BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Arsyad (dalam Ahmad Denil Efendi 1989 : 27) Mengemukakan bahwa tanah

Bencana Benc Longsor AY 11

Pengenalan Gerakan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

Stabilitas lereng (lanjutan)

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10 KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau tandus (Vera Sadarviana, 2008). Longsorlahan (landslides) merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor 2.2 Jenis Longsor

L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

Bab IV STABILITAS LERENG

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 1 ISSN (E) :

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Dedy Ardianto Fallo, Andre Primantyo Hendrawan, Evi Nur Cahya,

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arah bawah (downward) atau ke arah luar (outward) lereng. Material pembentuk

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB 8. Gerakan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana.

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V ARAHAN RELOKASI

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran material tersebut yang bergerak ke

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PEDOMAN PENATAAN RUANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB IV STUDI LONGSORAN

PENYEBAB BANJIR : 1. CURAH HUJAN TINGGI : 2. BUANG SAMH SEMBARANGAN 3. SELOKAN,SUNGAI ALIRAN AIR TERBENDUNG SAMPAH 4. RESAPAN AIR KE TANAH BERKURANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYELIDIKAN STABILITAS LERENG PADA JALUR JALAN KRUI-LIWA, KABUPATEN LIWA, PROVINSI LAMPUNG. Rachman SOBARNA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

Berilah tanda silang (X) huruf a, b,c, atau d pada jawaban yang paling tepat!

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH

PENDEKATAN BIOTIK DALAM PENGUATAN LERENG

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor (landslide) sering terjadi di daerah perbukitan di daerah tropik basah.kerusakan yang di timbulkan secara langsung maupun dampak panjangnya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang berada di daerah sekitar lereng. Kelongsoran akan terjadi apabila gaya tahan geser yang dipunyai tanah dilampaui oleh gaya geser yang terjadi pada tanah tersebut. Gejala seperti ini sangat penting diperhatikan, apabila daerah lereng tersebut digunakan sebagai lokasi pemukiman, jalan raya dan sebagainya, sehingga kelongsoran yang mungkin terjadi tidak akan membahayakan. Beberapa penyebab mungkin untuk bencana longsor adalah curah hujan yang tinggi,kondisi hodrologi,perubahan penggunaan lahan dan lain sebagainya. Longsor terjadi pada saat curah hujan yang tinggi,oleh karena itu curah hujan memiliki peranan besar untuk terjadinya longsor. Berdasarkan keadaan tersebut perlu adanya stabilisasi tanah untuk mencegah terjadinya longsor terutama pada saat musim penghujan. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang menyebabkan terjadinya longsor di Kecamatan Japah-Todanan, Kabupaten Blora? 2. Bagaimana upaya stabilisasi tanah yang dapat dilakukan di Kecamatan Japah-Todanan, Kabupaten Blora? 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tanah Longsor Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak kebawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai ke tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. B. Jenis-jenis Tanah Longsor Ada enam jenis tanah longsor,yaitu longsor translasi,rotasi,pergerakan blok,runtuhan batu,rayapan tanah,dan aliran bahan rombakan. Di Indonesia yang sering terjadi adalah longsor translasi dan longsor rotasi. 1. Longsor Translasi Longsor ini terjadi karena bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2

2. Longsor Rotasi Longsoran ini muncul akibat bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. 3. Pergerakan Blok Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsor jenis ini disebut juga longsor translasi blok batu. 4. Runtuhan Batu Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain bergerak kebawah dengan cara jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada lereng yang terjal sampai menggantung, terutama di daerah pantai. 5. Rayapan Tanah Longsor ini bergerak lambat serta serta jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah beberapa lama terjadi longsor jenis rayapan, posisi tiang-tiang telepon, pohon-pohon, dan rumah akan miring kebawah. 6. Aliran Bahan Rombakan Longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air dan terjadi di sepanjang lembah yang mencapai ratusan meter jauhnya. Kecepatan bergantung pada kemiringan lereng, volume air, tekanan air dan jenis materialnya. C. Faktor-faktor Penyebab Longsor Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alam dan faktor manusia: 3

a) Faktor alam Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, strukutur sesar dan kekar, gempa bumi, stragrafi dan gunung berapi. Iklim : curah hujan yang tinggi. Keadaan topografi : lereng yang curam. Keadaan air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika. Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis. Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. b) Faktor manusia Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng. Kegagalan struktur dinding penahan tanah. Penggundulan hutan. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman. D. Tanda-tanda akan Terjadi Longsor a) Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya terjadi setelah hujan. b) Munculnya mata air baru secara tiba-tiba. c) Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan. d) Jika musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya langsung hilang. e) Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar. f) Pohon/tiang listrik banyak yang miring. 4

E. Pencegahan Terjadinya Tanah Longsor a) Jangan membuka lahan persawahan dan membuat kolam di lereng bagian atas di dekat pemukiman. b) Buatlah terasering ( sengkedan ) pada lereng yang terjal bila membangun pemukiman. c) Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah dan melalui retakan tersebut. d) Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak. e) Jangan menebang pohon di lereng. f) Jangan membangun rumah di bawah tebing. 5

BAB III PEMBAHASAN A. Analisis Kelongsoran di Kecamatan Japah-Todanan, Kabupaten Blora 1. Situasi Daerah Daerah longsor di Kecamatan Japah-Todanan, Kabupaten Blora, merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan lereng tidak begitu curam yaitu antara 30 0-45 0. Jenis lapisan tanah terdiri atas lapisan lempung cokelat. Daerah sekitar merupakan daerah subur. Berbagai tanaman seperti singkong, pisang, kelapa, dan lain-lain banyak tumbuh di daerah ini. Gambar longsoran tanah 2. Waktu Kelongsoran Jalan provinsi Jawa Tengah yang berada di Kecamatan Japah - Todanan, Kabupaten Blora longsor dengan kondisi hingga memakan separuh badan jalan. Longsornya akses transportasi vital warga antar kecamatan dan desa itu sempat membuat warga khawatir bila badan jalan semakin ambles sehingga jalan di tutup. 6

Di lokasi longsoran antara Kecamatan Japah dan Todanan pada longsoran sejauh 2 meter tersebut dengan kedalaman sekitar 7 meter. Di perkirakan pemicu longsoran karena struktur tanah di sekitar lokasi longsoran labil dan merupakan tanah lempung. Sehingga ketika terguyur hujan deras tanah kemudian labil dan longsor pun terjadi tanpa bisa diperkirakan sebelumnya..3. Bentuk Kelongsoran Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, bahwa jenis kelongsoran yang terjadi adalah translational slip, yaitu kelongsoran yang terjadi pada bagian lapisan permukaan saja. Kelongsoran tersebut dapat terjadi karena kondisi lapisan tanah yang ada di daerah longsor, lapisan permukaan berupa tanah lempung. Adapun bentuk kelongsorannya secara skematis dapat dilihat pada gambar berikut : 3. Analisa Kelongsoran Gambar Translation Slip Kelongsoran dapat terjadi, apabila kekuatan geser tanah (daya tahan longsor) telah terlampaui oleh besarnya gaya yang melongsorkan. Berdasarkan kondisi lapisan tanah, bahwa kekuatan geser yang ada ditentukan oleh beratnya tanah yang akan longsor ditambah beban yang ada di atasnya serta besarnya nilai lekatan antara dasar tanah lempung dengan permukaan lapisan cadas yang ada di bawahnya. Sedangkan besarnya gaya yang melongsorkan (gaya geser) 7

dipengaruhi oleh beratnya tanah yang akan longsor, juga beban-beban lain yang ada di atasnya, seperti rumah penduduk dan lain-lain. Berdasarkan data yang dapat dikumpulkan, bahwa besarnya gaya penahan maupun gaya yang melongsorkan dapat diuraikan sebagai berikut, lihat gambar: Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan, bahwa kelongsoran yang terjadi di daerah Kecamatan Japah-Todanan tersebut, dapat disebabkan karena banyaknya air hujan yang meresap ke dalam badan lereng, sehingga kekuatan geser tanah mengecil, sehingga tanah mudah longsor. Parameter tanah lempung berdasarkan harga angka keamanan (n) di misalkan lebih besar dari pada 1 berarti aman, dapat diketahui bahwa dalam keadaan normal lereng aman terhadap bahaya longsor. Jika angka keamanan (n) misal terjadi lebih kecil dari 1 maka di perkirakan tanah tidak aman dan dapat terjadi longsor. 8

B. Penanggulangan Longsor Untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya kelongsoran pada suatu lereng, dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan hasil analisa yang dilakukan. Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah, antara lain: 1. Penanggulangan Akibat Iklim a. Pembuatan Drainase Bawah Permukaan Air merupakan salah satu faktor penyumbang ketidakmantapan lereng, karena akan meninggikan tekanan air pori. Pengendalian air ini dapat dilakukan dengan cara sistem pengaturan drainase lereng baik dengan drainase permukaan maupun bawah permukaan. Pemilihan metode ini cocok digunakan dalam upaya pencegahan tetapi jika pada sebelumnya telah terjadi gerakan tanah maka diperlukan beberapa metode penanggulangan sebagai pendukung. b. Penanaman Tumbuhan-Tumbuhan Tumbuh-tumbuhan mempengaruhi stabilitas lereng. Peran tumbuhan dalam kestabilan lereng bergantung pada tipe tumbuhtumbuhan. Tahanan yang paling efektif adalah apabila akar-akar menembus tanah sampai ujungnya menembus retakan atau rekahan batuan dasar. Pengaruh merugikan dari tanaman kayu terkait dengan bertambahnya beban luar dan bahaya penggulingan atau akar tercaput ketika angin topan. Pohon yang tertiup angin merupakan beban dinamis yang mengganggu kestabilan lereng.jika akar tercabut maka kestabilan lereng dapat terganggu. Derajat ketergangguan bergantung pada posisi pohon terhadap bidang longsor potensialnya. Masalah beban yang timbul akibat pohon-pohon yang tertiup angin dapat dihilangkan dengan pemilihan jenis pohon yang cocok. Menanam tumbuhan kecil dengan akar dalam akan menghindarkan masalah hembusan angin. 9

2. Dinding Penahan Tanah Penambatan merupakan cara penanggulangan yang bersifat mengikat atau menahan massa tanah yang bergerak, sedangkan tindakan lain dilakukan bila penanggulangan dengan cara mengubah geometri lereng, mengendalikan air dan penambatan tidak dapat diterapkan. Penambatan tanah umumnya dilakukan dengan bangunan penahan yang berfungsi sebagai penahan terhadap massa tanah yang bergerak, sehingga meningkatkan tahanan geser.bangunan penahan yang cocok dipakai untuk kasus ini adalah tembok penahan. Karena karakteristik tanah yang lempung jenuh mengakibatkan besar beban tanah yang sedemikian besar. Apabila hanya ditunjang turap maka berpotensi terguling.tembok penahan merupakan bangunan penambat tanah dari pasangan batu, beton atau beton bertulang. Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap). 10

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Bencana longsornya tanah di Kecamatan Japah Todanan,Kabupaten Blora ini di karenakan curah hujan yang tinggi sebelum bencana longsor itu terjadi. Sehingga terlalu banyaknya air hujan yang meresap ke dalam badan lereng, sehingga kekuatan geser tanah mengecil, sehingga tanah mudah longsor. Penanggulangannya dapat di lakukan dengan beberapa metode seperti pembangunan drainase untuk aliran air permukaan atau membuat dinding penahan tanah. Namun walaupun cara-cara ini sangat efektif dan cukup cepat di rasakan manfaatnya dan tahan lama, di sisi lain memang membutuhkan biaya yang cukup besar dan di pandang kurang ekonomis. Dan alternatif lain dengan penanaman tumbuhan dengan memperhatikan pertimbangan yang lainnya untuk keamanan stabilitas lereng. B. Saran Penanggulangan bencana longsor perlu partisipasi semua pihak, termasuk masyarakat setempat. Warga yang tinggal di daerah rawan longsor perlu diberdayakan untuk mengenali gejala awal longsor dan aktif memantau di lapangan sehingga antisipasi dini bisa dilakukan. Masyarakat lokal perlu dilatih untuk mengenali gejala awal terjadinya tanah longsor seperti adanya retakan tanah di kawasan lereng. 11

DAFTAR PUSTAKA Anonymousd.2010.http://id.shvoong.com/exact-sciences/earthsciences/1980537- manajemen-bencana-tanah-longsor/. Hardiyatmoko, Hari C. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. UGM Press. Yogyakarta. L.D Wesley, 1977. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta Selatan. R.F. Craig, Penerjemah Budi Susilo S. Mekenika Tanah. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta. 12