BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam daur kehidupan yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa, terjadi pertumbuhan dan perkembangan. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tersebut setiap insan dituntut mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik sehingga membutuhkan kondisi yang sehat guna memenuhi tuntutan dari berbagai aktivitas yang dilakukannya. Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,2002). Kondisi sehat dapat memungkinkan setiap individu menunjang performa dan penampilan dalam melakukan kegiatan sehari seperti bekerja, berkarya, berekreasi serta melakukan hal produktif lainnya. Kesehatan termasuk satu aspek penting diantara nya penunjang aktifitas produktif semua golongan usia. Kesehatan menjadi proritas utama bagi balita, anak-anak, remaja perempuan dan laki-laki, dewasa wanita dan pria serta manula. Salah satu prioritas kesehatan terpenting adalah manula karena seiiring dengan proses perubahan usia tanpa disadari akan mengalami perubahan baik fisik dan fungsi, perubahan mental, perubahan psikososial, perkembangan spiritual. Menua merupakan proses development dalam daur kehidupan. Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Penggolongan lansia menurut WHO meliputi : middle age (45 49 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-79 tahun), very old ( diatas 90 tahun). 1
2 Lansia sehat adalah lansia yang mengalami penurunan berbagai fungsi organ, fisik serta psikososial tetapi tidak harus mengalami berbagai gangguan, lansia sehat dapat diartikan bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial, mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat. Lansia sehat dan produktif adalah lansia yang berhasil dengan interaksi dengan lingkungan. Lansia yang ikut aktif dalam kegiatan sosial merupakan salah satu faktor pendukung dan menunjukkan peran serta lansia dalam interaksi. Dalam berinteraksi menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka mengakibatkan situasi interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehinga sering terjadi kehilangan yaitu kehilangan peran, hambatan kontak sosial, berkurangnya kontak komitmen. Lansia yang mengalami proses menua akan mengalami perubahan degenerative, tidak hanya perubahan fisik juga perubahan kognitif, perasaan, sosial dan seksual. Perubahan yang terjadi dalam beberapa segi yaitu perubahan fisik yaitu terjadi penurunan maupun gangguan pada sistem indra, sistem integument, sistem musculoskeletal, sistem cardiovascular, sistem respirasi, sistem gastrocintestinal, sistem neurologi dan sistem reproduksi. Perubahan kognitif yaitu perubahan yang berhubungan dengan memory, IQ, kemampuan belajar, kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, performance dan motivasi. Perubahan mental yaitu perubahan yang berhubungan dengan penurunan indra perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, gangguan saraf (seperti mengalami penurunan penglihatan dan pendengaran ), kehilangan kerabat & family terdekat, kehilangan kepercayaan diri. Perubahan spiritual yaitu lansia semakin mature dalam kehidupan keaagamaan nya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perubahan psikososial yaitu perubahan yang berhubungan dengan
3 kesepian, dukacita, depresi, gangguan cemas, parafrenia (merasa curiga). Perubahan-perubahan inilah yang membawa kesulitan/gangguan sehingga menimbulkan keluhan seperti : osteoarthiritis, osteoporosis, hipertensi, HNP (Herniated Nukleus Pulposus) atau gangguan nyeri pinggang, asma, kecemasan, gangguan tidur. Perubahan yang terjadi membawa gangguan dalam kehidupan lansia termasuk gangguan tidur yang menjadi salah satu prevalensi tertinggi. Menurut National Sleep Foundation sekitar 67% dari 1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3 % lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia. Kebanyakan lansia beresiko mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pensiunan, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan penyakit yang dialami. Di Indonesia gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% (Budi, 2011) Lansia dengan insomnia adalah lansia yang mengalami proses penyesusaian diri terhadap perubahan fisik, kognitif, mental, spiritual, psikososial dan lingkungan namun regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan tubuh internal, stress, dan perubahan gelombang otak. Sehingga perubahan gelombang otak yang berubah sesuai dengan bertambahnya usia kondisi terjaga pada orang tua akan meningkat serta kondisi terjaga disebabkan kondisi fisik (sakit, ingin buang air kecil). Pada usia lanjut jam biologis menjadi lebih pendek, fase tidur lebih maju sehingga memulai tidur lebih awal dan bangun lebih awal juga selain itu juga sering terbangun pada malam hari. Perubahan hormonal ini juga berfluktuasi dengan penurunan kadar hormone steroid. Kadar estrogen yang
4 menurun mempengaruhi kerja serotonin dan norepinefrin serta dipengaruhi lingkungan dan situasi menyebabkan lansia mengalami insomnia. Keragaman kualitas tidur pada lansia juga mempengaruhi jumlah kebutuhan istirahat pada setiap individu yang relatif tidak sama. Sebagian lansia menghabiskan waktu yang cukup lama untuk istirahat, namun terdapat sebagian kecil lansia yang menghabiskan waktunya untuk beraktivitas sehingga waktu yang dipergunakan untuk beristirahat menjadi berkurang. Oleh karena itu jumlah kebutuhan tidur yang berbeda dari setiap individu menyebabkan beberapa gangguan pola tidur yang dapat menimbulkan insomnia. Insomnia adalah keadaan di mana seseorang sulit tidur, sering terbangun pada malam hari atau tidak dapat tidur dengan lelap (Pratiwi, 2009). Insomnia pada lansia mengandung beberapa domain yaitu kesulitan masuk tidur (sleep onset problem), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening atau EMA). Gejala dan tanda yang sering muncul sementara maupun kronik (Karjono dan Rejeki, 2010). Insomnia merupakan gangguan pemenuhan jumlah kebutuhan tidur secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah kebutuhan tidur pada lansia mengalami penurunan, semakin tua semakin membutuhkan sedikit jumlah jam tidur. Jumlah jam tidur yang dibutuhkan seseorang yang berusia diatas 60 tahun adalah 6 jam perhari. Dampak yang akan ditimbulkan apabila seorang lansia mengalami insomnia yang kelelahan akibat kurang tidur yaitu terjadi kecelakaan, termasuk meningkatkan kecelakaan kerja dan jatuh, penurunan tingkat konsentrasi, mengakibatkan penyakit degenerative yang sudah diderita mengalami pemburukan dan menjadi tidak terkontrol (Darmojo, 2010), secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang, penurunan daya ingat atau memori, penurunan stamina, merusak kemampuan untuk penilaian, pemahaman dan pengambilan keputusan, meningkatkan resiko obesitas, meningkatkan resiko kematian.
5 Berbagai faktor dugaan turut berperan sebagai penyebab insomnia yaitu bertambahnya umur, beberapa penyakit penyerta, stress psikologis, maupun lingkungan, disebabkan oleh perubahan fisik, kognisi, mental dan psikologi membuat lansia tidak dapat mengatasi depresi sehingga cenderung menarik diri dan mengurangi aktivitas fisik. Studi WHO menyatakan lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya beraktivitas fisik. Kebanyakan negara di seluruh dunia antara 60% hingga 85 % orang tidak cukup beraktivitas fisik untuk memelihara fisik mereka. Peningkatan gerak yang fungsional merupakan tujuan utama yang hendak dicapai oleh banyak profesi kesehatan dalam memberikan pelayanan, terutama fisioterapi. Sesuai dengan no. 778/MENKES/SK/VIII/2008 Fisioterapi adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penangganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapi, dan mekanis), fungsi dan komunikasi (Malik, 2012). Penatalaksaan insomnia dapat dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis. Secara farmakologis menggunakan obatobatan hipnostik sedatif seperti tradozon, klonazepam dan sebagainya. Sedangkan secara non-farmakologis pada fisioterapi dapat melakukan tindakan mandiri seperti exercise yaitu senam aerobic low impact maupun senam tai chi. Senam aerobic low impact adalah serangkaian gerakan-gerakan yang energik dan selalu kreatif dengan cara mengikuti lama irama music sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontuinitas dan durasi tertentu yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta menggunakan oksigen dalam jumlah tinggi untuk pembentukan energi tubuh. Dengan kondisi aerobik yang meningkat, paruparu akan menghirup dengan baik demikian juga dengan jantung dan pembuluh darah dapat dengan lebih baik mengirim oksigen ke otot.
6 Gerakan pada aerobic low impact memiliki banyak manfaat. Latihan aerobic memberi banyak manfaat antara lain meningkatkan daya tahan jantung, paru-paru, menguatkan otot-otot tubuh, meningkatkan daya tahan otot. Latihan ini juga meningkatkan transmisi sinapstic aminergic di otak yaitu monoamina seperti serotonin dan dopamine yang dapat meningkat saat latihan terjadi. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa aktivitas aerobik, latihan kekuatan dan fleksibilitas bukan berfokus pada latihan saja tetapi lebih kepada aktivitas fisik itu sendiri dan efek yang dihasilkan pada psikologi. Senam tai chi adalah sebuah senam yang berasal dari Cina, yang terdiri dari berbagai urutan gerakan dengan tujuan untuk melatih koordinasi dan menjadi lebih rileks. Senam tai chi merupakan kombinasi dari meditasi, pengaturan pernafasan dan berbagai gerakan olah tangan dan kaki dengan intensitas cepat maupun lambat. Tai chi tidak melibatkan kontak tubuh, dan tidak memerlukan peralatan khusus dan dapat dilakukan dimana saja. Apabila tai chi dilakukan secara teratur maka akan mampu mendorong optimalisasi fungsi organ-organ tubuh yang membantu tercapainya tingkat kesehatan total. Dalam perkembangan revolusioner neurosains beranggapan pertumbuhan otak bersifat statis namun pembuktian baru menemukan bahwa stimulus multisensorik bisa dihasilkan pembentukan neuron baru melalui proses neurogenesis. Sehingga tidak menutup kesempatan bagi lansia untuk beraktivitas fisik senam tai chi untuk perkembangan otak yang dapat merangsang dopamine untuk memperbaiki kualitas tidur karena akan menghasilkan kondisi rileks. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengangkat topik diatas ke dalam bentuk penelitian. Penulis membagi dua kelompok, kelompok pertama diberikan senam aerobic low impact sedangkan kelompok kedua diberikan senam tai chi, untuk mengetahui mana yang lebih efektif untuk menanggani insomnia dan memaparkannya di dalam bentuk skripsi dengan judul Efektivitas senam aerobic low impact dan senam tai chi terhadap
7 kualitas tidur pada lansia dengan insomnia. Sebagai tugas akhir guna menyelesaikan program pendidikan S1 Fisioterapi dari Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul Jakarta. B. Identifikasi Masalah Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Insomnia adalah keadaan di mana seseorang sulit tidur, sering terbangun pada malam hari atau tidak dapat tidur dengan lelap (Pratiwi, 2009). Insomnia pada lansia mengandung beberapa domain yaitu kesulitan masuk tidur (sleep onset problem), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/ema). Gejala dan tanda yang sering muncul sementara maupun kronik (Karjono dan Rejeki, 2010). Insomnia merupakan gangguan pemenuhan jumlah kebutuhan tidur secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah kebutuhan tidur pada lansia mengalami penurunan, semakin tua semakin membutuhkan sedikit jumlah jam tidur. Perubahan-perubahan sistem cardiovascular, gastrointestinal neurologi, musculoskeletal, respirasi, reproduksi, perubahan kognitif, perubahan mental, perubahan psikologi alami dirasakan oleh lansia yang mengalami penurunan. Di dalam perubahan ini termasuk perubahan kadar estrogen menurunkan kadar serotonin dan norepinefrin yang membantu menurunkan rasa kecemasan dan depresi. Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur juga berpengaruh terhadap kadar hormon yaitu terjadi penurunan sekresi hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, dan kortisol pada lansia. Hormon-hormon ini dikeluarkan selama tidur. Sekresi melatonin juga berkurang. Melatonin berfungsi mengontrol sirkadian tidur. Sekresinya terutama pada malam hari. Apabila terpapar dengan cahaya terang, sekresi melatonin akan berkurang. Lingkungan seperti suara gaduh, temperature
8 dan cahaya memperngaruhi sensitifas tidur lansia, penggunaan obat serta gangguan penyakit degenerative adalah beberapa faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya insomnia. Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang bila dibandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan tidur dapat meningkatkan biaya penyakit secara keseluruhan. Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari. Gangguan terhadap tidur pada malam hari atau insomnia juga menyebabkan mengantuk pada hari berikutnya. Mengantuk merupakan faktor resiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina, dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Hal lain yang dapat terjadi adalah ketidakbahagian, dicekam kesepian, dan yang terpenting mengakibatkan penyakit degenerative yang sudah diderita mengalami pemburukan dan menjadi tidak terkontrol (Darmojo,2010). Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian terhadap kualiats tidur lansia dengan insomnia, karena insomnia menjadi salah satu prevalensi tertinggi gangguan pada lansia. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan sebuah metode bernama PSQI (The Pittsburgh Sleep Quality Index ). PSQI sendiri ialah suatu metode penilaian yang berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan gangguan tidur dalam interval satu bulan. Dari penilain kualitas tidur dengan menggunakan metode PSQI ini akan didapatkan output berupa Sleeping Index. Sleeping index merupakan suatu skor atau nilai yang didapatkan dari pengukuran kalitas tidur seseorang yang pengukurannya dicari dengan cara
9 mengisi kuesioner PSQI dengan pembobotan tertentu. Index atau nilai akan menggambarkan seberapa baikkah kualitas dari tidur seseorang. Dalam PSQI ini terdapat tujuh skor yang digunakan sebagai parameter penilaiannya yaitu kualitas tidur, latensi tidur, durasi tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur (yang berlebihan), disfungsi siang hari selama satu bulan. Quisioner ini mengklasifikasikan kualiats tidur menjadi dua yaitu kualitas tidur buruk dengan total skor 5 dan kualitas tidur yang baik dengan total skor 0-4. Insomnia dapat diatasi dengan non farmakologis yaitu senam aerobik low impact dan senam tai chi. Senam tai chi memiliki banyak manfaat seperti mengurangi depresi, memperbaiki keseimbangan, mengurangi resiko jatuh, memperbaiki kualitas jantung, memperbaiki kualitas tidur, meningkatkan kemampuan antioksidan dan imunitas. Senam aerobik low impact sebenarnya hampir sama dengan senam aerobik dalam variasi gerakannya. Hanya saja dilakukan dengan irama low (rendah) yaitu lebih lambat. Dengan gerakan-gerakan dasar jalan, tidak ada konstan sama sekali (Arthawijaya, 2012). Senam aerobic akan memberikan transmisi synaptic aminergic ke otak sehingga merangsang dopamine dan serotonin sehingga berdampak pada aktivitas itu sendiri dan mental manula C. Rumusan Masalah 1. Apakah senam aerobic low impact dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia dengan insomnia? 2. Apakah senam tai chi dapat meningkatkan kualitas tidur lansia dengan insomnia? 3. Apakah ada perbedaan antara senam aerobic low impact dan senam tai chi terhadap kualitas tidur lansia dengan insomnia? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan senam aerobic low impact dengan senam tai chi terhadap kualitas tidur lansia dengan insomnia.
10 2. Tujuan khusus a) Untuk mengetahui senam aerobic low impact terhadap kualitas tidur pada lansia dengan insomnia. b) Untuk mengetahui senam tai chi terhadap kualitas tidur pada lansia dengan insomnia. c) Untuk mengetahui perbedaan senam aerobic low impact dan senam tai chi terhadap kualitas tidur lansia dengan insomnia E. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi penulis Dengan penelitian ini maka menambah pengetahuan wawasan dalam bidang penelitian tentang senam aerobik low impact dan senam tai chi terhadap kualitas tidur lansia dengan insomnia. 2. Bagi Institusi Pelayanan Fisioterapi Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan adanya pengembangan wawasan bagi Fisioterapi dalam metode senam aerobic low impact dan senam tai chi terhadap kualitas tidur pada lansia dengan insomnia. 3. Bagi teman sejawat Dapat memberikan informasi dan gambaran tentang metode senam aerobic low impact dan senam tai chi terhadap kualitas tidur pada lansia dengan insomnia. Dan dapat memberikan pelayanan fisioterapi yang tepat berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Bagi masyarakat Dapat menjadi ilmu pengetahuan dan wawasan yang baru bagi masyarakat dan dapat memberikan manfaat yang berguna.