BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kuat. Kedisiplinan berasal dari kata bahasa Inggris discipline yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan fokus perhatian dalam

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh negara lain, seperti perubahan sistim pendidikan, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas manusia, sektor pendidikan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, agar dapat menciptakan sumber. peningkatan terhadap kualitas pendidikan itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dewasa ini sangat dominan, di negara-negara yang sedang

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB I PENDAHULUAN. matematika sehingga berpengaruh dengan prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa yang berprestasi dengan kepribadian unggul.

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

anak didik selalu menjadi persoalan dalam proses pendidikan.

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya. Havighurst dalam Bimo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan

ABSTRAK. Kata kunci: kegiatan kesiswaan, sikap kedisiplinan belajar. 1. Pendahuluan Sekolah perlu memberikan. muka, dilaksanakan di sekolah agar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

TANGGAPAN SISWA KELAS I, II TERHADAP DISIPLIN SEKOLAH DI SMA PERINTIS SUNGAI SIRIH TAHUN PELAJARAN 2003/2004

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. Budaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan disiplin para pekerja itu sendiri. Penelitian ini sangat penting untuk di lakukan, karena:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendidik siswa dalam hal akademis saja, tetapi juga melatih siswa agar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan disiplin siswa dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Keluarga merupakan salah satu panutan utama dalam penanaman disiplin, karena apabila orang tua dirumah dari awal mengajarkan dan mendidik anaknya untuk memahami dan mematuhi aturan maka akan mendorong anak untuk mematuhi aturan. Pada sisi lain, anak yang tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin pula. Untuk itu pembentukan sikap disiplin harus ditanamkan dan dibiasakan sejak dini dalam kehidupan keluarga dan sekolah, karena disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Selain keluarga yang menjadi panutan utama dalam pembentukan sikap kedisiplinan, lembaga pendidikan yang sangat strategis untuk membimbing perilaku siswa serta menanamkan sikap kedisiplinan adalah sekolah. Sekolah merupakan salah satu faktor yang membentuk serta membina anggota masyarakat, khususnya mereka yang sedang mengikuti pendidikan formal. Dimana tugas sekolah adalah untuk membentuk kepribadian, sikap, moral dan mental para siswa. Terkait dengan hal tersebut maka pendidik harus bisa menanamkan pentingnya disiplin bagi anak didiknya, karena dengan memiliki kedisiplinan tinggi maka pendidik tersebut dikatakan berhasil untuk mendidik dengan benar.

2 Menurut Sofan (2013:162) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sikap sesorang yang menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati dan kesadaran diri. Tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas (Wikipedia,2011). Oleh karena itu Gordon (1996) menyatakan anak didik perlu dibimbing dan ditunjukkan mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang terlaksananya proses belajar yang baik. Dengan demikian maka disiplin adalah sikap seseorang yang menunjukkan berperilaku moral, ketaatan atau kepatuhan, tunduk terhadap peraturan serta pengawasan yang berlaku dilakukan dengan senang hati dan penuh kesadaran diri dengan tujuan mengembangkan diri agar berperilaku tertib untuk kebaikan bersama. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan sangat penting dalam kehidupan kita, tidak satu pun dari keberhasilan manusia di dalam kehidupan ini tanpa melalui proses belajar. Namun untuk menciptakan proses belajar yang efektif harus diiringi dengan sikap disiplin. Pada hakekatnya belajar akan membawa seseorang kearah kedewasaan, artinya sesorang yang telah melakukan proses pembelajaran maka akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar kerah kedewasaan baik dalam berfikir maupuun bertindak. Tindakan kearah kedewasaan itu ditunjukkan dengan sikap tegas, jujur, berdisiplin, bertanggung jawab dan tidak emosional. Maka dari itu untuk mencapainya tiap sekolah dapat meningkatkan mutu dan

3 kualitas pendidikan dengan cara menjunjung tinggi disiplin belajar bagi setiap siswa sehingga terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun dirumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat disekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, keluarga dan sekolah sangat dominan dalam menghasilkan dan membentuk individuindividu yang berdisiplin tinggi. Dalam hal itu, menurut Maman Rachman (dalam Sofan,2015:164) pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut: (a) memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang; (b) membantu siswa memahami dan meyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan; (c) cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya terhadap lingkungannya; (d) untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya; (e) menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah; (f) mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar; (g) peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya; (h) kebiasaan baik itu mneyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya. Lingkungan sekolah dan keluarga yang teratur, tertib, tenang tersebut memberi gambaran lingkungan anak yang giat, gigih, serius, penuh perhatian, sungguh-sungguh dan kompetitif dalam pembelajarannya. Untuk mencapai dan memiliki ciri-ciri kepribadian tersebut diperlukan pribadi yang gigih, giat dan displin. Selanjutnya wardiman mengatakan bahwa keunggulan tersebut baru dapat dimiliki apabila dalam diri seseorang terdapat sikap dan perilaku disiplin.

4 Idealnya sikap disiplin itu tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, ketertiban yang sudah menyatu dalam diri, maka sikap dan perbuatan yang dilakukan sama sekali tidak dirasakan lagi sebagai suatu beban. Kedisiplinan menyangkut kepada semua sikap dan tingkah laku apakah itu perorangan ataupun kelompok yang tunduk dan patuh terhadap peraturan suatu organisasi yang dalam hal ini adalah sekolah. Lain halnya dengan pendapat Narwanti (2011:66) idealnya sikap disiplin yaitu menaati tata tertib sekolah yang terdiri dari: Hadir tepat waktu, mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran, mengikuti prosedur kegiatan pembelajaran, dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Dalam memajukan pendidikan dasar maka kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang dicapai. Maka dari itu, kedisiplinan yang rendah akan mengakibatkan beberapa orang khususnya siswa dalam lingkup sekolah menjadi tidak serius dalam belajar. Kedisiplinan siswa juga akan mengalami penurunan tatkala tidak adanya motivasi belajar yang diberikan oleh guru, orang tua, maupun lingkungan sekitar, maka dari itu sebaiknya pendidik harus mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi belajar dengan tingkat kedisiplinan siswa agar dikemudian hari bisa diambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah maupun di luar sekolah. Menyangkut dengan kedisiplinan yang menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional yang dinilai belum maksimal. Pada kenyataan tersebut ditandai dengan adanya: perkalihan antar pelajar sekolah dasar (SD) yang satu dengan yang lain yang dilakukan di luar sekolah, terlambat datang ke

5 sekolah karena suka melalaikan waktu, sopan santun yang masih rendah terhadap guru baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, tidak memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar sehingga hasil belajarnya pun rendah, ketidakseriusan dalam mengerjakan tugas rumah mengakibatkan pekerjaannya tidak tuntas, penampilan seragam sekolah yang tidak rapi sehingga terlihat kumal dan masih banyak yang lain yang dapat kita lihat. Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 12 Oktober 2015 yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas di kelas VI SD Negeri 101776 Sampali, terlihat kedisiplinan yang masih kurang, 37,5% siswa yang terlambat datang kesekolah, 37,5% siswa yang tidak memakai seragam lengkap sesuai ketentuan sekolah, 20 siswa yang tidak bekerja dengan penuh bertanggung jawab. Pada jam pelajaran pun 10 orang siswa masih saja bercerita dengan teman sekelasnya membicarakan hal-hal yang seharusnya bisa dibicarakan ketika jam pelajaran telah usai. Untuk tingkat motivasi belajar siswa juga masih kurang memuaskan, terlihat ada 37,5% siswa yang bermain ketika waktunya belajar, 37,5% minat untuk membaca buku, 25% ketika ada pelajaran yang sulit dimengerti siswa hanya diam saja tak mau bertanya lagi dengan guru agar dijelaskan lebih lanjut. Menurut pendapat Shochib (2010:4) hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kedisiplinan siswa antarala lain: karena pergaulan kelompok sebaya, pengaruh media massa (film, TV, dan pornografi), lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, atau hilangnya sosok atau figur idealnya. Lain halnya menurut Sofan (2013:167) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut antara lain yaitu: anak itu sendiri, lingkungan, pola

6 kontrol orang tua, pemahaman diri dan motivasi. Pendapat kedua para ahli tersebut juga didukung oleh Zamtinah (2013:6) menyatakan bahwa perilaku disipiln dipengaruhi oleh faktor keluarga, masyarakat, dan sekolah. Dari penjelasan diatas, motivasi merupakan salah satu yang menjadi faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa. Dalam hal ini maka pendidik dapat menjadi salah satu modelling dalam mengembangkan kedisiplinan siswa, misalnya saja ketika gurunya terlambat maka akan ada timbul katakata dari mereka ibu itu kenapa telat ya teman-taman?. Nah maka dari itu kita sebagai pendidik harus dapat lebih mendisiplinkan diri agar dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa. Salah satu yang dapat dilakuakn pendidik agar siswa dapat berperilaku disiplin adalah dengan memberikan motivasi yang lebih kuat dan mengontrolnya. Oleh karena itu, motivasi sangat dibutuhkan bagi peserta didik, mengingat bahwa motivasi merupakan suatu hal yang cukup penting dilakukan kepada peserta didik agar tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan selama beberapa masa tertentu. Sardiman (2011:73) menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat akan di ikuti dengan munculnya disiplin diri. Dimana disiplin tersebut merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk peraturan.

7 Motivasi dapat membantu kesulitan belajar siswa. Motivasi juga dapat mengurangi tingkat mengulang kelas atau tinggal kelas. Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi, nilainya atau manfaatnya. Guru bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. Keberhasilan ini bergantung pada upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya motivasi yang kuat maka siswa akan memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi sehingga siswa berprestasi yang lebih baik pula, begitu pula sekolah yang kurang tegas dalam melaksanakan disiplin maka dapat mempengaruhi siswa dalam belajar terutama dalam hal keseriusan dan konsentrasi dalam proses belajar. Penelitian tentang motivasi belajar dengan kedisiplinan siswa sudah banyak dilakukan orang lain, akan tetapi peneliti belum menemukan hal-hal yang spesifik dari disiplin anak sekolah dasar. Oleh karena itu, penelitian tentang motivasi sangat penting karena jika tidak dilakukan kita tidak akan tahu seberapa besarnya pengaruh motivasi terhadap tingkat kedisiplinan siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Motivasi Belajar dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa di Kelas VI SD Negeri No. 101776 Sampali Tahun Ajaran 2015/2016

8 1.2 Identifikasi Masalah Tinggi rendahnya tingkat kedisiplinan di Sekolah Dasar (SD) itu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Menurut pendapat Shochib (2000:4) hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kedisiplinan siswa antarala lain: karena pergaulan kelompok sebaya, pengaruh media massa (film, TV, dan pornografi), lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, atau hilangnya sosok atau figur idealnya. Lain halnya menurut Sofan (2013:167) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut antara lain yaitu: anak itu sendiri, lingkungan, pola kontrol orang tua, pemahaman diri dan motivasi. Selain itu, harian kompas (16-1-1955) menyatakan bahwa orang tua sekarang cenderung hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak lengkap, hal ini dimungkinkan oleh kesibukan orang tua. Dengan demikian faktor yang teridentifikasi dalam penelitian tentang kedisiplinan itu sendiri sebagai berikut: 1. Pengaruh kelompok sebaya 2. Pengaruh media massa ( TV, Film) 3. Lingkungan sekolah, dan masyarakat. 4. Pemahaman diri tentang motivasi 5. Hilangnya sosok figur yang ideal dari keluarga (perhatian orang tua)

9 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, diperoleh gambaran permasalahan yang begitu luas. Namun keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan maka peneliti menyadari adanya membatasi masalah dalam penelitian ini adalah Hubungan Motivasi Belajar dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa di Kelas VI SDN 101776 Sampali di Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan motivasi belajar dengan tingkat kedisiplinan siswa di kelas VI SD Negeri 101776 Sampali Tahun Ajaran 2015/2016? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui tingkat motivasi belajar siswa di lingkungan sekolah 2. Mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah 3. Mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan tingkat kedisiplinan siswa. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian dalam memberikan motivasi belajar yang lebih baik

10 dalam proses pembelajaran di sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pendidikan terutama yang berhubungan dengan kedisiplinan siswa dalam proses berlangsungnya belajar mengajar di sekolah. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu dalam strategi guna menjadikan penelitian yang lebih lanjut terhadap objek atau aspek lainnya yang belum tercangkup dalam penelitian ini. 1.6.2 Manfaat Praktis Kegunaan penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik, dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan kedisiplinan siswa.. 2. Bagi guru, sebagai informasi dan masukan untuk menerapkan motivasi belajar siswa agar tingkat kedisiplinan siswa dapat terdongkrak naik. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang baik dalam perbaikan pengajaran di SD Negeri 101776 Sampali 4. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan panduan dalam rangka untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. 5. Bagi para peneliti pendidikan, dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.