BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SUDUT MELALUI MEDIA KONKRET PADA SISWA KELAS II SDN NO. 26 DUNGINGI KOTA GORONTALO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaan pada

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan. Fitri Rahmawati, MP Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

02. Konsep Dasar Media

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam KTSP 2007 tingkat kependidikan dasar adalah mengembangkan logika,

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta ( ) peran adalah sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB VI MEDIA PENGAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Media (Alat Peraga Origami Modular dan Jobsheet)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

HANDOUT MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (MT.../ 2 SKS) PROGRAM DEPAG. Oleh: Dra. Hj. Ade Rohayati, M.Pd. NIP

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wawasan-wawasan baru atau berubah sesuatu yang lama.

MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke 21 sekarang ini pendidikan indonesia mengalami pergeseran

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

`BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB I PENDAHULUAN. manusiawi, material, fasilitas dan perlengkapan, dan prosedur yang saling

TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan dan validasi produk. Penelitian pengembangan sering dikenal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran Picture and Picture adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cerdas. Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

PENGARUH PENGGUNAAN SOFTWARE WINGEOM TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VIII MTSN LANGSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan bahwa aktivitas adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lebih lanjut. Salah satu bidang kajian yang dipelajari adalah matematika. Sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

JURNAL PENELITIAN. Oleh. MARTEN MOKO NIM (SDN 6 Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. EACT yang dikutip oleh Rohani (2007:2) media adalah segala bentuk yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk

01. Konsep Dasar Media. Pengertian Media. Media dan Teknologi Pembelajaran Biologi. Media dan Teknologi Pembelajaran Biologi

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

I. PENDAHULUAN. Saat ini usaha-usaha peningkatan mutu atau kualitas pendidikan terus

PENERAPAN IPTEKS PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN MELALUI MEDIA GAMBAR. Oleh : LINDA ARUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dunia pendidikan adalah cermin dari maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini membawa berbagai perubahan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pengertian dan Klasifikasi Media Pendidikan

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Pemahaman Konsep Sudut a. Pengertian Pemahaman Dalam uraian ini penulis akan mengulas pengertian pemahaman dalam kaitannya dengan belajar mengajar, guna melengkapi dan memperluas pandangan tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar merupakan proses yang dilakukan oleh siswa secara sadar dan sistematis. Pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan, sehingga dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan pemahaman siswa akan dapat mencapai pengetahuan prosedur. Driver (dalam Suzana, 2003: 22). Herdian (2010:2) ada tiga macam pemahaman matematika, yaitu: pengubahan (translation), pemberian arti (interprestasi) dan pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation). Selanjutnya masih menurut Herdian bahwa pemahaman adalah kemampuan dalam menangkap pengertian pengertian materi yang disajikan. Menurut Suzana (2008) diakses tanggal 18 april 2003 tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya 6

2 menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh dari yang telah dicontohkan. Mampu membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan. Sedangkan menurut Suharsimi (2009:118) diakses tanggal 20 maret 2013 menyatakan bahwa pemahaman adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, mengklasifikasi, menggeneralisasi, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah sebagai proses pembelajaran yang diikuti hasil belajar sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Dengan demikian siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta fakta dan konsep. Walaupun konsep orang tersebut mungkin tidak lengkap atau benar, itu adalah miliknya sendiri. Itulah sebabnya tidak ada dua orang yang memiliki pemahaman yang sama terhadap sesuatu. (Abdul, 2009: 39). b. Pengertian Pemahaman Konsep Menurut Uno dkk,(2004:193) menyatakan bahwa pemahaman terhadap konsep matematika dapat dilihat dari kemampuan siswa: (1) Mengidentifikasi konsep secara verbal dan tulisan, (2) Menggunakan model diagram dan symbol untuk mempresentasikan suatu konsep, (3) Mengubah suatu bentuk reporesentasi ke bentuk lain, (4) Mengenal berbagai makna dan interprestasi konsep, (5)

3 Mengidentifikasi sifat sifat suatu konsep dan mengenal syarat syarat yang menentukan suatu konsep, (6) Membandingkan dan membedakan konsep konsep. Menurut Hudoyo (dalam Herdian, 2010:12) Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematika juga merupakan salah satu tujuan dari materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru membimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Sedangkan menurut Moore (dalam Taneo,dkk 2009: 3.118) bahwa konsep adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran, suatu pemikiran, suatu ide atau suatu gagasan. Pemahaman siswa terhadap suatu konsep tumbuh dari pengalaman, disamping berbuat, seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan. Menurut Patria (2007:21) diakses tanggal 08 april 2013 mengatakan apa yang dimaksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data

4 dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menangkap dan menguasai lebih dalam lagi sejumlah fakta yang mempunyai keterkaitan dengan makna tertentu. Untuk itu pemahaman konsep tidak dipelajari hanya dengan kata kata, karena ketergantungan pada kata kata belaka akan menimbulkan verganisme dan bukannya pemahaman. (Abdul, 2009:50). Dengan demikian pemahaman konsep penting bagi siswa karena dengan memahami konsep yang benar maka siswa dapat menyerap, menguasai, dan menyimpan materi yang dipelajarinya dalam jangka waktu yang lama. c. Pengertian Konsep Sudut Didalam taksonomi belajar menurut Gagne (2000:6) diakses 25 maret 2013 bahwa sudut adalah suatu konsep dasar. Salah satu cara untuk mengidentifikasi pengertian sudut adalah melalui rotasi sinar garis. Pada gambar sinar garis AB dan AC berpangkal pada titik A. Garis AB dan AC disebut kaki sudut dan titik A disebut titik sudut. Daerah yang diarsir disebut daerah sudut. Seperti gambar berikut : Menurut Barnet (2000:76) diakses tanggal 25 maret 2013, Sudut adalah himpunan dari dua buah sinar garis dimana pangkal dari kedua sinar garis tersebut

5 bersekutu. Kedua sinar dinamakan kaki sudut dan pusat perputaran atau titik pertemuan kedua sinar dinamakan titik sudut. Daerah bidang yang dibatasi oleh kaki-kaki sudut dinamakan daerah sudut. Roji (2001) diakses tanggal 25 maret 2013, Pengenalan konsep sudut yang diajarkan pada siswa kelas II masih pada memahami banyaknya jumlah sudut pada bangun datar persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran. Seperti yang diuraikan dibawah ini : a. Persegi A D B C Bagian yang di arsir adalah sudut. Jadi sudut pada bangun datar persegi ada 4, yaitu titik sudut A, B, C, dan D b. Persegi Panjang A D B C Bagian yang di arsir adalah sudut. Jadi sudut pada bangun datar persegi panjang ada 4, yaitu titik sudut A, B, C, dan D.

6 c. Segi Tiga C A B Bagian yang di arsir adalah sudut. Jadi sudut pada bangun datar segi tiga ada 3, yaitu titik sudut A, B, C d. Lingkaran Lingkaran mempunyai sisi, tapi tidak mempunyai sudut. Sedangkan menurut Heruman (2012:87 97) Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkrit yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan benda benda yang konkrit yang mudah diingat, dipahamami oleh siswa seperti dalam penanaman konsep sudut, kita dapat menggunakan sobekan ujung kertas, ujung mistar, ujung buku, atau lipatan kertas sebagai berikut: (Lipatan kertas berbentuk siku siku) (Sobekan ujung kertas berbentuk siku siku)

7 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep sudut pada siswa Sekolah Dasar terutama siswa kelas II masih pada pemahaman konsep dengan menggunakan media media konkrit yang ada disekitar. Dengan demikian siswa akan mudah memahami bahwa sudut terbentuk dari kedua sisi atau kedua ujung yang saling bertemu yang membentuk sebuah sudut atau bangun, dalam hal ini bangun datar. Selain itu siswa akan memahami bahwa sudut pada bangun datar persegi dan persegi panjang ada 4 buah sudut yang berbentuk siku siku, sedangan pada bangun segi tiga ada 3 buah sudut yang berbentuk siku siku. 2.1.2 Hakikat Media Konkrit a. Pengertian Media Sanjaya (2008:163) Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari guru kepada siswa. Kelancaran Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh media pembelajaran yang digunakan. Masih menurut Sanjaya (2008:163) bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian hipotesa..

8 Sementara itu, Briggs (2001) diakses tanggal 07 april 2013, berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (2003) diakses tanggal 07 april 2013, mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari keempat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa. Brown (2007) diakses tanggal 07 april 2013, mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar, yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke 20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu komponen yang juga dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Karena media pembelajaran mampu menyampaikan pesan atau

9 informasi, baik dari guru kepada siswa maupun media itu sendiri kepada guru dan siswa. Dengan demikian kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai oleh pengajar. b. Fungsi Media - Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. - Dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh siswa tentang suatu obyek, - Dapat menghasilkan keseragaman pengamatan - Dapat memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya. - Dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. - Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. - Dapat membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. - Dapat memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak c. Pengertian Media Konkrit Benda Konkrit merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud dengan benda konkrit sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti. (Roestiah, 2001:101).

10 Masih menurut Roestiah (2001:102), sebagai obyek nyata media konkrit merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena itu, media konkrit banyak digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu memperkenalkan subjek baru khususnya pada pemahaman konsep sudut. Media konkrit mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan katakata atau hanya visual. Menurut Ibrahim (1992:3) mengatakan bahwa media konkrit termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan. Sedangkan Mulyani (1999:202) menyatakan bahwa media konkrit merupakan benda yang sebenarnya membantu pengalaman nyata siswa dan menarik minat dan semangat belajar siswa. Dengan menggunakan benda benda yang konkrit dapat memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media konkrit adalah bendabenda yang ada di sekitar yang dapat diamati dan dirasakan langsung oleh siswa. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa penggunaan media konkrit untuk pemahaman konsep sudut pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung akan lebih baik dari pada berceramah saja. Karena pembelajaran dengan menggunakan benda benda konkrit dapat membantu untuk memperjelas maksud yang kita sampaikan, merangsang siswa untuk memperoleh pengalaman yang

11 sama, dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Sehingga dengan penggunaan media tersebut siswa menjadi lebih giat belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama tentang konsep yang dipelajari. d. Kelebihan dan Kekurangan Media Konkrit Menurut (A. Tabrani,1993:199) kelebihan dan kekurangan media konkrit adalah sebagai berikut : 1. Kelebihan Media Konkrit : - Dapat membantu guru dalam menjelaskan suatu materi kepada siswa - Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi atau obyek obyek yang nyata. - Dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indera 2. Kelemahan Media Konkrit : - Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah yang terkadang memiliki resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya. - Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata tidak sedikit dan memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya. - Tidak selalu memberikan gambaran obyek yang seharusnya 3. Manfaat Media Konkrit - Memperjelas perjanjian pesan agar tidak selalu bersifat verbalitas. - Mengawasi ketebatasan ruang, waktu, dan daya indera. - Dengan menggunakan media secara tepat dapat mengatasi sikap positif siswa

12 - Media dapat memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama pada siswa. - Menambah gairah dan motivasi belajar siswa 2.1.3 Penerapan Media Konkrit dalam Pemahaman Konsep Sudut Penerapan media konkrit dalam mengajarkan konsep sudut dapat dilakukan dengan mengambil benda benda di sekitar kelas yang berbentuk bangun datar, yang bisa langsung diamati oleh siswa, seperti halnya papan tulis, meja, penghapus, buku ataupun kertas. Dengan benda benda tersebut kita tunjukkan pada siswa bahwa sudut itu terbentuk dari kedua ujung yang saling bertemu. Contoh 1 : Batang korek api Ini adalah dua batang korek api yang sama panjangnya, Jika ujung korek api yang satu dipertemukan dengan ujung korek api yang satunya lagi, dia akan membentuk sebuah sudut. Contoh 2 : Papan Tulis Tanyakan pada siswa ini gambar apa, siswa pasti menjawab ini adalah papan tulis. Jelaskan pada siswa papan tulis ini berbentuk persegi panjang, yang memiliki empat buah sudut, sambil mengajak anak untuk menghitung sudutnya dan tunjukkan pada siswa yang dimaksud dengan sudut adalah:

13 Sudut (1) Sudut (2) Sudut (4) Sudut (3) Contoh 2 : Buku buku ini sama bentuknya dengan papan tulis, sama sama persegi panjang, samasama memiliki 4 buah sudut. Tanyakan pada siswa siapa yang bisa menunjukkan sudut pada buku ini?? Jika diantara siswa belum memahami sudut pada bangun datar dengan menggunakan media konkrit, kita berikan lagi contoh lain lagi benda benda yang disekitar, misalnya meja, bingkai, penghapus, dll. 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian dengan mengunakan media konkrit ini sudah pernah diteliti oleh Nur Aripiyah, 4102904117 Penggunaan Media Benda Konkrit Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Geometri Dalam Bentuk Kubus dan Balok

14 Pada Siswa Kelas V SDN 1 Tanjung Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Hasil dari penelitian ini pembelajaran di setiap tindakan menunjukkan peningkatan hasil belajar yakni pada observasi awal jumlah siswa yang nilai tinggi adalah sebanyak 5 siswa atau 24 % sedangkan sisanya sebanyak 16 siswa atau 76 % memperoleh nilai rendah. Pada siklus 1 diperoleh sebanyak 16 siswa atau 76 % untuk nilai tertinggi dan untuk nilai rendah sebanyak 12 siswa atau 57 %. Hal ini belum mencapai indicator yang ditetapkan sehingga perlu ditindak lanjut pada siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 18 siswa atau 86 % dan 3 siswa atau 14 % memperoleh nilai rendah. 2.3 Hipotesis Tindakan Jika menggunakan media konkrit maka pemahaman konsep sudut pada siswa kelas II SDN NO. 26 Dungingi Kota Gorontalo akan meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila tingkat pemahaman konsep sudut siswa meningkat yang ditunjukkan minimal 80% siswa atau 12 siswa memperoleh nilai 69 ke atas untuk materi sajian.