BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

dokumen-dokumen yang mirip
Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perubahan. Dalam studi empirisnya Chenery memberikan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

GAMBARAN SINGKAT TENTANG KETERKAITAN EKONOMI MAKRO DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DI TIGA PROVINSI KALIMANTAN. Oleh: Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Ekonom modern mulai mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan, pengurangan distribusi pendapatan yang timpang, dan penurunan tingkat pengangguran. Pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses multi dimensional (Kuncoro, 2010: 136). Perubahan struktur ekonomi merupakan salah satu indikator adanya pertumbuhan dalam suatu negara atau daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Syrquin (1988: 208) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pertumbuhan dan perubahan struktural. Studi tentang perubahan struktural penting dalam menjelaskan proses dan pembentukan teori pembangunan khususnya pertumbuhan ekonomi modern. Menurut Chenery (1979) pembangunan ekonomi merupakan sebuah perubahan struktur ekonomi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan berkelanjutan (lihat Syrquin, 1988: 208). Menurut Thomas, et al. (2000: XXXII) pembangunan tidak hanya memperhatikan sisi kuantitas, tetapi juga kualitas. Pandangan atas sisi kuantitatif dan kualitatif proses pertumbuhan mengarah pada tiga prinsip dasar yang berlaku bagi negara sedang berkembang maupun negara industri maju, yaitu berfokus pada semua aset (modal fisik, manusia dan alam), menyelesaikan aspek distributif 1

2 sepanjang waktu, dan menekankan kerangka kerja institusional bagi pemerintahan yang baik. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memberikan manfaat pada semua termasuk generasi mendatang secara adil dan merata. Pembangunan berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia lebih besar bobotnya sebagai harapan dan idaman dibanding kenyataan dan pengalaman sejarah (Mubyarto, 2000: 217). Potensi sumber daya alam yang dimiliki sebuah negara tidak menjamin keberhasilan dalam menumbuhkan dan mengembangkan ekonominya secara berkelanjutan. Fakta menunjukkan bahwa negara-negara yang mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan, memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk mengembangkan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Finlandia dan Korea Selatan merupakan contoh negara yang berhasil mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan, sehingga pertumbuhan kinerja perekonomian negara tersebut cukup signifikan (Tjakraatmadja dan Adityawarman, 2013). Kota Balikpapan merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan luas daratan sebesar 503,3 km 2. Sejarah Kota Balikpapan tidak bisa dipisahkan dengan minyak, yaitu lebih tepatnya dengan sumur minyak Mathilda yang merupakan sumur pengeboran perdana pada tanggal 10 Februari 1897. Seiring berjalannya waktu, Balikpapan berkembang menjadi "Kota Minyak". Perkembangan industri minyak inilah yang ikut membangun Kota Balikpapan menjadi kota industri dan jasa (Profil Kota Balikpapan, 2013). Kota Balikpapan tidak lagi menjadi Kota Minyak yang berorientasi pada pengeboran melainkan pada pengolahan minyak yang berasal dari sekitar

3 Balikpapan, yaitu Handil, Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu dan Tanjung serta minyak mentah yang diimpor dari negara lain. Sejalan dengan kegiatan tersebut Kota Balikpapan kian berkembang dengan pesat dan menjadikan daya tarik bagi pencari kerja dari berbagai daerah, oleh sebab itu pengembangan perekonomian daerah juga sangat dipengaruhi berbagai kegiatan penunjang sektor minyak dan gas bumi selain sumber daya alam lain yang ada di Kota Balikpapan. Peta administrasi Kota Balikpapan dapat dilihat pada Gambar 1.1. Kota Balikpapan Sumber: RTRW Kota Balikpapan Tahun 2005 2015, 2006 Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Balikpapan PDRB Kota Balikpapan tahun 2000 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mencapai Rp9,82 Triliun dan meningkat sebesar 40,23 persen pada tahun 2008 (Rp15,15 Triliun) dan meningkat kembali sebesar 77,26 persen selama sebelas tahun atau Rp17,40 Triliun pada tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi Kota Balikpapan selama kurun waktu tahun 2000 2011 mengalami tren pertumbuhan meningkat dan senantiasa di atas Provinsi Kaltim, kecuali pada tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi tertinggi Kota Balikpapan terjadi pada tahun 2008 (12,37 persen) dan terendah pada tahun 2009 (1,70 persen). Pertumbuhan ekonomi yang pesat pada tahun 2008 dipengaruhi pertumbuhan ekspor yang mencapai dua digit

4 (12,39 persen). Rendahnya pertumbuhan ekonomi tahun 2009 merupakan dampak terjadinya krisis keuangan global tahun 2008 yang berimbas pada penurunan pertumbuhan ekspor neto Kota Balikpapan dari 25,44 persen (tahun 2008) menjadi 2,17 persen (tahun 2009) di mana kontribusi ekspor neto terhadap PDRB Kota Balikpapan mencapai 42,05 persen (2009). Penurunan pertumbuhan ekspor tahun 2008-2009 khususnya terjadi pada sektor migas. Pertumbuhan ekonomi Kota Balikpapan dan Provinsi Kaltim dapat dilihat dalam Gambar 1.2. Sumber: BPS Kota Balikpapan, 2000 2011 Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Balikpapan dan Kalimantan Timur, 2000 2011 (ADHK) Kontribusi sektoral terhadap PDRB Kota Balikpapan menunjukkan dua tren utama, yaitu sektor yang semakin meningkat dan sektor yang semakin turun kontribusinya terhadap PDRB Kota Balikpapan. Untuk sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertambangan dan penggalian; dan sektor industri pengolahan, sedangkan tujuh sektor lainnya mengalami peningkatan. Sektor pertambangan dan penggalian sejak tahun 2002 mengalami penurunan drastis. Hal ini dikarenakan pertambangan minyak di Kota Balikpapan sudah tidak menghasilkan lagi, sehingga kontribusi terhadap PDRB hanya berasal dari penggalian. Sektor industri pengolahan tahun 2000 mendominasi PDRB Kota Balikpapan hingga mencapai 53,91 persen, namun mengalami penurunan hingga

5 pada tahun 2008 besar kontribusinya sebesar 38,85 persen dan pada tahun 2011 turun kembali menjadi 31,50 persen. Rata-rata penurunan kontribusi mencapai 2,04 persen per tahun selama tahun 2000 sampai tahun 2011. Perlu menjadi perhatian khusus, di mana sektor industri pengolahan di Kota Balikpapan dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Balikpapan didominasi oleh industri pengilangan minyak bumi yang merupakan jenis industri berbasis sumber daya alam tidak terbarukan (non renewable resources based industry). Dominasi industri pengilangan minyak pada tahun 2000 mencapai 96,31 persen, tahun 2008 menurun menjadi 95,09 persen dan pada tahun 2011 menjadi 94,43 persen. Industri non migas hanya mencapai 3,69 persen tahun 2000 dan berkembang lambat menjadi 4,91 persen tahun 2008 dan tahun 2011 kembali meningkat menjadi 5,57 persen. Kontribusi industri pengilangan minyak bumi turun dengan rata-rata 2,02 persen per tahun, namun dominasi terhadap sektor industri pengolahan masih besar (94,43 persen tahun 2011) atau dominasi menurun lambat 0,17 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor industri pengolahan lainnya (non migas) belum mampu menggantikan peran sub sektor industri pengilangan minyak bumi. Kontribusi sektor industri pengolahan khususnya industri pengilangan minyak bumi saat ini cukup besar terhadap PDRB Kota Balikpapan (29,74 persen tahun 2011), namun dengan tren kontribusi menurun dari tahun ke tahun dengan rata-rata 2,02 persen per tahun (22,18 persen selama tahun 2000 2011). Bila kondisi ini tetap berlangsung tanpa adanya inovasi baru untuk meningkatkan performa industri pengilangan minyak bumi di Kota Balikpapan, maka dapat diperkirakan industri pengilangan minyak di Kota Balikpapan akan berakhir

6 sampai tahun 2026. Bahkan berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Kaltim menyebutkan bahwa cadangan minyak bumi di Kaltim hanya bisa dieksploitasi sekitar 10 tahun ke depan (Kaltim Pos, 2009). Gambaran umum mengenai kontribusi masing-masing sektor perekonomian Kota Balikpapan atas dasar harga konstan (ADHK) dapat dilihat dalam Gambar 1.3. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 7.67 23.53 6.80 13.09 26.93 Jasa-jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan komunikasi Perdagangan, Hotel dan Restoran Bangunan/ Konstruksi 40% 18.89 Listrik, Gas dan Air bersih 30% 53,91 Industri Pengolahan 20% 31.50 Pertambangan dan Penggalian 10% 0% 2.58 2.77 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertanian Sumber: PDRB Kota Balikpapan Menurut Lapangan Usaha, 2000 2011 Gambar 1.3 Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap Perekonomian Kota Balikpapan, 2000 2011 (ADHK) Tingginya inflasi merupakan permasalahan makro ekonomi yang dihadapi Kota Balikpapan dan hal ini menjadikan Kota Balikpapan sebagai kota dengan biaya hidup tinggi. Menurut Tutuk sebagai Tim Pengendali Inflasi Daerah (2012) tingginya inflasi di Kota Balikpapan disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang cukup tinggi yang berpengaruh pada tingginya daya beli. Selain itu infrastruktur yang kurang memadai juga menjadi penyebab tingginya harga

7 barang di Kota Balikpapan. Apalagi sekitar 90 persen barang di Kota Balikpapan berasal dari luar daerah, seperti dari Jawa Timur dan Sulawesi (Wibisono, 2012). Tingkat inflasi Kota Balikpapan tahun 2012 (6,41 persen) di atas Provinsi Kaltim (5,60 persen) dan nasional (4,30 persen) (BPS, 2012). Menurut Eca International (2011) Balikpapan masuk katagori kota mahal No 187 dunia dan 34 Asia di bawah Jakarta dan Surabaya dari 400 kota termahal dunia. Pengangguran masih menjadi permasalahan khusus di Kota Balikpapan. Tingkat pengangguran menunjukkan tren naik dari tahun 2000 ke tahun 2011, walaupun sempat turun pada tahun 2007, 2008 dan 2009. Pada tahun 2011 tingkat pengangguran di Kota Balikpapan mencapai 12,14 persen atau 34.773 jiwa. Sumber: Suseda Kota Balikpapan, 2000-2011 Gambar 1.4 Tingkat Pengangguran Kota Balikpapan, 2000-2011 Pendapatan per kapita (ADHB) Kota Balikpapan memang dapat dikatagorikan tinggi di tingkat nasional, namun masih di bawah rata-rata pendapatan per kapita di Provinsi Kaltim. Pada tahun 2011 pendapatan per kapita nasional sebesar Rp30.424.351,-, Kota Balikpapan mencapai Rp52.020.000,- (dengan migas) dan Rp31.800.000,- (tanpa migas), sedangkan pendapatan per kapita Provinsi Kaltim mencapai Rp105.849.208,- (dengan migas) dan

8 Rp65.415.052,- (tanpa migas). Kontribusi Migas dalam pembentukan pendapatan per kapita Kota Balikpapan mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 5,97 persen per tahun (Tahun 2000-2011). Permasalahan perekonomian yang mungkin akan timbul di Kota Balikpapan adalah ketidaksiapan Kota Balikpapan untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan pada sektor industri yang berbasis pada sumber daya tidak terbarukan. Bila upaya untuk mempersiapkan sektor-sektor unggul lainya tidak dilakukan dari sekarang, maka penurunan PDRB Kota Balikpapan akan drastis terjadi disaat industri pengilangan minyak sudah tidak beroperasi lagi. Pada akhirnya akan berdampak pada penurunan kinerja ekonomi yang ditunjukkan dengan penurunan pendapatan per kapita, peningkatan jumlah pengangguran, peningkatan jumlah masyarakat miskin dan permasalahan ekonomi lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kuncoro (2004: 82), pembangunan ekonomi yang didasarkan pada sumber daya alam tidak terbarukan tidak akan berkesinambungan (sustainable). Pembangunan ekonomi yang didasarkan pada sumber daya alam, mungkin tidak menguntungkan masyarakat dan pemerintah daerah dalam jangka panjang. Kinerja perekonomian Kota Balikpapan senantiasa di atas rata-rata Provinsi Kaltim, namun di sisi lain masih terdapat beragam permasalahan, yaitu pengangguran, kemiskinan, inflasi tinggi, pendapatan per kapita dengan kontribusi besar dari sub sektor industri yang berbasis sumber daya tidak terbarukan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kota Balikpapan belum berkualitas atau belum berkelanjutan. Perubahan struktur ekonomi yang terjadi di Kota Balikpapan merupakan dasar dalam mengetahui arah perkembangan

9 ekonomi kota melalui peran sektoral, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan. Konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kota Balikpapan harus mulai diterapkan dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat Kota Balikpapan baik di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Bagaimanakah proses perubahan struktur perekonomian Kota Balikpapan serta penentuan sektor unggul Kota Balikpapan sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan merupakan hal yang penting untuk dibahas lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang seperti diuraikan di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana peran sektoral dalam struktur perekonomian Kota Balikpapan pada tahun 2000 dan 2008? 2. Apakah terjadi perubahan struktur ekonomi Kota Balikpapan pada tahun 2000 dan 2008? 3. Bagaimanakah dampak ekstraksi sektor industri pengilangan minyak bumi terhadap perekonomian Kota Balikpapan tahun 2008? 4. Bagaimanakah penentuan sektor unggul sebagai upaya dalam mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kota Balikpapan?

10 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian yang secara spesifik mengkaji mengenai perubahan struktur ekonomi di Kota Balikpapan belum pernah dilakukan. Penelitian terkait struktur ekonomi pernah dilakukan oleh Resosudarmo (2001) di Provinsi Kalimantan Timur dengan Kota Balikpapan sebagai salah satu bagian wilayah penelitian. Penelitian dilakukan dengan analisis input-output meliputi analisis deskriptif, analisis keterkaitan ke depan dan ke belakang, analisis angka pengganda pendapatan rumah tangga dan ICOR. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian, periode data yang digunakan, dan ragam analisis yang digunakan. Penelitian ini mengambil lokasi Kota Balikpapan dengan menggunakan data Tabel Input-Output tahun 2000 dan 2008. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian meliputi analisis deskriptif, analisis angka pengganda (output multiplier, income multiplier, employment multiplier, dan indeks pengganda ekspor), analisis keterkaitan antarsektor (sektor kunci), Multiplier Product Matrix (MPM) analysis, Hypothetical Extraction Methods (HEM) analysis dan multifactor evaluation process (MFEP).

11 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Menganalisis peran sektoral dalam struktur perekonomian Kota Balikpapan tahun 2000 dan 2008, dengan indikator struktur penawaran dan permintaan, output, nilai tambah bruto, permintaan akhir, angka pengganda dan keterkaitan antarsektor (sektor kunci). 2. Menganalisis perubahan struktur ekonomi Kota Balikpapan berdasarkan economic landscape pada tahun 2000 dan 2008. 3. Menganalisis dampak ekstraksi sektor industri pengilangan minyak bumi terhadap perekonomian Kota Balikpapan. 4. Menyusun kebijakan prioritas sektor unggul Kota Balikpapan sebagai upaya mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kota Balikpapan. 1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perencanaan pembangunan ekonomi khususnya perencanaan kebijakan sektoral dengan diketahuinya sektor-sektor yang mampu menjadi unggulan dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi daerah yang berkualitas. 2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh masyarakat dalam menentukan bidang usaha yang bisa dikembangkan dan memiliki prospek ke depan yang lebih baik di Kota Balikpapan.

12 3. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh, ke dalam praktik yang sesungguhnya, khususnya pada permasalahan perubahan struktur ekonomi dan penentuan sektor unggul dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. 4. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini akan menambah referensi di bidang pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kebijakan pembangunan sektoral berdasarkan permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh suatu daerah. 1.4 Sistematika Penulisan Laporan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I pendahuluan, bagian ini berisi tentang latar belakang penelitian, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan pustaka dan alat analisis, bagian ini berisi tentang landasan teori (pembangunan ekonomi, perubahan struktur ekonomi, konsep pembangunan berkelanjutan, Model Input- Output), studi empiris terdahulu, dan alat analisis. Bab III analisis data dan pembahasan, bagian ini berisi tentang metoda penelitian (jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, kerangka penelitian), hasil analisis dan pembahasan. Bab IV kesimpulan dan saran, bagian ini berisi tentang temuan penting dalam penelitian dan saran yang dapat diajukan terkait penelitian.