Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND. Sucy Kurnia Wati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

TINDAK SKRIPSI A Persyaratan

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM BAHASA IKLAN KAMPANYE CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014 DI BOYOLALI

TINDAK PROVOKATIF DALAM SPANDUK DI WILAYAH KOTA SURAKARTA KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING

OLEH: SURAHMAT NPM:

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA WACANA HUMOR AH TENANE DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER 2012

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

TINDAK TUTUR PADA UNGKAPAN BAK TRUK DI SEPANJANG JALAN RINGROAD SOLO-SRAGEN TINJAUAN: PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN KOMISIF DI KALANGAN ANAK TK BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DI KECAMATAN POLANHARJO KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (Kajian Pragmatik) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

Transkripsi:

REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah YUANITA WAHYU ANDRIYANI A310080357 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ii

iii

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa YUANITA WAHYU ANDRIYANI A310080357 Universitas Muhammadiyah Surakarta Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan realisasi bentuk tuturan dalam wacana pembuka proses belajar-mengajar di kalangan guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang budaya Jawa. (2) Mengetahui strategi tuturan dalam wacana pembuka proses belajar-mengajar di kalangan guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang budaya Jawa. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan analisis datanya termasuk penelitian kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah analisis isi (content analysis). Sumber data diperoleh dari tuturan guru bahasa Indonesia yang berupa rekaman. Data dikumpulkan dengan metode simak, rekam, dan catat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik observasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Bentuk tuturan dalam wacana pembuka proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia: (a) Tindak tutur asertif, tindak tutur ini bertujuan mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya yaitu menegaskan dan menunjukkan, ditemukan 2 tuturan. (b) Tindak tutur direktif, tindak tutur ini bertujuan agar pendengar melakukan tindakan yang disebutkan oleh penutur yaitu menyuruh dan menuntut, ditemukan 6 tuturan. (c) Tindak tutur ekspresif, tindak tutur ini bertujuan agar ujaran penutur dijadikan sebagai evaluasi mitra tutur yaitu mengeluh, ditemukan 1 tuturan. (d) Tindak tutur komisif, tindak tutur ini bertujuan mengikat penuturnya untuk melaksanakan ujarannya yaitu bertanya, ditemukan 5 tuturan. (2) Strategi tuturan dalam wacana pembuka proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia ditemukan dua strategi yaitu: (a) strategi bertutur secara langsung dan (b) strategi bertutur secara tidak langsung. Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat perintah. Kata kunci: Tindak Tutur, Wacana Pembuka. Proses Belajar-Mengajar iv

A. Pendahuluan Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Menurut Kridalaksana (2008: 24), bahasa adalah sistem lambang bunyi arbiter yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Bahasa mempunyai fungsi yang penting bagi manusia terutama fungsi komunikatif. Manusia dalam kegiatan komunikasi tidak hanya melibatkan seorang partisipan, tetapi juga melibatkan partisipan-partisipan lain. Agar partisipan saling memahami maksud dari tuturan lawan bicaranya, harus terjadi kerjasama yang baik. Ada dua cara untuk dapat melakukan komunikasi, yaitu secara tertulis dan secara lisan. Komunikasi secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan komunikasi secara lisan adalah hubungan langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antar individu dan antar kelompok. Percakapan yang terjadi mengakibatkan adanya peristiwa tutur dan tindak tutur. Maksud peristiwa tutur adalah: terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam bentuk ujaran yang melibatkan dua pihak atau lebih, yaitu menurut penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004: 62). Lebih lanjut dikatakan oleh Chaer dan Agustina (2004: 65) bahwa peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai tujuan. Untuk mengetahui maksud dan tujuan berkomunikasi dalam peristiwa tutur diwujudkan dalam sebuah kalimat, dari kalimat-kalimat yang diucapkan oleh seorang penutur dapat diketahui apa yang dibicarakan dan diinginkan penutur sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur. Akhirnya, mitra tutur akan menanggapi kalimat yang dibicarakan oleh penutur. 1

Tindak tutur menurut Searle (dalam Wijana, 2009: 20), dibedakan menjadi tiga yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang tidak hanya digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturannya dipertimbangkan secara seksama. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturannya. Adanya interaksi guru dan murid dalam proses belajar-mengajar tidak terlepas dari peran guru dalam usahanya mendidik dan membimbing para siswa agar dapat mengikuti proses belajar-mengajar dengan baik. Guru sebagai pengajar yang baik harus dapat memunculkan gairah belajar siswa agar semangat dalam melakukan aktivitas belajar. Agar dalam kegiatan belajar dapat terarah seorang guru memiliki peranan yang sangat penting guna menciptakan kondisi atau suatu proses belajar yang baik. Penggunaan bahasa pada tuturan pembuka percakapan dalam pembelajaran, merupakan realitas komunikasi yang berlangsung dalam interaksi di kelas yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Dalam interaksi di kelas, guru selalu menggunakan bahasa untuk memperlancar proses interaksi. Guru sebagai orang yang mempunyai peranan penting dalam proses belajar-mengajar di kelas harus memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Sebelum memulai proses belajarmengajar guru haruslah terlebih dahulu membuka kegiatan belajar-mengajar supaya peserta didik dapat mengetahui langkah pembelajaran berikutnya. Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu penelitian Desyati (2004) yang berjudul Analisis Tindak Tutur Wacana Jual Beli di Pasar Kadipolo Surakarta (Sebuah Kajian Pragmatik). Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian tersebut ada empat, yaitu: (1) bentuk tindak tutur yang banyak muncul yaitu bentuk tindak tutur yang berfungsi sebagai predikat, (2) dari keseluruhan maksud yang ada, yang paling banyak terkandung dalam sebuah tuturan yaitu maksud memberi tahu dan maksud menolak tawaran, (3) efek tuturan dalam tindak tutur diklasifikasikan 2

menjadi empat, yaitu efek tuturan meyakinkan, mempengaruhi, menakuti atau mengancam, dan membuat penyimak melakukan sesuatu/ memerintah, (4) faktor yang mempengaruhi keberhasilan tindak tutur di pasar Kadipolo yaitu faktor sosiologis, faktor antropologi, faktor psikologis, faktor semantik, faktor mekanis, faktor ekologis. Terdapat dua rumusan masalah pada penelitian ini; (1) Bagaimana realisasi bentuk tuturan dalam wacana pembuka proses belajar-mengajar di kalangan guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang budaya Jawa?, (2) Bagaimana strategi tuturan dalam wacana pembuka proses belajar-mengajar di kalangan guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang budaya Jawa?. Tujuannya (1) Untuk mendeskripsikan realisasi bentuk tuturan dalam wacana pembuka proses belajarmengajar di kalangan guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang budaya Jawa, (2) Untuk mengetahui strategi tuturan dalam wacana pembuka proses belajar-mengajar di kalangan guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang budaya Jawa. B. Metode Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Artinya penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tuturan pembuka dalam proses belajar-mengajar. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati (Rubiyanto, 2009: 51). Strategi penelitian yang digunakan adalah analisis isi (content analysis), yaitu menganalisis hasil tindak tutur pada wacana pembuka dalam interaksi belajar-mengajar yang diamati. Objek penelitian ini berupa bentuk tindak tutur guru bahasa Indonesia pada saat membuka palajaran dalam proses belajar-mengajar dan strategi bertutur pada pembuka proses belajar-mengajar tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode simak yaitu metode pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa (Mahsun, 2007: 242). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah 3

teknik simak bebas libat cakap yaitu dengan tanpa keterlibatannya dalam peristiwa tutur (Mahsun, 2007: 242). Teknik observasi juga digunakan untuk mengamati peristiwa berupa tindak tutur guru dan siswa selama proses interaksi belajar-mengajar berlangsung. Teknik catat merupakan salah satu metode untuk mengumpulkan data dengan cara mencatat peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena yang penting pada subjek penelitian dan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk membahas permasalahan yang telah ditentukan. Adapun teknik catat dalam penelitian ini dipergunakan untuk mencatat hasil percakapan yang telah direkam (mentranskipkan percakapan bahasa lisan ke bahasa tulis), yang berupa tuturan pembuka proses belajar-mengajar. Penelitian ini menggunakan analisis data dengan menggunakan metode baca markah. Menurut Sudaryanto (1993: 13), disebut juga metode membaca pemarkahan, pemarkahan itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas penutur, dan kemampuan membaca peranan pemarkah itu berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud. Langkah-langkah dari metode baca markah tersebut dalam praktiknya dilakukan oleh peneliti setelah rekaman percakapan dengan bahasa lisan dan kemudian menyalin ke dalam bentuk bahasa tulis (mentranskip), peneliti mulai menganalisis hasil salinan tersebut bahasa guru yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan kegiatan satuan lingual atau identitas satuan lingual yang dianalisis sesuai dengan kemampuan pembaca peranan. Kelebihan dari membaca markah ini mempermudah peneliti untuk mencari kejatian identitas dalam suatu kalimat. Penggunaan metode baca markah dipergunakan untuk menganalisis permasalahan pertama yaitu realisasi bentuk tuturan dalam wacana pembuka proses belajar-mengajar di kalangan guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang budaya Jawa. Setelah penggunaan metode baca markah, langkah selanjutnya data dianalisis dengan metode padan. Mahsun (2007: 259) berpendapat bahwa metode padan alat 4

penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Jenis metode padan yang digunakan adalah metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode yang alat penentunya lawan atau mitra wicara (Kesuma, 2007:48). Untuk memperjelas metode padan berdasarkan alat penentunya, yaitu jenis alat perekam berupa tulisan dan subjenis mitra wicara dalam lingual termasuk pragmatik digunakan metode lanjutan cara pilah unsur penentu sebagai pembanding dan pembeda arti yaitu mencari hubungan banding antar semua unsur penentu yang relevan dengan semua unsur data yang dituturkan. Metode padan dengan cara pilah unsur penentu sebagai pembanding dan pembeda arti untuk mengetahui strategi tuturan guru dalam proses belajar mengajar. Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian informal. Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian hasil penelitian ini menggunakan metode penyajian informal karena hasil analisis data berisi paparan tentang segala sesuatu yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu berupa tuturan pembuka yang ada di dalamnya ketika melakukan proses belajar-mengajar. Penjabaran dari hasil dituangkan secara uraian tidak berupa lambang. C. Hasil dan Pembahasan 1. Bentuk Tuturan dalam W PBM Penelitian ini menganalisis sebanyak 14 data. Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan, ditemukan ada empat macam bentuk tuturan dalam wacana pembuka proses belajar-mengajar dikalangan guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang budaya Jawa. Tindak tutur tersebut meliputi, tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, dan komisif yang dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1. Bentuk Tindak Tutur Asertif Menurut Yule (2006: 92) tindak tutur asertif yaitu tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur. Bentuk tindak tutur asertif yang dilakukan 5

oleh guru dalam membuka pelajaran dalam proses belajar-mengajar di SMP 6 Satap Kepil ditemukan 2 TTA, meliputi 1) menegaskan dan 2) menunjukkan. a. Realisasi TTA Menegaskan Menegaskan adalah memberitahu dengan sungguh-sungguh tentang sesuatu yang sudah pasti. Tindak tutur guru bahasa Indonesia yang termasuk tindak tutur menegaskan yaitu data (1) dideskripsikan sebagai berikut. (1.a) Eksplikatur : Assalamu alaikum Wr.Wb (data 1) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan berlangsung guru mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Tindak tutur tersebut dituturkan guru bahasa Indonesia kepada siswa pada saat akan memulai pelajaran bahasa Indonesia yang terjadi di dalam kelas VII A pada jam ketiga. Guru mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Tuturan ini merupakan penegasan yang menegaskan bahwa sebagai orang islam wajib hukumnya menjawab salam jika ada yang mengucapkannya. b. Realisasi TTA Menunjukkan Menunjukkan adalah memperlihatkan, menyatakan, dan menerangkan dengan bukti bahwa itu benar. Tuturan guru yang termasuk dalam tindak tutur menunjukkan yaitu data (2) dideskripsikan sebagai berikut. (1.b) Eksplikatur : Selamat siang anak-anak (data 2) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan dimulai pada jam yang terakhir, guru memberi salam terlebih dahulu kepada siswanya sebelum memulai pelajaran. Tuturan diatas berlangsung di dalam kelas VIIIA pada saat akan dimulai pelajaran bahasa Indonesia, yaitu pada jam terakhir. Tuturan tersebut disampaikan guru (penutur) kepada siswa (mitra tutur). Penutur menunjukkan bahwa sudah menunjukkan pukul 11.45 WIB sehingga guru mengucapkan selamat siang kepada siswanya. 6

2. Bentuk Tindak Tutur Direktif Menurut Yule (2006: 93) tindak tutur direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang dilakukan oleh guru dalam membuka pelajaran dalam proses belajar-mengajar di SMP 6 Satap Kepil ditemukan 2 TTD, meliputi 1) menyuruh dan 2) menuntut. a. Realisasi TTD Menyuruh TTD menyuruh adalah suatu tindak tutur yang mengandung unsur mengutus mitra tutur melakukan sesuatu yang sebagaimana yang disuruhkan oleh penutur. Tindak tutur menyuruh dalam penelitian ini yaitu terdapat pada data (3), (4), (5) dan (6) dideskripsikan sebagai berikut. (1.c) Eksplikatur : Ketua kelas, silahkan teman-teman dipimpin berdoa (data 3) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan berlangsung guru menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Tindak tutur tersebut dituturkan guru bahasa Indonesia kepada siswa pada saat akan dimulai pelajaran bahasa Indonesia yang terjadi di dalam kelas VII B pada jam pertama. Guru bermaksud menyuruh seorang ketua kelas untuk memimpin doa sebelum memulai pelajaran. Tuturan ini merupakan bentuk tuturan perintah bahwa sebelum memulai pelajaran hendaknya berdoa terlebih dahulu, dengan berdoa kita akan mudah dalam mengawali suatu kegiatan. Supaya pelajaran dapat berjalan dengan lancar. b. Realisasi TTD Menuntut TTD menuntut adalah meminta dengan keras setengah mengharuskan supaya dipenuhi. Jadi, tindak tutur ini merupakan permintaan penutur kepada mitra tutur yang disertai keharusan. TTD guru yang termasuk tindak tutur menuntut yaitu data (7) dan (8) dideskripsikan sebagai berikut. 7

(1.g) Eksplikatur : Sudah bisa dimulai belum pelajarannya, kalau sudah diam dulu gantian ibu guru yang akan berbicara ya! (data 7) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan berlangsung, banyak siswa yang masih asyik mengobrol dengan temannya, sehingga sebagian siswa ada yang kurang memperhatikan ketika pelajaran akan dimulai. Tindak tutur tersebut terjadi pada saat akan dimulai pelajaran bahasa Indonesia pada jam terakhir di kelas VIIIA. Tuturan tersebut disampaikan oleh guru (penutur) kepada siswa (mitra tutur). Sebelum memulai pelajaran masih banyak siswa yang malah asyik ngobrol sendiri sampai guru sudah datangpun masih belum memperhatikan. Sehingga guru menyuruh siswa untuk tidak mengobrol lagi dan memperhatikan guru. Guru menyuruh dengan setengah mengharuskan kepada siswa untuk diam dan memperhatikan guru agar keadaan menjadi lebih tenang dan terkendali, sehingga semua siswa dapat menerima pelajaran dengan sungguhsungguh. 3. Bentuk Tindak Tutur Ekspresif Menurut Yule (2006: 93) tindak tutur ekspresif yaitu jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Dalam penelitian ini ditemukan satu macam tindak tutur yang dapat digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif yaitu mengeluh yang dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Realisasi TTE Mengeluh Mengeluh adalah menyatakan kesusahan karena kekecewaan terhadap seseorang karena orang tersebut melakukan kesalahan. Tindak tutur yang termasuk dalam tindak tutur mengeluh yaitu data (9) dideskripsikan sebagai berikut. (1.i) Eksplikatur : Lha ini yang lain pada kemana? Kok kursinya masih ada yang kosong. Ini kan sudah waktunya masuk (data 9) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan berlangsung, guru sudah berada di dalam kelas namun masih ada beberapa siswa yang belum masuk kelas, siswa tersebut malah masih dikantin sekolah. 8

Tuturan tersebut disampaikan oleh guru sebelum memulai pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIIIA pada jam ketiga dan keempat sehabis jam istirahat. Tuturan ini disampaikan guru (penutur) kepada salah satu siawa (mitra tutur) yang pada saat itu guru sudah masuk ke dalam kelas namun siswanya masih ada yang belum masuk kelas. Guru (penutur) mengeluh kepada siswa, karena masih ada beberapa siswa yang tidak disiplin atau tepat waktu dalam mengikuti pelajaran. Tuturan tersebut bertujuan agar siswa yang dimaksud tidak melakukan hal yang seperti itu lagi. 4. Bentuk Tindak Tutur Komisif Menurut Yule (2006: 94) tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Dalam penelitian ini ditemukan satu macam tindak tutur yang dapat digolongkan ke dalam TTK, yaitu bertanya yang dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Realisasi TTK Bertanya Bertanya adalah ingin meminta supaya diberitahu tahu atau keterangan tentang sesuatu. Tindak tutur bertanya dalam penelitian ini yaitu data (10), (11), (12), (13) dan (14) dideskripsikan sebagai berikut. (1.j) Eksplikatur : Tadi dirumah sudah pada sarapan belum? (data 10) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan berlangsung, guru sebelum memulai pelajaran bertanya kepada siswanya terlebih dahulu, kalau sebelum siswanya berangkat kesekolah sudah sarapan dulu dirumah atau belum. Tuturan tersebut disampaikan oleh guru sebelum memulai pelajaran bahasa Indonesia yaitu pada jam petama kedua pukul 07.15 WIB di kelas VII A. Tuturan tersebut diutarakan penutur (guru) kepada mitar tutur (siswa), penutur bertanya kepada mitra tutur kalau sebelum berangkat sekolah tadi sudah sarapan apa belum. Tindak tutur ini termasuk tindak tutur bertanya karena guru ingin tahu kalau setiap berangkat sekolah siswanya sudah sarapan dirumah atau malah jajan dikantin. 2. Strategi Tuturan dalam W PBM 9

Berdasarkan pemerolehan data bahasa yang digunakan guru bahasa Indonesia SMP 6 Satap Kepil dalam proses membuka pelajaran sebagai proses belajar-mengajar tahun ajaran 2011/2012 dapat diketahui dan diperoleh pengertian bahwa strategi yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia SMP 6 Satap Kepil menggunakan strategi tindak tutur langsung dan tidak langsung yang dideskripsikan sebagai berikut. 1. Strategi Tindak Tutur Langsung (Direct Speech Act) Tindak tutur langsung (direct speech act) dikatakan oleh Rohmadi (2004: 33), ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara langsung. Apabila kalimat berita untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dan sebagainya. Strategi tindak tutur langsung dideskripsikan melalui tindak tutur asertif dan direktif sebagai berikut. a. Strategi Tindak Tutur Asertif Langsung Strategi tindak tutur asertif langsung adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya secara langsung dengan tujuan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu (menginformasikan), misalnya maksud menegaskan dengan kalimat perintah. Hal ini tampak pada data (1) yang dideskripsikan sebagai berikut. (2.a) Eksplikatur : Assalamu alaikum Wr.Wb (data 1) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan berlangsung guru mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Tuturan (2.a) termasuk tindak tutur asertif yang dilakukan dengan strategi tindak tutur langsung dari penutur (guru) kepada mitra tutur (siswa). Kalimat yang digunakan berupa kalimat perintah. Tuturan tersebut memiliki maksud bahwa penutur (guru) menyuruh untuk menjawab salam jika ada orang yang mengucapkannya. b. Strategi Tindak Tutur Direktif Langsung Strategi tindak tutur direktif langsung adalah tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam 10

ujaran itu secara langsung dari penutur kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu, misalnya maksud menyuruh dan menuntut dengan menggunakan kalimat perintah. Hal ini tampak pada data (3), (4), (5), (6), (7) dan (8) yang dideskripsikan sebagai berikut. (2.b) Eksplikatur : Ketua kelas, silahkan teman-teman dipimpin berdoa (data 3) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan berlangsung guru menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Tuturan (2.b) merupakan tindak tutur direktif menyuruh yang disampaikan dengan strategi tindak tutur langsung dari penutur (guru) kepada siswa (mitra tutur). Kalimat yang digunakan adalah kalimat perintah. Pada tuturan tersebut memiliki maksud bahwa penutur (guru) menyuruh seorang ketua kelas untuk memimpin doa sebelum memulai pelajaran supaya pelajaran dapat berjalan dengan lancar, karena sebagai orang islam hendaknya kita berdoa terlebih dahulu sebelum memulai sesuatu, dengan berdoa kita akan mudah dalam mengawali suatu kegiatan. 2. Strategi Tindak Tutur Tidak Langsung (Indirect Speech Act) Tindak tutur tidak langsung (indirect speech act) dikatakan oleh Rohmadi (2004: 33) ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintahkan tidak merasa dirinya diperintah. Strategi tindak tutur tidak langsung ditampakkan melalui deskripsi tindak tutur asertif, ekspresif, dan komisif sebagai berikut. a. Strategi Tindak Tutur Asertif Tidak Langsung Strategi tindak tutur asertif tidak langsung adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya secara tidak langsung dengan modus tuturan dan fungsi konvensional yang berbeda untuk mengatakan sesuatu (menginformasikan), seperti maksut menunjukkan. Hal ini tampak pada data (2) yang dideskripsikan sebagai berikut. (2.h) Eksplikatur : Selamat siang anak-anak (data 2) 11

Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan dimulai pada jam yang terakhir, guru memberi salam terlebih dahulu kepada siswanya sebelum memulai pelajaran. Tuturan (2.h) tersebut merupakan tindak tutur asertif menunjukkan yang dilakukan dengan strategi tindak tutur tidak langsung. Kalimat yang digunakan adalah kalimat berita. Pada tuturan tersebut guru memberitahukan kepada mitra tutur bahwa sudah menunjukkan pukul 11.45 WIB sehingga penutur mengucapkan selamat siang kepada siswanya. b. Strategi Tindak Tutur Ekspresif Tidak Langsung Strategi tindak tutur ekspresif tidak langsung adalah ujaran yang dimaksudkan agar ujarannya sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam ujaran itu secara tidak langsung dari penutur kepada mitra tutur yang bertujuan sebagai evaluasi, misalnya maksud mengeluh dengan kalimat tanya. Hal ini tampak pada data (9) yang dideskripsikan sebagai berikut. (2.i) Eksplikatur : Lha ini yang lain pada kemana? Kok kursinya masih ada yang kosong. Ini kan sudah waktunya masuk (data 9) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan berlangsung, guru sudah berada di dalam kelas namun masih ada beberapa siswa yang belum masuk kelas, siswa tersebut malah masih dikantin sekolah. Tuturan (2.i) merupakan tindak tutur ekspresif yang disampaikan secara tidak langsung dari penutur (guru) kepada siswa (mitra tutur). Tuturan tersebut merupakan tindak tutur tidak langsung yang bermoduskan kalimat tanya. Pada tuturan diatas memiliki maksud bahwa penutur (guru) bertanya kepada mitra tutur (siswa) kenapa masih sedikit siswa yang berada di dalam kelas, pada saat guru sudah berada di dalam kelas dan akan memulai pelajaran malah siswanya tidak disiplin. Tuturan tersebut bertujuan agar siswa membiasakan disiplin waktu atau tepat waktu, sebelum guru berada di dalam kelas seharusnya semua siswa sudah masuk kedalam kelas, tuturan tersebut juga bertujuan agar siswa tidak melakukan hal yang seperti itu lagi. 12

c. Strategi Tindak Tutur Komisif Tidak Langsung Strategi tindak tutur komisif tidak langsung adalah tindak ujaran yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebut dalam ujarannya secara tidak langsung dari penutur kepada mitra tutur, misalnya bertanya. Hal ini tampak pada data (10), (11), (12), (13) dan (14) yang dideskripsikan sebagai berikut. (2.j) Eksplikatur : Tadi dirumah sudah pada sarapan belum? (data 10) Konteks : Ruang kelas ketika pembelajaran akan berlangsung, guru sebelum memulai pelajaran bertanya kepada siswanya terlebih dahulu, kalau sebelum siswanya berangkat kesekolah sudah sarapan dulu dirumah atau belum. Tuturan (2.j) termasuk tindak tutur komisif yang dilakukan dengan strategi tindak tutur tidak langsung dari penutur (guru) kepada mitra tutur (siswa). Tuturan tersebut menggunakan kalimat tanya. Pada tuturan diatas memiliki maksud bahwa penutur (guru) tidak hanya bertanya kepada mitra tutur (siswa) melainkan menyuruh siswa untuk sarapan dulu dirumah sebelum berangkat ke sekolah dan jangan jajan sembarangan di sekolah. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV dapat diambil simpulannya, sebagai berikut. 1. Bentuk tindak tutur wacana pembuka dalam proses belajar yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia terdapat 14 data. Tindak tutur tersebut terdiri dari tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, dan komisif. Tindak tutur asertif terdapat pada menegaskan dan menunjukkan. Asertif menegaskan berjumlah 1 data, dan asertif menunjukkan berjumlah 1 data. Tindak tutur direktif terdapat pada direktif menyuruh dan menuntut. Direktif menyuruh dapat diketahui berjumlah 4 data, dan direktif menuntut berjumlah 2 data. Tindak tutur ekspresif terdapat pada ekspresif 13

mengeluh. Ekspresif mengeluh berjumlah 1 data. Tindak tutur komisif terdapat pada komisif bertanya. Tindak tutur komisif bertanya dapat diketahui berjumlah 5 data. 2. Strategi tindak tutur pada interaksi belajar-mengajar yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia SMP 6 Satap Kepil. Strategi tindak tutur yang ditemukan adalah tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Strategi tindak tutur asertif langsung berjumlah 1 data, dan asertif tidak langsung berjumlah 1 data. Strategi tindak tutur direktif langsung diperoleh 6 data. Strategi tindak tutur ekspresif tidak langsung diperoleh 1 data. Strategi tindak tutur komisif tidak langsung diperoleh 5 data. E. Daftar Pustaka Chaer, Abdul dan Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Desyati, Wahyu Sukma. 2004. Analisis Tindak Tutur Wacana Jual Beli di Pasar Kadipolo Surakarta (Sebuah Kajian Pragmatik). Skripsi. Surakarta: FKIP UNS. Kesuma, Trimastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana Press. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. 14

Yule, George. 2006. Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. 15