BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak dijumpai pasangan yang lebih memilih untuk melakukan nikah siri

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun demikian, perkawinan di bawah

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB IV ANALISIS TENTANG MEKANISME DAN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI. A. Analisis Mekanisme Perkawinan Usia Dini di desa Kalilembu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. hlm Muhammad Idris Ramulya, Hukum Pernikahan Islam, Suatu Analisis dari Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang mempunyai banyak pulau serta keragaman

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. bawah umur yang berlaku di Kota Batam ; Sebagaimana berlaku di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

Falasifa, Vol. 7 Nomor 1 Maret

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu fase kehidupan yang lazim dilakukan oleh setiap manusia dewasa, siap secara lahir dan batin, serta memiliki rasa tanggung jawab dalam membangun sebuah rumah tangga menikah bukalahn suatu beban penghalang kehidupan manusia, tetapi justru berfungsi membangun kehormatan pergaulan dalam rumah tangga yang di bina oleh pasangan suami istri. Islam mensyariatkan perkawinan supaya manusia mempunyai ketutunan dan keluarga yang sah untuk menuju ke kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat. Walgito (2000) mengatakan, Pernikahan merupakan aktivitas yang mempunyai tujuan tertentu. Pernikahan juga mempunyai pendorong tertentu pula. Sehingga seseorang melangkah ke jenjang perkawinan. Berkaitan dengan itu pula timbul pertanyaan apakah yang mendorong dan melatar belakangi terjadinya perkawinan itu. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihakpihak yang usianya belum mencapai yang dimaksud dalam Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu pria sudah mencapai umur 19 tahun dan wanita umur 16 tahun tetapi dalam penulisan ini para pihaknya belum mencapai umur yang ditentukan. Pernikahan harus dapat dipertahankan oleh kedua belah pihak agar dapat mencapai tujuan dari pernikahan tersebut. Dengan demikian, perlu adanya kesiapankesiapan dari kedua belah pihak baik secara mental maupun material. Untuk menjembatani antara kebutuhan kodrati manusia dengan

2 pencapaian esensi dari suatu perkawinan, Undang-undang Perkawinan telah menetapkan dasar dan syarat yang harus dipenuhi dalam perkawinan. Salah satunya yaitu yang tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi : Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Ketentuan ini diadakan ialah untuk menjaga kesehatan suami istri dan keturunan, dan karena itu dipandang perlu diterangkan batas umur untuk perkawinan dalam Undang-undang Perkawinan. Salah satu asas atau prinsip perkawinan yang ditentukan dalam Undang-undang Perkawinan adalah bahwa calon suami isteri itu harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan yang masih di bawah umur. Di samping itu, perkawinan mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan. Ternyata batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk kawin, mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batas umur yang lebih tinggi. Dalam konteks hak anak, sangatlah jelas seperti yang tercantum dalam Pasal 26 ayat 1 butir c UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan di usia anak-anak. Pada prespektif hak anak pencantuman kalimat tersebut merupakan keharusan yang harus menjadi perhatian bersama, hal ini disebabkan anak-anak yang terpaksa menikah dalam usia yang masih tergolong anak dilihat dari aspek hak anak, mereka akan terampas hak-haknya, seperti hak bermain, hak pendidikan, hak untuk tumbuh berkembang sesuai dengan usianya dan pada akhirnya adanya keterpaksaan untuk menjadi orang dewasa. Disisi lain, terjadinya

3 perkawinan anak di bawah umur seringkali terjadi atas dasar faktor ekonomi (kemiskinan). Banyak orang tua dari keluarga kurang mampu beranggapan bahwa dengan menikahkan anaknya, meskipun anak yang masih di bawah umur akan mengurangi beban ekonomi keluarga dan dimungkinkan dapat membantu beban ekonomi keluarga tanpa berpikir akan dampak positif ataupun negatif terjadinya pernikahan anaknya yang masih di bawah umur. Kondisi ini pada akhirnya memunculkan aspek penyalahgunaan kekuasaan atas ekonomi dengan memandang bahwa anak merupakan sebuah properti/aset keluarga dan bukan sebuah amanat dari Tuhan yang mempunyai hak-hak atas dirinya sendiri serta yang paling keji adalah menggunakan alasan terminologi agama. Satu hal yang juga harus menjadi perhatian bersama adalah mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak dalam memberikan hak pendidikan, hak tumbuh kembang, hak bermain, hak mendapatkan perlindungan dari kekerasan, segala bentuk eksploitasi, dan diskriminasi. Serta yang paling penting adalah menempatkan posisi anak pada dunia anak itu sendiri untuk berkembang sesuai dengan usia perkembangan anak. Oleh karena itu, ditentukan batas umur untuk melaksanakan perkawinan yaitu 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita. Bahkan dianjurkan perkawinan itu dilakukan pada usia sekitar 25 tahun bagi pria dan 20 tahun bagi wanita. Namun demikian dalam keadaan yang sangat memaksa (darurat), perkawinan di bawah batas umur minimum sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perkawinan tersebut dimungkinkan setelah memperoleh dispensasi dari pengadilan atas permintaan orang tua. Namun kenyataan masih banyak yang terjadi kasus pernikahan di bawah umur. Hal ini juga terjdi pada masyarakat Desa Kutamaneuh Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang Jawa Barat, melalui penelitian yang dilakukan banyak alasan yang melatarbelakangi masyarakat tersebut melakukan pernikahan di bawah umur, yakni faktor adat atau kebiasaan yang turun temurun dilakukan oleh keluarganya atau

4 masyarakat setempat melaksanakan pernikahan di bawah umur, faktor pengetahuan dan pemahaman yang kurang terhadap resiko pernikahan di bawah umur. Kemudian kekhawatiran orang tua mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang, faktor ekonomi yakni terlilit kemiskinan, ada pula yang disebabkan karena takut tidak laku, ataupun paksaan dari orang tua dan lain sebagainya tanpa menimbang dan memikirkan bagaimana dampak dari pernikahan di bawah umur terhadap hak anak. Inilah yang menjadi perhatian utama ketika pernikahan di bawah umur dianggap suatu tradisi yang dilakukan secara turun temurun,, karena jika tidak maka aka nada sanksi sosial yang akan didapat yakni cemoohan dari masyarakat sekitarya. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk penelitian yang dirumuskan dalam judul Kesadaran Hukum Masyarakat Mengensi Pernikahan Dibawah umur Terhadap Hak Anak Menurut UU No. 1 Tahun 1974 dan UU No. 23 Tahun 2002 di Desa Kutamaneh Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang B. Identifikasi Masalah dalam Penelitian ini sebagai berikut : berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat mengidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak 2. Masyarakat tidak mengetahui mengenai isi UU No. 1 Tahun 1974 dan UU No. 23 Tahun 2002 3. Mengenai tinjauan kesehatan anak yang menikah dibawah umur mempunyai banyak resiko secara fisik dan mental C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang telah diuraikan sebelimnya maka yang menjadi pokok masalah yaitu:

5 1. Bagaimana pemahaman masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur di Desa Kutamaneuh Kecamatan Tergalwaru Kabupaten Karawang? 2. Faktor apa saja yang turut mempengaruhi permasalahan sehingga anak berani melakukan pernikahan di bawah umur di Desa Kutamaneuh Kecamatan Tergalwaru Kabupaten Karawang.? 3. Bagaimana dampak kesehatan anak bagi yang melakukan pernikahan di bawah umur di Desa Kutamaneuh Kecamatan Tergalwaru Kabupaten Karawang.? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Searah dengan rumusan masasalah yang diatas akan di ajukan maka tujuan penelitian ini adalah unruk mengetahui tingkat kesadaran hukum masyarakat mengenai mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak menurut UU No. 1 Tahun 1974 dan UU No. 23 Tahun 2002 di Desa Kutamaneh, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang Jawa Barat. 1. Tujuan Khusus Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji: a. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa Kutamaneuh Kecamatan Tergalwaru Kabupaten Karawang. b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang turut mempengaruhi permasalahan sehingga anak berani melakukan pernikahan di bawah umur di Desa Kutamaneuh Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang. c. Untuk mengetahui dampak apa saja yang akan terjadi terutama mengenai kesehatan anak yang menikah dibawah umur.

6 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis secara teoritis penelitian ini dapat memperoleh data baru yang bisa di jadikan sebagai bahan kajian untuk mengurangi pelaksanaan pernikahan dibawah umur mengingat adanya hukum dari pelaksanaan pernikahan dibawah umur tersebut terhadap hak anak sebagaimana mestinya dan berguna bagi ilmu pengetahuan sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum. Penelitian ini dapat memperoleh data tentang pernikahan dibawah umur terhadap hak anak. 2. Manfaat Praktis a. Mampu melihat secara kritis tentang akibat hukum pelaksanaan pernikahan dibawah umur terhadap hak anak. b. Mampu memberikan kontribusi positif terhadap berbagai pihak mengenai pentingnya memahami dan meningkatkan pola pikir masyarakat mengenai pernikahan dibawah umur terhadap hak anak di Desa Kutamaneuh Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang. c. Dijadikan referensi untuk menambah wawasan sekaligus untuk menambah stimulus untuk mengguguh kesadaran dan melaksanakan sesuai dengan peratuan perundang-undangan yang ada. d. Menjadi bahan pengkajian untuk peneliti mengenai dampak dari pernikahan dibawah umur di Desa Kutamaneuh Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang F. Definisi Oprasional untuk menghindari kesalahan penafsiran istilah dan memudahkan pemahaman permasalahan penelitian, maka perlu didefinisikan beberapa istilah penting bagai berikut: 1. Kesadaran kesadaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 975) diartikan sebagai keinsyafan atau keadaan mengarti dan merupakan hal

7 yang dirasakan atau dialami seseorang. Sedangkan sadar sebagai kata sadar dari kesadaran berarti insyaf, merasa, tahu, dan mengerti.secara umum didefinisikan secara sesuatu hal dapat dikatakan amat berharga terutama dalam rangka mempelajari lebih mendalam tentang suatu ilmu pengetahuan. 2. Hukum Hukum sebagai himpunan peraturan-peraturan (perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati (Kansil, 1986:38 3. Masyarakat Masyarakat yaitu orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Soekanto, 2004:24) 4. Hak Menurut Kamus Bahasa Indonesia Hak itu sesuatusesuatu yang penting bagi yang beresangkutan, yang dilindungi oleh hukum, yakni hak itu suatu kepentingan terlindungi. G. Sistematika Skripsi 1. Judul 2. Lembar Pengesahan Skripsi 3. Motto & Persembahan 4. Pernyataan Keaslian Skripsi 5. Kata Pengantar 6. Ucapan Terima Kasih 7. Abstrak 8. Daftar Isi 9. Daftar Tabel 10. Daftar Gambar 11. Daftar Lampiran

8 12. Bab I Pendahuluan : Berisi mengenai uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalahn, tujuannpenelitian, manfaat penelitian, definisi oprasional, sistematika skripsi. 13. Bab II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran : Pada bab ini diuraikannya dokumen/kepustakaan yang teoritis serta berkaitan dengan penelitian serta teori-teori yang memiliki hubungannya dengan penulisan peneliti. 14. BAB III Metode Penelitian : Didalam bab ini dituliskan dan dipaparkan mengenai metode apa yang akan digunakan dalam penelitian, seperti metode penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, pengeumpulan data dan instrumen penelitian, teknik analisis data, prosedur penelitian. 15. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan : Dalam bab ini berisikan tentang penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan mengenai kesadaran hukum masyarakat mengenai perikahan dibawah umur terhadap hak anak menurut UU No. 1 Tahun 1974 dan UU No. 23 Tahun 2002 di Desa Kutamaneh Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang 16. Bab V Simpulan dan Saran : pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diidentifikasi 17. Daftar Pustaka Daftar Lampiran