BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sistem perbankan nasional di Indonesia. Tidak sedikit bank-bank yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Apakah tata kelola perusahaan (good corporate governance) masih

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. berhasil diraih organisasi dalam setahun. Isi dari laporan tahunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Krisis Corporate Governance pertama terjadi pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dimana hal ini menciptakan persaingan antar perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kestabilan moneter dan sebagai lalu lintas pembayaran. Banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh buruknya pelaksanaan praktik-praktik Good Corporate Governace dalam

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan milik negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. komisaris yang lebih besar dari jumlah direksi. Dari penelitian Bank

BAB I PENDAHULUAN. ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan (Irwan, 2013). Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. membuat berjalannya sistem perekonomian. Dalam beberapa tahun terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. masih bersifat private atau belum go public, nilai perusahaan ditetapkan oleh lembaga

BAB V PENUTUP. 1. Exchange rate, GCG (kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah terjadinya berbagai perubahan dalam bidang ekonomi, ekonomi juga memberikan dampak bagi negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. badan-badan yang dibentuk di beberapa negara, serta komite-komite yang

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20,

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kinerja perusahaan. Pada awalnya corporate governance lahir

Disusun oleh : Irwan Budhi Setiawan B

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. (Pakto 88), menjadi 240 bank pada tahun Sedangkan Bank

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan publik besar dan kantor akuntan publik (KAP) besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Tiap jenis perusahaan menghasilkan sesuatu yang menarik konsumen untuk. dalam perusahaan yang dapat merusak kepercayaan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. bangkrut, buruknya kinerja perbankan nasional, banyaknya kredit macet, rendahnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 16 /PBI/2000 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank.

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pada para pelaku ekonomi dengan didasarkan kepada data-data akuntansi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan banyaknya pendirian bank-bank. Baik itu bank milik pemerintah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PNDAHULUAN. lembaga intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di lingkungan eksternal. Persaingan yang ketat membuat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia, isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kestabilan keadaan perusahaan. Pertimbangan-pertimbangan yang. dengan melakukan efisiensi modal kerja (Ristanti dkk, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak bank yang mengalami kebangkrutan yang diawali oleh

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Krisis ekonomi yang dimulai sejak tahun 1997/1998 telah membawa dampak pada kerusakan sistem perbankan nasional di Indonesia. Tidak sedikit bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas sehingga terpaksa dilikuidasi, dibekukan kegiatan usahanya dan menjadi pasien Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Bank-bank lain yang masih layak usaha harus dibantu Pemerintah melalui langkah pengambil-alihan (take over) dan Program Rekapitalisasi. Bank-bank dimaksud tidak hanya bank umum swasta nasional, tetapi termasuk juga bank milik Pemerintah/Badan Usaha Milik Negara (BUMN), baik bank yang telah go public (PT terbuka) maupun yang belum go public (PT tertutup). Sinstesis dari berbagai kajian menunjukkan bahwa krisis yang dialami Indonesia disebakan oleh 6 faktor pokok 1 : Pertama, pertumbuhan ekonomi yang pesat sebelum krisis lebih didorong oleh karena pertumbuhan investasi dan bukan karena efisiensi dan inovasi. Booz-Allen & Hamilton menemukan fakta bahwa pertumbuhan antara 1990-1996 yang sangat cepat disebabkan oleh pertumbuhan pasar modal yang mencapai 35 % per tahun, sedangkan investasi di sektor riil justru ditempatkan pada sektor yang kurang produktif seperti real estate. Kedua, sebagian nilai pasar perusahaan-perusahaan yang tercatat di pasar modal di kawasan ini adalah overvalued. McKinsey & Co menemukan bahwa sekitar 90 % nilai pasar perusahaan publik Indonesia ditentukan oleh harapan pertumbuhan perusahaan 1 Tanri Abeng, Kelemahan Fundamen Mikro Perekonomian Indonesia, dalam Sofyan A. Djalil, Good Corporate Governance, Makalah, September 2000

2 (growth expectation), dan hanya 10 % sisanya ditentukan oleh current earning stream, yaitu kemampuan riil perusahaan dalam menciptakan laba. Sebagai pembanding, nilai pasar perusahaan-perusahaan publik yang sehat di negara-negara maju hanya 30 % yang ditentukan dari growth expectation, 70 % sisanya ditentukan oleh kinerja riil perusahaan atau current earning stream. Ketiga, struktur finansial perusahaan pada dasarnya tidak sehat. Sejumlah perusahaan besar di luar perbankan, mengandalkan pinjaman lebih dari 100 % dibandingkan ekuitas. Padahal komposisi dana eksternal yang sehat umumnya di bawah 50 % dari ekuitinya sehingga perusahaan tersebut memiliki daya tahan yang tinggi terhadap krisis. Keempat, dalam proses penyaluran kredit terjadi praktek mark-up sehingga pada akhirnya hanya menghancurkan struktur kapital itu sendiri. Temuan Booz Allen & Hamilton menunjukkan bahwa mark-up dari dana pinjaman yang diminta (application of funds) sampai 10 kali operating cash flow yang riil. Jika pun tidak di mark-up, perusahaanperusahaan tersebut berusaha menutup kekurangan biaya untuk operasi dari pinjaman. Akibatnya perusahaan akan rugi terus-menerus, meminjam dana dari luar negeri, yang bahkan melampaui pendapatan operasionalnya sendiri sehingga mengalami deteorating financial performance. Kelima, terjadi konsentrasi ekonomi yang tidak sehat. Data di tahun 1996 menunjukkan bahwa puncak piramida struktur ekonomi Indonesia hanya diisi oleh 200 konglomerat swasta yang dimiliki oleh kurang lebih 50 keluarga dan 100 BUMN besar. Di lapisan tengah hampir kosong. Sementara di lapisan bawah terdapat lebih kurang 39 juta pelaku ekonomi kecil dan koperasi termasuk sektor informal. Laporan Bank Dunia tentang Private Sector di tahun 1999 mencatat, Indonesia memiliki konsentrasi kepemilikan

3 perusahaan publik tertinggi di Asia (61,7 %) dibanding Malaysia (28,3 %), Thailand (53,5 %), Singapura (29,9 %), dan Jepang hanya 2,8 %. Keenam, runtuhnya perekonomian Indonesia juga disebabkan oleh karena tidak adanya good corporate governance di dalam pengelolaan perusahaan. Karakteristik lemahnya Corporate Governance di Asia Tenggara adalah (Suprayitno, G., dkk., 2004 : 14): 1. Konsentrasi kepemilikan dan kekuatan insider shareholders (termasuk pemerintah dan pihak-pihak yang berhubungan dengan pusat kekuatan), 2. Lemahnya governance sektor keuangan, 3. Ketidakcukupan dan ketidakefektifan internal rules dan lingkungan hukum yang melindungi investor luar berhadapan dengan pemegang saham mayoritas dan manajer. Herwidayatmo mengelompokkan praktek-praktek di Indonesia yang bertentangan dengan konsep Good Corporate Governace menjadi (Suprayitno, G., dkk., 2004:15): 1. Konsentrasi kepemilikan oleh pihak tertentu yang memungkinkan terjadinya hubungan afiliasi antara pemilik, pengawas dan direktur perusahaan, 2. Tidak efektifnya peran Dewan Komisaris, 3. Lemahnya law enforcement. Karakteristik lemahnya Corporate Governance yang melekat di perusahaanperusahaan Indonesia dan terjadinya berbagai skandal menyebabkan rendahnya penilaian penerapan GCG di Indonesia. Kajian Booz Allen & Hamilton pada tahun 1998 menunjukkan bahwa indeks good corporate governance Indonesia adalah yang paling rendah di Asia Timur (2,88) dibanding Malaysia (7,72), Thailand (4,89), Singapura (8,93) dan Jepang (9,17). Hal tersebut diperparah oleh inefisiensi hukum dan pengadilan. Dalam

4 studi yang sama ditemukan bahwa indeks efisiensi hukum dan peradilan di Indonesia hanya 2,5, jauh apabila dibandingkan dengan Malaysia (9,00), Thailand (3,25), Singapura (10,00) dan Jepang (10,00). Terpuruknya sektor perbankan selain disebabkan oleh melemahnya nilai tukar mata uang sehingga menimbulkan masalah likuiditas bagi bank, juga diperberat oleh lemahnya kondisi internal perbankan, antara lain, kurangnya atau tidak diterapkannya prinsip kehatihatian dan prinsip GCG oleh bank. Hal ini terlihat dalam praktek pemberian kredit yang berlebihan pada pihak terkait dan kelompok-kelompok usaha tertentu dan pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); kelemahan manajemen bank dan intervensi pemilik yang dominan terhadap kegiatan operasional bank; kecenderungan para pemilik dan pengurus bank untuk melakukan berbagai penyimpangan dan pelanggaran (moral hazard). Para pemegang saham menggunakan kedudukannya untuk memanfaatkan bank bagi kepentingannya sendiri. Misalnya untuk memberikan bantuan pembiayaan bagi perusahaannya sendiri atau perusahaan yang terkait dengan dirinya. Contoh lain penyebab buruknya kondisi perbankan di Indonesia adalah campur tangan pemilik yang berlebihan dalam manajemen bank, bahkan tidak sedikit pemilik bank yang merangkap jabatan sebagai pengurus bank. Bank-bank swasta hampir seluruhnya dimiliki oleh atau merupakan bagian dari konglomerat besar yang bergerak dibidang usaha non bank seperti properti dan manufaktur. Dengan struktur kepemilikan seperti itu, peran komisaris yang berdasarkan undang-undang bertugas mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perusahaan menjadi tidak efektif. Kedudukan komisaris diisi oleh pemilik bank atau diangkat sebagai jabatan kehormatan. Hal ini menyebabkan fungsi pengawasan

5 internal bank tidak berjalan, sehingga pengawasan bank bergantung sepenuhnya kepada pengawas bank yaitu Bank Indonesia. Praktek itulah yang banyak terjadi dalam perbankan Indonesia pada periode sebelum terjadinya krisis moneter 1997. Perilaku itu menjadi salah satu penyebab utama rapuhnya ketahanan perbankan di Indonesia. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang dalam bekerjanya dilandasi prinsip kepercayaan. Krisis perbankan mengakibatkan krisis kepercayaan dari masyarakat kepada perbankan nasional. Hal ini berdampak pada buruknya kinerja pemulihan ekonomi nasional dan mempengaruhi iklim investasi yang sedang digalakkan karena buruknya citra perbankan nasional. Dimana dalam era globalisasi/pasar bebas, baik investor asing maupun domestik akan menanamkan modalnya di sebuah negara dengan menggunakan jasa perbankan. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi hanya dapat mempunyai dampak jangka panjang dan mendasar apabila disertai tiga tindakan penting lain, yaitu: (i) Ketataan terhadap prinsip kehati-hatian; (ii) Pelaksanaan GCG; dan (iii) Pengawasan yang efektif dari Otoritas Pengawas Bank. Terjadinya kasus-kasus kejatuhan perusahaan-perusahaan besar termasuk bank dan krisis perbankan yang terjadi, telah mendorong semakin kerasnya tuntutan agar bank lebih transparan dalam menjelaskan kondisi bank, termasuk implementasi prinsip-prinsip GCG. Pelaksanaan GCG menjadi faktor penting bagi bank untuk membangun dan memulihkan kepercayaan masyarakat. Untuk bangkit dari krisis ekonomi, perbankan harus bersaing secara global guna mendapatkan modal. GCG sudah menjadi keharusan, karena investor (global) menjadikan hal tersebut sebagai salah satu syarat.

6 Guna meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundanga-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan, Bank Indonesia telah menerbitkan, antara lain, Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, dan Surat Edaran kepada Semua Bank Umum Konvensional Di Indonesia Nomor 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. a Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, permasalahan yang hendak penulis teliti adalah: a. Bagaimana penerapan prinsip GCG dalam Perbankan? b. Apa sanksi terhadap bank yang tidak melaporkan penerapan prinsip GCG? b Keaslian Penelitian Setelah dilakukan penelusuran kepustakaan di perpustakaan program pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, berkaitan dengan permasalahan penerapan atau pelaksanaan prinsip GCG telah menarik minat mahasiswa Fakultas Hukum untuk menulis dan menelitinya, yaitu:

7 a. Pelaksanaan Pasal 3 Undang-undang Perseroan Terbatas Sebagai Implementasi Good Corporate Governance di Indonesia yang ditulis oleh Siti Nur Intihani, Mahasiswa Program Studi Magister Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada angkatan 2001. b. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Pada PT Tertutup (Studi Kasus PT Bali Giri Kencana dan PT Taman Burung Citra Bali Internasional) yang ditulis oleh A A Gede Duwira Hadi Santoso, Mahasiswa Program Studi Magister Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada angkatan 2002. Penelitian yang membahas tentang penerapan prinsip GCG di bidang perbankan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah pengetahuan mengenai prinsip GCG di bidang perbankan serta memperdalam hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya. c Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan diperoleh kegunaan atau manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritikal : 1.1. menambah khazanah pengetahuan mengenai GCG di bidang perbankan; 1.2. memasyarakatkan prinsip GCG tidak hanya pada kalangan perbankan, tetapi juga terhadap pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder). 2. Secara Praktikal : 2.1. menumbuhkan kesadaran akan pentingnya GCG dalam pengelolaan bank; 2.2. tidak terulang kembali krisis perbankan sebagaimana telah terjadi pada tahun 1997/1998.

8 2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui praktik penerapan prinsip GCG dalam Perbankan dan sanksi terhadap bank yang tidak melaporkan penerapan prinsip GCG.