BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rancangan penelitian case control, yaitu untuk mempelajari

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini melingkupi bidang Anestesiologi. Penelitian ini dimulai sejak tanggal 28 Mei 2014 hingga 28 Juni 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN. Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi.

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS. environment

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Obstetri dan Ginekologi dan Patologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. Diikuti prospektif. Perawatan terbuka (Kontrol)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ruang lingkup disiplin Ilmu Kesehatan. Kulit dan Kelamin dan Mikrobiologi Klinik.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah. ada tindak lanjut (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi pada Juli 2013

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kampus Fakultas Kedokteran Undip pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis RSUP Dr. Kariadi

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu observasional, analitik, studi kasus kontrol untuk melihat perbandingan akurasi skor wells dengan skor padua dalam memprediksi risiko trombosis vena tungkai bawah. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan pada Rumah Sakit H. Adam Malik di Kota Medan pada Divisi Hematologi & Onkologi Medik dan Radiologi sampai sampel terkumpul yang dimulai pada Januari 2015. 3.3. Populasi dan Sampel Populasi target adalah penderita risiko trombosis usia diatas 18 tahun. Populasi terjangkau adalah penderita risiko trombosis usia diatas 18 tahun yang berkunjung ke Rumah Sakit H. Adam Malik sampai sampel terpenuhi dan memenuhi kriteria. 3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria inklusi 1. Penderita risiko trombosis berusia diatas 18 tahun yang berkunjung ke Rumah Sakit H. Adam Malik Medan. 2. Bersedia menatati prosedur penelitian dan menandatangani informed consent. Kriteria ekslusi 1. Menggunakan antikoagulan oral atau injeksi. 2. Menggunakan antiagregasi. 13

3.5. Perkiraan besar sampel Perkiraan besar sampel ditentukan dengan rumus uji hipotesis dengan 2 proporsi dengan dua kelompok independen dengan rumus ; n1 = n2 = (#$ %&' ( #) &*'*(&%'%), (-*--%), Dimana : n : Jumlah subjek α : Tingkat kemaknaan, α = 0.05 à zα = 1.96 1-β : Power, β = 0.2 à zβ = 0.84 P1 : Proporsi efek standar (dari pustaka) 25 à 78% P2 : Proporsi efek yang diteliti (clinical judgment) 22 à86.4% P : ½(P1+P2) = ½(0.78+0.86) = 0.82 Pada penelitian ini didapatkan proporsi efek pada kelompok yang menggunakan skor Wells 78% (0.78) dikehendaki dengan interval kepercayaan 95% dan power sebesar 80% maka jumlah subjek dapat dihitung sebagai berikut : (",$% &.(,)&.(,") + (,),& (,-).(,&&+(,)%.(,",)/ ni = n2 = ((,-)-(,)%) / = 36 Dengan menggunakan rumus diatas didapat jumlah sampel untuk tiap-tiap kelompok 36 orang. 3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan dari yang bersangkutan (pasien) dan saksi keluarga pasien, setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk dilakukan penelitian. 3.7. Etika Penelitian 14

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etika Penelitian Fakultas Kedokteran / RSUP H. Adam Malik. 3.8. Cara Kerja Setelah mendapat persetujuan dari pasien dan keluarga pasien, pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian. Dilakukan anamnesa berupa keluhan utama, keluhan penyerta, perjalanan penyakit dan pengobatan yang telah diberikan dicatat dalam formulir penelitian. Dilakukan pemeriksaan fisik untuk menilai kelainan thrombosis pada tungkai bawah. Dirandomisasi dan hitung skor komulatif Wells dan Padua. Selanjutnya masing-masing kelompok dilakukan pemeriksaan USG doppler. Semua hasil skor dan USG doppler dianalisa untuk melihat keakuratan berbagai skor tersebut dalam meneggakkan diagnosa DVT. 3.9. Identifikasi Variabel Variabel Bebas Pasien dengan DVT Skala Nominal Variabel Tergantung Skor Well Skor Padua Numerik Numerik 3.10. Definisi Operasional 15

1. Faktor risiko trombosis adalah faktor faktor berpeluang terjadinya deep vein thrombosis (DVT) seperti faktor didapat, genetik dan gabungan. 4 2. Skor Wells merupakan skor yang digunakan untuk menilai kualitas pasien yang risiko trombosis. Apabila skor 0-2 risiko rendah-sedang DVT dan skor 3 risiko tinggi DVT. 10 3. Skor Padua merupakan skor yang digunakan untuk menilai kualitas pasien yang risiko trombosis. Apabila skor 0-2 risiko rendah-sedang DVT dan skor 3 risiko tinggi DVT. 29 4. Deep vein thrombosis (DVT) merupakan bentuk satu atau lebih pembekuan darah (bekuan darah dikenal sebagai trombus apabila multipel disebut trombi) yang terdapat pada salah satu vena besar di bagian tubuh dan paling sering dijumpai pada bagian bawah tungkai bawah (seperti kaki bagian bawah atau betis). 28 5. USG Doppler menggunakan 3-5 MHz pada vena iliaka dengan Convex transducer dan 5-10 MHz pada vena femoral ke distal dengan Linear transducer. 8 3.11 Rencana Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak SPSS dengan tingkat kemaknaan P < 0.05, Mann-Whitney test digunakan untuk menganalisa variable numerik dan Chi-square test untuk membandingkan variabel numerik dan nominal. 3.12 Kerangka Operasional 16

Inklusi : -Penderita usia diatas 18 tahun dengan risiko trombosis -Bersedia mentaati prosedur penelitian dan menandatangani informed consent. Eksklusi : -Menggunakan obat antikoagulan -Menggunakan obat antiagregasi THROMBOPHILIC STATE Hypercoagulable state Status Hiperkoagulasi Kondisi/Keadaan mudah terjadi trombosis SKOR WELL è USG DOPLER SKOR PADUA è USG DOOPLER Analisa data dan penyusunan laporan Gambar 3. Kerangka Operasional Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini diikuti oleh 72 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi. Subyek berjenis kelamin laki-laki berjumlah 39 orang (54,2%). Rerata umur subyek adalah 53,14 tahun. Dalam studi ini terdapat masing-masing 36 pasien dengan diagnosis DVT dan 36 pasien tanpa DVT. Karakteristik Dasar Jenis Kelamin, n (%) Laki-laki Perempuan Umur, tahun Hemoglobin, gr/dl Leukosit, sel/mm 3 Trombosit, ribu/mm 3 Ureum, gr/dl Kreatinin, gr/dl Albumin D Dimer PT, detik aptt, detik TT, detik INR Well Score Padua Score Ket: a. data kategorik : n (%) Tabel 1. Karakteristik dasar Nilai 39 (54,2) a 33 (45,8) a 53,14 ± 15,47 b 10,29 ± 2,86 b 11660 (3840-250000) c 291.(39-741) c 30 (3-282) c 0,95 (0,07-17) c 3,1 (1-4,9) c 600 (100-5000) c 1,04 (0,75-2,7) c 0,94 (0,03-1,49) c 0.97 (0,12-1,39) c 1,04 (0,74-2,84) c 2,5 (1-5) c 3 (0-6) c b. data numerik, distribusi normal : rerata ± simpangan baku c. data numerik, distribusi tidak normal : median (min-maks) Berdasarkan karakteristik parameter laboratorium darah ditemukan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan untuk parameter leukosit (p=0,044), 18

albumin (p=0,015) dan D Dimer (p=0,033) antara subyek dengan DVT dan tanpa DVT. Berdasarkan pengelompokan nilai D Dimer diketahui sebanyak 27 subyek (75%) yang mengalami peningkatan D Dimer pada kelompok subyek dengan DVT sedangkan pada kelompok tanpa DVT hanya terdapat sebanyak 16 subyek (44,4%). Dengan uji Chi Square ditemukan perbedaan yang signifikan kadar D Dimer antara 2 kelompok studi (p=0,008). 4.1.2 Akurasi Skor Wells Dari tabel 2. diketahui bahwa terdapat perbedaan skor wells pada pasien DVT dengan tanda DVT dengan p<0,001. Tabel 2. Perbandingan skor Wells antara pasien dengan DVT dan tanpa DVT DVT Skor Wells (Mean + SD) P Ya Tidak 3,33 + 1,07 1,69 + 0,79 <0,001 Gambaran distribusi hasil pengkuran skor Wells dari masing-masing kelompok dalam bentuk diagram Korelasi Boxplot antara Skor wells dengan DVT terlihat di bawah ini : Gambar 4. Korelasi Boxplot antara Skor Wells dengan DVT 19

Analisis dengan uji ROC menunjukkan skor Wells mempunyai area di bawah ROC (AUROC) 0,875 (p-value < 0,001). Ditentukan skor Wells > 3 sebagai nilai cutoff untuk menentukan DVT dengan sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi yang lebih baik. Gambar 5. ROC Skor Well dalam memprediksi DVT. Selanjutnya akurasi diagnostik Skor wells untuk menentukan kejadian DVT secara manual dilakukan perhitungan statistik untuk mentukan nilai accuracy, sensitivity, spesifity, positif predictive value (PPV), Negative Predictive Value (NPV), Positive Likelihood Ratio (PLR) dan Negative Likelihood Ratio (NLR) sebagai berikut: Tabel 3. Akurasi Diagnostik Skor Wells Skor Wells Sensitivity Specificity PPV NPV PLR NLR 80,6% 80,6% 80,6% 80,6% 4,15 0,24 20

4.1.3 Akurasi Skor Padua Dari tabel 4. Diketahui bahwa terdapat perbedaan skor padua pada pasien DVT dengan tanda DVT dengan p=0,016 Tabel 4. Perbandingan skor Padua antara pasien dengan DVT dan tanpa DVT DVT Skor Padua (Mean + SD) P Ya 3,67 + 1,51 0,016* Tidak 2,61 + 1,75 Gambaran distribusi hasil pengkuran skor padua dari masing-masing kelompok dalam bentuk diagram Korelasi Boxplot antara Skor wells dengan DVT terlihat di bawah ini : Gambar 6. Korelasi Boxplot antara Skor Padua dengan DVT Analisis dengan uji ROC menunjukkan skor Padua mempunyai area di bawah ROC (AUROC) 0,657 (p-value 0,022). Ditentukan skor padua > 4 sebagai nilai cutoff untuk menentukan DVT dengan sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi yang lebih baik. 21

Gambar 7. ROC Skor Padua dalam memprediksi DVT. Selanjutnya akurasi diagnostik Skor padua untuk menentukan kejadian DVT secara manual dilakukan perhitungan statistik untuk mentukan nilai accuracy, sensitivity, spesifity, positif predictive value (PPV), Negative Predictive Value (NPV), Positive Likelihood Ratio (PLR) dan Negative Likelihood Ratio (NLR) sebagai berikut: Tabel 5. Akurasi Diagnostik Skor Padua Sensitivity Specificity PPV NPV PLR NLR Skor Padua 50% 75% 66,7% 60% 2 0,67 4.1.4 Analisis Bivariat Antara Skor Wells dan Skor Padua Dari hasil uji korelasi diketahui bahwa skor wells dan skor padua memiliki korelasi sedang dengan nilai koefisien korelasi 0,570. Dalam bentuk korelasi regresi linier diketahui signifikansi dan kofisien korelasi hubungan dari kedua metode pengukuran seperti tertera dalam tabel di bawah ini: Tabel 6. Korelasi antara Skor Wells dan Skor Padua Skor P Koefisien korelasi Skor Wells <0,001 0,570 Skor Padua 22

Dengan uji bivariat antara skor Wells dan Padua diperoleh hubungan yang lemah seperti tergambar dalam korelasi scatter/dot di bawah ini: Gambar 8. Korelasi scatter/ dot antara Skor Wells dan Skor Padua 4.2 Pembahasan Kejadian DVT paling banyak dijumpai pada pria dibandingkan dengan wanita. 1,2,3,4 Hal ini sesuai dengan apa yang diperoleh pada penelitian ini dimana kejadia DVT pada pria 54,2%. Umur paling banyak terkena DVT ditemukan diatas 45 tahun, 1,2,3,4 sedangkan pada penelitian ini rata-rata umur penderita DVT adalah 52 tahun. Angka kejadian DVT pada pasien dengan kanker lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa kanker yaitu 39,3% pada pasein dengan kanker dibandingkan 13,7% pada non kanker. 31 Pada penelitian ini kejadian DVT dari sampel yang menderita kanker sebanyak 69,2%. Pada penelitian ini diperoleh perbedaan yang signifikan kadar leukosit antara pasien dengan DVT dan tanpa DVT (p=0,009). Dimana kejadian leukosistosis leboih sering pada kelompok tanpa DVT, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab keluhan bengkak pada ektremitas adalah adanya infeksi dapat berupa selulitis atau lainnya. 23

D-Dimer pada DVT sebagian besar mengalami peningkatan. Pada penelitian ini nilai D Dimer diketahui 75% yang mengalami peningkatan D Dimer pada pasien DVT sedangkan pada kelompok tanpa DVT hanya 44,4% (p=0,008). Dari pemeriksaan tes perdarahan, pada penelitian ini ditemukan perbedaan yang signifikan nilai PT antara DVT dengan tanpa DVT (p=0,029) dan perbedaan yang signifikan nilai TT antara DVT dengan tanpa DVT (p=0,011). Dari suatu penelitian systematic review dan metaanalysis ditemukan sensitifitas 78% dan spesifisitas 98% pada pasien yang dicurigai thrombosis vena dengan menggunakan skor Wells dan dikomfirmasi dengan Ultrasonografi. 8 Penelitian oleh alfahad et al, skor wells memiliki sensitifitas 80%, spesifisitas 19,4% dan akurasi 26,8%. 33 Pada penelitian ini diperoleh sensitifitas skor well untuk skor wells 3 adalah 80,6% dan spesifisitas 80,6% dengan akurasi 87,5%. Pada penelitian ini Skor padua 4 memiliki sensitifitas 50%, spesifisitas 75% dan akurasi 67%. Hal ini hampir sama dengan hasil yang diperoleh Nendaz et al, skor padua memiliki sensitifitas 73,3%% dan spesifisitas 51,9%. 29 Sedangkan pada penelitian oleh radu T et al skor padua memiliki sensitifitas 43,5%, spesifisitas 81,3% dan akurasi 23,3%. 32 Terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini yang mungkin berakibat berbeda akurasi sistem skoring pada penelitian ini yaitu DVT dinyatakan dari hasil USG hanya dikatakan positif jika dijumpai thrombus sementara kondisi lain kadang dianggap sebagai venostasis saja seperti penurunan laju aliran vena, pelebaran vena dimana hal ini merupakan salah satu bagian dari diagnosis DVT melalui USG doppler. Selain itu, Subjek penelitian yang sangat bervariasi dengan riwayat penyakit pengerta yang berbeda-beda. Hal ini dapat menimbulkan variasi yang besar dalam beberbagai karakteristik hematologik terutama pada pasien kanker darah yang menilili nilai pemeriksaan darah yang sangat ekstrim seperti peningkatan lekosit yang tinggi pada pasien CML, termasuk nilai ureum dan kreatinin yang secara langsung atau tidak langsung memungkinkan untuk mempengaruhi resiko DVT. Adanya perbedaan prevalensi DVT di tempat penelitian dengan tempat penelitian lain dimana kejadian infeksi seperti selulitis masih cukup tinggi dibanding negara lain yang memberikan 24

gambaran yang hampir sama dengan DVT yaitu pembengkakan pada kaki dapat juga berpengaruh terhadap hasil penelitian ini. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Skor wells memiliki sensitifitas, spesifisitas dan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan skor padua dalam mendiagnosis DVT. 5.2 Saran Dalam menilai risiko trombosis Skor Well lebih baik dan masih layak untuk penggunaanya di klinik. Memerlukan Penelitian lanjutan yang bekesinambungan setiap tahunnya untuk membandingkan hasil dan efektifitasnya dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan pelayanan. 25