I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

KONTROVERSI TI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN BABEL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan pesisir (coastal zone) merupakan daerah pertemuan antara

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bangka Menuju Agro-Minapolitan Pasca Pertambangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI. Kabupaten belitung

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN Latar belakang

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak 1950 baru terwujud secara hukum pada 4 Desember 2000. Babel secara resmi menjadi sebuah provinsi kepulauan berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2000. Pada saat Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah diberlakukan, maka kebijakan pembangunan daerah bersifat desentralisasi sehingga pihak pemerintah daerah lebih memegang peranan penting dalam mengatur rumah tangganya sendiri. Ditetapkannya provinsi ini sebagai daerah kepulauan disebabkan daerahnya terdiri atas banyak pulau-pulau. Bangka Belitung terdiri atas dua pulau besar dan 251 pulau kecil, dengan wilayah seluas 81.582 kilometer persegi. Seluas 16.281 kilometer persegi merupakan daratan, sedangkan luas perairan teritorial mencapai 65.301 kilometer persegi. Kepulauan ini memiliki garis pantai sepanjang 1.200 kilometer. Diperkirakan, sekitar 20 persen dari kawasan laut teritorial daerah ini merupakan perairan karang (Nurhidayat 2003). Mengingat besarnya potensi bidang kelautan yang dimilikinya, maka pembangunan di provinsi muda ini seharusnya mampu menjadikan bidang kelautan dan perikanan sebagai sektor unggulan. Segala kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah hendaknya selalu berorientasi kepada pembangunan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Sebagai sebuah daerah yang berbasis kepulauan, maka menurut Kusumastanto (2003) sektor bidang kelautan yang didefinisikan sebagai sektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim, perhubungan laut, bangunan kelautan, dan jasa kelautan, dapat dijadikan arus utama (mainstream) dalam kebijakan pembangunannya. Kusumastanto (2003) juga menambahkan bahwa untuk menjadikan kelautan sebagai leading sector dalam pembangunan ekonomi, pendekatan kebijakan yang dilakukan harus mempertimbangkan keterkaitan antar sektor

ekonomi dalam lingkup bidang kelautan. Untuk mewujudkan pembangunan sektor kelautan dan perikanan, Pemda Provinsi Bangka Belitung telah mengeluarkan sebuah paket kebijakan yaitu Etalase Kelautan yang telah dilaunching pada tanggal 11 Desember 2006 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan di Belitung (Anonim 2006). Hal ini menjadikan sektor perikanan di kawasan ini akan digarap dengan kebijakan berskala nasional. Kebijakan menjadikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai kawasan penerapan sejumlah model pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Keragaman sumberdaya, sistem pemanfaatan, dan sistem kelembagaan yang optimal pada pengelolaan, diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Program ini juga diharapkan mampu meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan di Babel yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Kepulauan Bangka-Belitung kaya akan sumberdaya laut. Gosong-gosong pantai dan karang-karang di laut merupakan sarang ikan yang baik untuk cepat berkembang biak. Arus laut yang tenang di antara pulau-pulau karang merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya biota laut. Potensi perikanan sangat besar karena berada pada pertemuan arus dari Laut China Selatan, Selat Malaka dan Samudera Hindia melalui Selat Sunda. Menurut riset IPB, potensi perikanan tangkap pada tahun 2004 mencapai 449.000 ton per tahun dan potensi perikanan budidaya dan hasil laut lainnya mencapai 1.316 juta ton per tahun (Anonim 2006). Potensi budidaya di Provinsi Bangka Belitung sebesar 1.316 juta ton per tahun tersebut baru termanfaatkan sekitar 724.65 ton pada tahun 2005 atau baru sebesar 55% (DKP 2006). Kekayaan alam lainnya yang cukup menjanjikan bagi perekonomian Babel adalah objek wisata, terutama wisata pantai. Pantai pulau Bangka, Belitung, dan pulau-pulau kecil lainnya di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung tidak kalah eloknya dengan pantai pulau-pulau lain di Nusantara. Pada umumnya pantainya berpasir putih, seperti Pantai Kuta di Bali. Dapat dikatakan pantai di Bangka jauh lebih indah dari pantai Kuta, tetapi ombaknya tidak sebesar seperti di Kuta. Dengan potensi inilah, sektor pariwisata bahari dapat menjadi andalan bagi pendapatan daerah. Oleh karena itu, jumlah wisatawan yang datang untuk

menikmati wisata bahari meningkat setiap tahunnya. Menurut data BPS, pada tahun 2006, jumlah wisatawan yang datang berjumlah 68.283 orang dengan komposisi 99,49 % berasal dari domestik dan 0,51% dari mancanegara. Wilayah terdiri atas pulau-pulau kecil menjadikan sektor transportasi laut memegang peranan vital dalam kelangsungan perekonomian di Babel. Transportasi laut merupakan nadi bagi angkutan barang-barang kebutuhan dan angkutan manusia bagi masyarakat di daerah ini. Untuk menujang kebutuhan transportasi laut, provinsi ini telah memiliki 8 buah pelabuhan yang terdiri atas 3 pelabuhan khusus barang dan 5 pelabuhan lainnya digunakan untuk mengangkut barang dan penumpang. Selama tahun 2006, jumlah pelayaran yang ada berjumlah 4.379 unit kapal dalam negeri dan 324 unit kapal dari pelayaran luar negeri. Nilai ekspor melalui pelabuhan juga cukup besar yaitu sebesar 1.068,69 juta dolar AS. Nilai ekspor ini semakin meningkat setiap tahunnya sebesar 62% (BPS 2006). Provinsi Bangka Belitung juga adalah daerah yang dianugerahkan kekayaan sumberdaya bahan tambang yang luar biasa. Hampir seluruh daratan maupun perairan lautnya mengandung bahan galian yang tersebar secara merata seperti pasir kuarsa, pasir bangunan, kaolin, tanah liat dan granit. Pasir bangunan adalah salah satu bahan galian golongan C yang sebagian besar diusahakan dan dieksploitasi oleh masyarakat. Bahan tambang yang paling terkenal dari pulau ini adalah timah. Di pasaran internasional, timah yang berasal dari daerah ini dikenal dengan merek dagang internasional BANGKA TIN. Jumlah produksi biji timah yang dieksploitasi dari Babel pada tahun 2006 mencapai 68.860 Ton (BPS 2006). Dalam rangka mengupayakan perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berbasis kelautan secara berkelanjutan, maka interaksi antar aktivitas ekonomi harus dapat dipayungi dengan kebijakan yang mampu mensejahterakan masyarakat Babel dan sumberdaya yang tersedia sehingga pemanfaatannya dimanfaatkan secara lestari. 1.2 Perumusan Masalah Kebijakan pemerintah Provinsi Bangka Belitung yang sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat adalah meningkatkan perolehan pendapatan daerah berasal dari sektor non migas. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar

bagi daerah selama ini adalah dari sektor pertambangan timah yang dikelola oleh sebuah BUMN yaitu PT Timah Tbk. Seiring semakin menipisnya persediaan timah (sumberdaya tidak pulih) dan banyaknya kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, maka prioritas Pemda Babel beralih ke sektor yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Sektor strategis yang akan menjadi unggulan untuk dikembangkan kedepannya di Babel berbasis sumberdaya pulih yaitu sektor perikanan yang diikuti oleh sektor lainnya yakni sektor pertanian, industri dan pariwisata. Potensi sektor lainnya seperti pertanian dan industri kurang dapat lagi dijadikan andalan bagi daerah ini. Krisis global yang melanda dunia saat ini memberi dampak buruk bagi perekonomian di Babel. Harga komoditas perkebunan asal Bangka Belitung di pasar dunia semakin hancur. Kondisi harga yang tak menguntungkan itu diperkirakan makin menurun, sebab permintaan Amerika Serikat dan Eropa terhadap komoditas perkebunan seperti kelapa sawit (dalam bentuk CPO), lada, dan karet menurun. Harga lada putih di tingkat pedagang Rp35.000/Kg, padahal harga lada sebelum lebaran mencapai Rp40.000/Kg. Tidak jauh beda dengan lada, harga karet pun turun. Saat ini harga ditingkat pengumpul Rp5.000/kg, padahal pada bulan Agustus mencapai Rp 10.000/Kg. Penurunan harga yang paling parah dialami sektor perkebunan kelapa sawit. Harga tandan buah segar (TBS) sawit di petani hanya Rp 500-Rp 600 per kilogram, sebelumnya mencapai Rp 1.400 per kilogram sebelum krisis global terjadi (Edwin 2008). Data produksi sumberdaya perikanan dan kelautan Provinsi Bangka Belitung semakin mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi baik pada sektor penangkapan maupun sektor budidaya. Pada usaha penangkapan ikan hasil yang diperoleh menurun dari 144.006 ton pada tahun 2004 menjadi 119.845 ton pada tahun 2005. Begitu juga halnya dengan sektor budidaya perikanan yang mengalami penurunan. Sejak tahun 2004 hingga 2005 hasil budidaya ikan mengalami penurunan sebesar 8,13% yaitu dari 788,92 ton menjadi 724,65 ton. Ini disebabkan jumlah pembudidaya ikan juga mengalami penurunan 5,11% dimana pada tahun 2004 pembudidaya ikan di Bangka Belitung berjumlah 1.056 orang dan tahun 2005 tinggal 1.002 orang petani pembudidaya ikan. Hal ini

disebabkan kegiatan penambangan timah yang lebih menguntungkan semakin marak daripada melakukan usaha perikanan, sehingga banyak nelayan dan pembudidaya ikan beralih profesi sebagai pekerja TI (Tambang Inkonvensional). Penurunan hasil tangkapan yang paling besar terjadi pada beberapa jenis ikan tertentu, yaitu ikan pelagis kecil dan ikan demersal. Berdasarkan data DKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2005), pada ikan pelagis kecil penurunan hasil tangkapan mulai terjadi sejak tahun 2004 dengan besar penurunan sekitar 70 persen dari tahun sebelumnya. Begitu juga halnya pada ikan demersal yang mengalami penurunan hasil tangkapan sekitar 20 persen pada tahun yang sama. Penurunan produksi yang signifikan tersebut terjadi disebabkan penambangan timah di perairan pantai dan di tengah laut mulai marak terjadi sejak 2003. Oleh karena itu, setahun setelahnya mulai terlihat dampak kerusakan yang parah pada habitat ikan pelagis kecil dan demersal akibat pertambangan timah ini. Sejumlah permasalahan muncul seiring dengan semakin tidak terkendalikannya aktivitas pertambangan inkonvensional di Pulau Bangka dan Belitung. Keinginan untuk memperoleh keuntungan besar mendorong para pengusaha TI melakukan aktivitas penambangan secara tidak tertib dan bertanggung jawab. Mereka tidak saja berani melakukan penambangan timah di daerah bekas tambang konvensional yang sedang dalam proses reklamasi (pemulihan lingkungan), tetapi juga memasuki wilayah-wilayah pertambangan milik PT Timah dan PT Koba Tin bahkan sampai pada areal perkebunan dan dipinggiran jalan umum. Aktivitas TI selain telah menyebabkan kerusakan lingkungan alam seperti daerah pantai, sungai, perkebunan, dan hutan lindung, juga mulai berani beroperasi secara ilegal di tempat-tempat publik seperti pinggiran bandara, jembatan, jalan, bahkan pemakaman umum. Kalau sumberdaya alam Bangka-Belitung sudah hampir habis dan tidak ekonomis lagi, maka sudah saatnya mengembangkan sektor lain yang pemanfaatannya dapat maksimal seperti sumberdaya biota kelautan (ikan) dan pariwisata. Perairan Bangka-Belitung kaya akan sumberdaya biota laut yang hingga kini belum dimanfaatkan secara maksimal. Sementara itu, meskipun menyadari berbagai permasalahan yang mengancam tersebut tampaknya Pemda Babel kurang berupaya serius untuk memberikan perhatian pada potensi-potensi

yang belum tergarap, seperti perikanan dan pariwisata sebagai alternatif aktivitas perekonomian bagi masyarakat Babel. Berdasarkan pemaparan permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu: 1) Bagaimana gambaran umum mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya bidang kelautan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? 2) Bagaimana depresiasi sumberdaya perikanan yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akibat aktivitas penambangan timah? 3) Bagaimana kontribusi dan keterkaitan antar sektor kelautan terhadap perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? 4) Bagaimana kebijakan yang tepat agar bidang kelautan mampu menjadi prime mover perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pemaparan perumusan masalah tersebut, yaitu: 1) Mendeskripsikan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya bidang kelautan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2) Menghitung nilai kerusakan sumberdaya perikanan akibat dari aktivitas penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3) Menghitung kontribusi dan keterkaitan antar bidang kelautan terhadap perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 4) Merumuskan kebijakan yang tepat agar bidang kelautan mampu menjadi prime mover perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Adapun kegunaan penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai pengelolaan dan pemanfaatan bidang kelautan serta merumuskan kebijakan yang tepat agar pengelolaan dan pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam merumuskan kebijakan pembangunan di wilayah tersebut.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah menganalisis kebijakan pembangunan ekonomi yang bergerak di wilayah pesisir dan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi bidang kelautan terhadap perekonomian dan menggambarkan hubungan interaksi yang terjadi antar sektor-sektor ekonomi yang ada. Di dalam penelitian ini diharapkan akan pembangunan ekonomi berbasis kelautan dapat berjalan dengan berkelanjutan, sehingga pemanfaatan sumberdaya pulih akan lebih diutamakan. Oleh karena itu, kajian penelitian akan berfokus pada salah satu sumberdaya renewable resource yaitu sumberdaya perikanan. Sumberdaya ini dipilih karena Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi perikanan yang besar. Analisis sumberdaya perikanan dilakukan dengan analisis bioekonomi untuk mengetahui pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dan juga dilakukan analisis degradasi dan depresiasi untuk mengetahui hubungan interaksi antara perikanan dan pertambangan timah. Dalam rangka mengetahui keragaan ekonomi kelautan dan efek multiplier antar sektor, maka dilakukan analisis Input-Output. Selanjutnya dalam penentuan prioritas kebijakan dilakukan dengan analisis berdasarkan pendapat para pakar sehingga akan didapatkan sebuah kebijakan pembangunan ekonomi kelautan yang berkelanjutan.