1.3 Penerapan Media Konkrit dalam Pemahaman Konsep Sudut Penerapan media konkrit dalam mengajarkan konsep sudut dapat dilakukan dengan mengambil benda benda di sekitar kelas yang berbentuk bangun datar, yang bisa langsung diamati oleh siswa, seperti halnya papan tulis, meja, penghapus, buku ataupun kertas. Dengan benda benda tersebut kita tunjukkan pada siswa bahwa sudut itu terbentuk dari kedua ujung yang saling bertemu. Contoh 1 : Batang korek api Ini adalah dua batang korek api yang sama panjangnya, Jika ujung korek api yang satu dipertemukan dengan ujung korek api yang satunya lagi, dia akan membentuk sebuah sudut. Contoh 2 : Papan Tulis Tanyakan pada siswa ini gambar apa, siswa pasti menjawab ini adalah papan tulis. Jelaskan pada siswa papan tulis ini berbentuk persegi panjang, yang memiliki empat buah sudut, sambil mengajak anak untuk menghitung sudutnya dan tunjukkan pada siswa yang dimaksud dengan sudut adalah:
13 Sudut (1) Sudut (2) Sudut (4) Sudut (3) Contoh 2 : Buku buku ini sama bentuknya dengan papan tulis, sama sama persegi panjang, samasama memiliki 4 buah sudut. Tanyakan pada siswa siapa yang bisa menunjukkan sudut pada buku ini?? Jika diantara siswa belum memahami sudut pada bangun datar dengan menggunakan media konkrit, kita berikan lagi contoh lain lagi benda benda yang disekitar, misalnya meja, bingkai, penghapus, dll. 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian dengan mengunakan media konkrit ini sudah pernah diteliti oleh Nur Aripiyah, 4102904117 Penggunaan Media Benda Konkrit Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Geometri Dalam Bentuk Kubus dan Balok
14 Pada Siswa Kelas V SDN 1 Tanjung Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Hasil dari penelitian ini pembelajaran di setiap tindakan menunjukkan peningkatan hasil belajar yakni pada observasi awal jumlah siswa yang nilai tinggi adalah sebanyak 5 siswa atau 24 % sedangkan sisanya sebanyak 16 siswa atau 76 % memperoleh nilai rendah. Pada siklus 1 diperoleh sebanyak 16 siswa atau 76 % untuk nilai tertinggi dan untuk nilai rendah sebanyak 12 siswa atau 57 %. Hal ini belum mencapai indicator yang ditetapkan sehingga perlu ditindak lanjut pada siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 18 siswa atau 86 % dan 3 siswa atau 14 % memperoleh nilai rendah. 2.3 Hipotesis Tindakan Jika menggunakan media konkrit maka pemahaman konsep sudut pada siswa kelas II SDN NO. 26 Dungingi Kota Gorontalo akan meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila tingkat pemahaman konsep sudut siswa meningkat yang ditunjukkan minimal 80% siswa atau 12 siswa memperoleh nilai 69 ke atas untuk materi sajian.